Urea digunakan sebagai pupuk daun sedangkan SP-36 merupakan pupuk akar. Apabila terjadi kenaikan harga pupuk Urea maka akan terjadi
penurunan permintaan pupuk Urea itu sendiri, sehingga permintaan terhadap pupuk SP-36 juga akan mengalami penurunan, karena
penggunaan kedua jenis pupuk ini harus sebanding sesuai dengan aturan penggunaan yang sudah diketahui oleh petani.
b. Harga pupuk SP-36
Harga pupuk SP-36 mempunyai nilai elastisitas 0,31983. Ini menunjukkan permintaan pupuk SP-36 bersifat inelastis terhadap
terhadap harga pupuk SP-36. Nilai elastisitas yang menyatakan bahwa permintaan pupuk SP-36 bersifat inelastis terhadap harga pupuk SP-36
itu sendiri menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan harga pupuk SP- 36, maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan permintaan terhadap
pupuk SP-36 itu sendiri. Sebagaimana teori ekonomi bahwa permintaan suatu barang berbanding terbalik dengan harga barang itu sendiri. Hal ini
berarti apabila harga pupuk SP-36 mengalami kenaikan sebesar 1 persen maka permintaan pupuk SP-36 akan mengalami penurunan sebesar
0,31983 persen. Harga pupuk menjadi faktor yang menentukan bagi petani dalam membeli pupuk, karena daya beli petani akan menentukan
tingkat permintaan petani akan pupuk tersebut. Dimana apabila terjadi kenaikan harga pupuk, sedangkan daya beli petani masih kurang maka
permintaan akan mengalami penurunan.
c. Harga Gabah
Pada model permintaan pupuk SP-36 variabel harga gabah memiliki nilai elastisitas sebesar 0,15812. Ini menunjukkan bahwa permintaan
Urea bersifat inelastis terhadap perubahan harga gabah. Artinya, apabila terjadi kenaikan harga gabah sebesar 1 persen, maka permintaan pupuk
SP-36 akan mengalami peningkatan sebesar sebesar 0,15812 persen. Gabah yang merupakan output dari usahatani yang menggunakan pupuk
SP-36 juga mempengaruhi permintaan pupuk SP-36, dimana apabila harga jual gabah cukup menarik dan menjanjikan keuntungan yang
menarik maka akan mendorong petani untuk menggunakan pupuk pada jumlah yang lebih baik dengan tujuan agar produktivitas hasil panen dari
usahatani yang dilakukan bisa lebih meningkat. d.
Luas Lahan
Pada model permintaan SP-36 varibel luas lahan menunjukkan nilai elastisitas sebesar 3,76300. Nilai ini menunjukkan bahwa
permintaan pupuk SP-36 bersifat elastis terhadap perubahan luas lahan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila luas lahan meningkat sebesar 1
persen, maka permintaan pupuk SP-36 akan mengalami penurunan sebesar 3,76300 persen. Interpretasi nilai elastisitas ini tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh data yang digunakan, dimana data permintaan pupuk yang digunakan adalah data
permintaan pupuk secara umum, sedangkan data luas lahan yang digunakan merupakan luas lahan panen padi. Pada uji t, kesimpulan ini
tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen, akan tetapi pada selang kepercayaan yang lebih kecil 90 persen hasil ini berpengaruh
nyata, akan tetapi pada selang kepercayaan yang lebih lemah ini bisa saja diabaikan, dimana dapat diartikan bahwa luas lahan tidak mempengaruhi
tingkat permintaan pupuk SP-36 pada model yang digunakan, disebabkan oleh bentuk data yang digunakan.
e. Produksi Padi