I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari
seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 71,33 persen digunakan untuk usaha pertanian. Pada tahun 2004 luas lahan yang digunakan untuk usaha pertanian
mencapai 52,36 juta hektar BPS, 20052006. Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penyedia bahan pangan, penyedia lapangan pekerjaan, penyedia bahan baku industri dan
sumber devisa bagi negara. Dari data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2003 diketahui bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
PDB berada pada posisi ketiga 15,83 yaitu berada dibawah sektor perdagangan, hotel dan restoran 15,95 dan sektor industri 26,08 .
Kemampuan sektor pertanian dalam mendukung perekonomian Indonesia tidak terlepas dari produktivitas dari sektor pertanian itu sendiri. Untuk menjaga
dan meningkatkan produktivitas dari pertanian dibutuhkan ketersediaan input yang mudah untuk diperoleh. Salah satu input yang memegang peranan penting
dalam meningkatkan produktivitas adalah pupuk Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 505KptsSr.130122005 pasal 1 menjelaskan bahwa pupuk
adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.
Pupuk yang umum digunakan dalam jumlah signifikan khususnya tanaman pangan adalah Urea, SP-36 dan KCL. Penggunaan pupuk Urea di sektor ini
sebesar 77,9 persen dari jumlah kebutuhan pupuk sektor pertanian, sedangkan SP- 36 adalah 78,8 persen dan KCL 41,1 persen. Diantara tanaman pangan, padi
sawah merupakan pemakai pupuk yang terbesar, diperkirakan lebih dari 70 persen Deptan, 2000.
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di Indonesia maka pemerintah telah mendirikan Industri pupuk Keberadaan industri pupuk di Indonesia diawali
dengan pembangunan PT. Pupuk Sriwijaya Pusri di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1963. Alasan pendirian industri pupuk di Indonesia terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pupuk di sektor pertanian. Dengan demikian, keberadaan industri pupuk di dalam negeri memiliki peranan sangat
strategis dalam menunjang program pembangunan perekonomian Indonesia, sejalan dengan perkembangan pembangunan di sektor pertanian, perkebunan
maupun industri kimia lainnya. Saat ini terdapat lima perusahaan industri pupuk nasional yaitu PT. Pupuk
Iskandar Muda PIM di Nanggroe Aceh Darussalam, PT. Pupuk Sriwijaya PUSRI di Sumatera Selatan, PT. Pupuk Kujang di Jawa Barat, PT. Pupuk
Petrokimia Gresik Petrogres di Jawa Timur dan PT. Pupuk Kalimantan Timur,Tbk PKT di Kalimatantan Timur.
Meskipun kapasitas produksi pupuk Urea nasional jauh di atas kebutuhannya, namun hampir setiap tahun, khususnya
menjelang musim tanam padi Indonesia selalu dilanda masalah kelangkaan pupuk di berbagai daerah. Kelangkaan pupuk ini disebabkan oleh turunnya produksi
pupuk akibat gangguan pasokan gas dari Pertamina kepada perusahaan pupuk dan
adanya gangguan teknis pabrik. Berkurangnya pasokan gas dari Pertamina kepada perusahaan industri pupuk telah mengakibatkan terjadinya kehilangan produksi
pupuk.
1
Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan produksi pupuk di Indonesia selama 15 tahun. Perkembangan produksi pupuk nasional dari tahun 1990 hingga
2004 cenderung fluktuatif. Kontribusi rata-rata produksi pupuk nasional didominasi oleh Urea, yaitu sebesar 79,95 persen dan kemudian diikuti oleh SP-
36 yaitu sebesar 12,29 persen dari total produksi, sedangkan produksi pupuk ZA dan NPK masing-masing berada di urutan ketiga dan keempat. Produksi Urea
terbesar terdapat pada tahun 2000 dengan peningkatan produksi sebesar 6,1 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk produksi SP-36 terbesar terjadi pada
tahun 1992, kemudian produksi SP-36 selalu mengalami penurunan.
