menangani pendistribusian dari Lini I sampai Lini III, selanjutnya dari Lini III ke Lini IV penyaluran pupuk untuk tanaman pangan menjadi tanggung jawab KUD,
sedangkan pendistribusian pupuk untuk pertanian non pangan menjadi tanggung jawab beberapa penyalur swasta dan PT. Pertani.
I. 2 Perumusan Masalah
Pupuk sebagai salah satu input pertanian memegang peranan penting dalam menentukan produktivitas dari hasil kegiatan pertanian. Pemakaian pupuk
untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang diusahakan perlu didukung oleh kemudahan dalam memperoleh pupuk, baik distribusi yang baik
serta harga yang terjangkau sehingga antara input dan output dari pertanian tersebut memiliki hubungan yang positif.
Sebagaimana diketahui petani, pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Akan tetapi petani cenderung
mengalami kesulitan dalam memperoleh pupuk. Berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tidak selalu menguntungkan kepada pihak petani.
Kenaikan harga pupuk yang dianggap tidak seimbang dengan kenaikan harga gabah, sehingga menyebabkan petani kesulitan untuk membeli pupuk dengan
harga yang tidak seimbang dengan penjualan hasil pertanian. Dalam perkembangannya petani mengalami kesulitan mendapatkan pupuk
yang disebabkan oleh kelangkaan pupuk yang sering terjadi pada saat musim tanam, sehingga petani harus membeli pupuk dengan harga tinggi, kemudian
diikuti kenaikan harga eceran tertinggi HET pupuk bersubsidi. Keadaan ini membuat petani semakin sulit untuk memperoleh pupuk.
Kenaikan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi pada tahun 2006 didasari atas alasan belum adanya kenaikan harga pupuk sejak tahun 2003
sementara biaya transportasi, biaya bahan baku, dan biaya bongkar muat sudah mengalami kenaikan. Maka dari itu pemerintah menaikkan harga pupuk.
Selama ini pun meski sudah ada ketentuan HET, harga pupuk yang harus dibayar petani di pasaran hampir selalu di atasnya. Keadaan ini disebabkan oleh
sering terjadinya kelangkaan pupuk sehingga pihak distributor menaikkan harga pupuk di pasaran, sehingga harga jual pupuk berada di atas harga eceran tertinggi
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Pupuk yang merupakan salah satu faktor yang digunakan dalam proses
produksi padi disamping input bibit, tenaga kerja, sewa lahan dan sebagainya. Input
pupuk merupakan komponen pengeluaran biaya usahatani yang terbesar setelah upah tenaga kerja. Rata-rata pengeluaran pupuk dari penanaman padi
sebesar 27.78 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan BPS, 1999. Dalam sektor pertanian terutama tanaman pangan seperti padi jenis pupuk
yang sering digunakan adalah pupuk Urea dan SP-36 dan kadang-kadang menggunakan pupuk ZA sebagai pengganti Urea. Jenis-jenis pupuk yang sering
digunakan dalam usahatani padi ini merupakan pupuk yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dalam kenyataannya petani masih mengalami kesulitan dalam
memperoleh pupuk tersebut yang disebabkan oleh kelangkaan dan kenaikan harga pupuk tersebut.
Keadaan ini sudah diketahui pemerintah sejak lama, dimana pemerintah telah melaksanakan program untuk mengatasi masalah harga pupuk di pasaran.
Kemudian pemerintah juga mengeluarkan kebijakan penetapan harga eceran
tertinggi untuk pupuk bersubsidi dengan alasan untuk menyeimbangkan biaya produksi dan biaya penjualan pupuk tersebut dimana harga input seperti gas alam
dan upah angkut sudah mengalami kenaikan. Kenaikan harga eceran tertinggi ini diharapkan dapat menyeimbangkan harga input dan harga output dalam industri
pupuk nasional. Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga pupuk bersubsidi ini bisa
menjadi keputusan yang memberatkan pihak petani, dimana kenaikan harga pupuk ini akan mempengaruhi struktur biaya usahatani padi. Dengan keadaan
seperti ini, apakah kenaikan harga pupuk akan menyebabkan permintaan pupuk petani menurun?
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah permintaan pupuk Urea
dan SP-36 di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh perubahan harga pupuk Urea dan SP-36 terhadap
permintaannya?
I. 3 Tujuan Penelitian