tersedia pupuk organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang lebih baik.
Hasil diskusi mengambarkan keseriusan kelompok yang sudah ada untuk menjaga bahkan ingin dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Semangat
kegotoroyongan dan kerja sama dalam kelompok, menjadi kunci keberlanjutan kelembagaan pengelolaan teknologi biogas dalam kelompok.
4.2.6. Analisis Aspek Ekologis
Teknologi biogas mempunyai beberapa keunggulan yang dapat memecahkan persoalan diatas. Dengan teknologi biogas diharapkan kotoran
ternak dapat dimanfaatkan dan bernilai guna untuk dimanfaatkan disektor yang lain. Biogas yang menghasilkan CH
4
dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif yang mengantikan energi Bahan Bakar Minyak BBM. Selain
menjadi pilihan alternatif energi, pemanfaatan biogas telah mengurangi pelepasan CH
4
yang sangat berperan didalam gas rumah kaca yang berakibat pada pemanasan global.
Masyarakat pada
lokasi penelitian adalah masyarakat pedesaan yang masih tinggal di sekitar hutan. Sebagian besar masyarakat di desa ini mengunakan kayu
bakar sebagai energi untuk memasak, dan hanya sebagian kecil yang mengunakan minyak tanah. Pemanfaatan kayu bakar ini cenderung dapat menganggu
kestabilan ekologi hutan. Selain diambil untuk konsumsi, mereka juga menjual sebagian hasilnya. Kebiasaan masyarakat di tempat penelitian adalah mengunakan
jenis kayu tertentu yang memiliki serat yang keras dengan cara menebang pohon tersebut dan dibiarkan hingga kering. Dengan demikian keseimbangan ekologis
dan kepunahan jenis kayu tertentu dapat terjadi. Teknologis biogas dapat menghasilkan energi yang cukup besar untuk
digunakan sebagai energi untuk memasak. Dengan jumlah populasi ternak yang diparon sebanyak 230 ekor di desa ini maka dengan teknologi biogas sudah dapat
mengasilkan biogas sebesar 67,16 m
3
hari. Hal ini berarti biogas sudah dapat mengantikan kayu bakar sebesar 235 kghari. Bagi desa-desa yang berbatasan
lansung dengan hutan lindung, teknologi ini sangat efektik untuk mengurangi pemanfaatan energi yang bersumber dari hutan.
Salah satu kelebihan teknologi biogas adalah menghasilkan pupuk organik yang siap digunakan. Cairan hasil buangan effluent dari reaktor adalah bahan
organik yang stabil dan mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Ada dua jenis pupuk yang dihasilkan dari teknologi ini yaitu pupuk padat dan pupuk cair.
Masyarakat di lokasi penelitian adalah masyarakat yang berprofesi sebagai patani sekaligus peternak. Dengan teknologi biogas dapat terjadi integrasi antara
pertanian yang membutuhkan pupuk dan peternakan yang menghasilkan pupuk organik. Pupuk yang dihasilkan dari instalasi biogas, dapat digunakan di kebun-
kebun holtikultura yang selama ini mengunakan pupuk kimia. Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan
lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk Adiningsih dan Rochayati, 1988. Hasil penelitian penggunaan bahan organik,
seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan
produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk. Dengan demikian produk pangan organik dapat dihasilkan dan tekstur tanah
sekaligus kesuburan tanah dapat terjaga. Beberapa nilai tambah secara ekonomis bagi petanipeternak adalah kotoran ternak menjadi sangat berharga, oleh
karena itu mereka akan rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan ternak menjadi lebih baik, pada akhirnya
membawa keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan berharga
lebih tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Penggunaan jerami padi dengan berbagai persentase sebagai susbtrat bersama kotoran ternak tidak meningkatkan volume biogas, dan lebih
rendah dari perlakuan kontrol. 2. Penggunaan jerami padi sebagai susbtrat bersama kotoran ternak
dapat meningkatkan kualitas gas dengan kandungan CH
4
60-70. Nilai kalor bersih tertinggi terdapat pada perlakuan dengan campuran jerami
35 yang dikomposkan menggunakan acticomp. 3. Aplikasi teknologi biogas dengan bahan campuran jerami 35 ditambah
kotoran ternak 65 dan bahan cincin beton dengan kapasitas reaktor 6,2 m3 dapat menghasilkan produksi gas rata-rata 0,85 m3hari dengan
persentase CH
4
sebesar 56 atau 15,71 joulesm
3
hari. Hasil ini setara dengan 6,5 kg kayu bakar dan 0,58 liter minyak tanah. Secara ekonomi di
buktikan bahwa penerapan instalasi biogas ini layak untuk dilakukan sebagai energi alternatif pedesaan. Nilai NPV yang dihasilkan dari
instalasi biogas jika dihitung dengan kesetaraan nilai minyak tanah adalah sebesar Rp 10.804.723. Nilai Net BC yang dihasilkan pada tingkat
diskonto 17, yaitu 3,46. Sedangkan nilai pengembalian investasi atau payback period sudah dapat dilunasi pada tahun pertama pada bulan ke-6.
5.2. Saran
1. Pemanfaatan jerami sebagai bahan campuran dengan kotoran ternak sebagai penghasil biogas, sebaiknya tidak melebihi 50 persen.
2. Pengomposan jerami sebagai bahan campuran biogas, sebaiknya dilakukan lebih dari 40 hari agar jerami benar-benar terdegradasi secara baik.
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan bahan padat seperti jerami sebagai penghasil biogas, dalam waktu yang lebih lama. Serta
kualitas pupuk padat dan pupuk cairnya.