Tabel 1. Perkembangan Laju Produksi Pupuk di Indonesia Menurut Jenisnya Tahun 1990-2004
Urea SP-36 ZA NPK
Total Tahun
ton ton
ton ton ton
1990 5.050.532
1.280.062 659.817
- 6.990.411
1991 4.973.195 -1,5
1.087.452 -15,05
574.566 -12,92
- 6.635.213
-5,08 1992 4.950.271
-0,5 1.308.312
20,31 614.246
6,91 -
6.872.829 3,58
1993 5.132.724 3,7 1.101.336 -15,82 529.582 -13,78
- 6.763.642 -1,59
1994 5.289.110 3
1.049.170 -4,74
520.130 -1,78
- 6.858.410
1,4 1995 5.894.714
11,5 866.917
-17,37 655.577
26,04 -
7.417.208 8,15
1996 6.199.977 5,2
986.043 13,74
639.978 -2,38
- 7.825.998
5,51 1997 6.305.712
1,7 788.603
-20,02 438.266
-31,52 -
7.532.581 -3,75
1998 6.154.714 -2,4
642.957 -18,47
283.751 -35,26
- 7.081.422
-5,99 1999 5.969.314
-3 854.060
32,83 457.401
61,2 -
7.281.339 2,82
2000 6.334.878 6,1
468.962 -45,09
491.051 7,36
30.096 7.324.987
0,6 2001 5.315.889
-16 653.915
39,44 447.996
-8,77 56.182
86,68 6.473.982
-11,6 2002 6.006.221
13 552.948
-15,44 419.650
-6,33 65.469
16,53 7.044.288
8,81 2003
5.731.118 -4,6 687.657 24,36 479.281 14,21
113.942 74,04 7.011.998
-0,46 2004
5.667.415 -1,1 738.225 7,35 572.599 19,47
201.978 77,26 7.180.217 2,4
Jumlah 84.975.784 15
13.066.619 -13,97
7.783.891 22,45
467.667 254,51
106.293.961 4,78
Kontribusi rata-rata
79,95 12,29
7,32 0,44
100
Sumber : APPI 2006, diolah
1
http:www.depdag.go.idindpublikasimajalahINDAG2004_16.pdf
Fluktuasi perkembangan laju produksi pupuk di Indonesia yang terjadi selama 15 tahun pada Tabel 1 untuk jenis pupuk Urea terjadi penurunan jumlah
produksi terbesar pada tahun 2001 yaitu menurun sebesar 16 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah produksi terbesar untuk pupuk Urea tejadi pada
tahun 2002 dimana produksi pupuk Urea meningkat sebesar 13 persen disbanding tahun sebelumnya. Untuk jenis pupuk SP-36 peningkatan laju produksi terbesar
terjadi pada tahun 2001 yaitu meningkat sebesar 24, 36 persen dari tahun sebelumnya dan laju peningkatan produksi terkecil terjadi pada tahun 2004,
sedangkan penurunan laju produksi terbesar untuk pupuk SP-36 terjadi pada tahun 2000 dimana produksi pupuk SP-36 mengalami penurunan sebesar 45,09 persen.
Sementara itu untuk pupuk ZA laju penpeningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 1999, dimana produksi pupuk ZA meningkat sebesar 61,2 persen dan laju
peninkatan produksi terkecil terjadi pada tahun 1992, dan penurunan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun 1998. Untuk pupuk NPK dari data yang
digunakan tidak terjadi penurunan jumlah produksi. Produksi pupuk NPK selalu meningkat dan peningkatan laju produksi terbesar terjadi pada tahun 2001 dimana
produksi pupuk NPK mengalami peningkatan sebesar 86,68 persen dari tahun sebelumnya.
Sebelum tahun 1998, seluruh pupuk terutama pupuk Urea masih mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pemberian subsidi ini bertujuan untuk
mensukseskan program pengadaan pangan serta menciptakan stabilitas politik nasional. Bagi petani yang lemah dalam permodalan, subsidi ini merupakan
bantuan yang sangat dibutuhkan. Untuk pendistribusiannya dilibatkan berbagai pihak yaitu PT. Pusri, KUD, Perusahaan swasta dan PT. Pertani. PT. Pusri
menangani pendistribusian dari Lini I sampai Lini III, selanjutnya dari Lini III ke Lini IV penyaluran pupuk untuk tanaman pangan menjadi tanggung jawab KUD,
sedangkan pendistribusian pupuk untuk pertanian non pangan menjadi tanggung jawab beberapa penyalur swasta dan PT. Pertani.
I. 2 Perumusan Masalah