Pada Tabel 3 dapat diketahui laju perkembangan harga pupuk Urea dan pupuk SP-36 di Indonesia selama 10 tahun dari tahun 1996 hingga tahun 2005.
Perkembangan harga Urea terbesar terjadi pada tahun 1999. Ini menunjukkan pada tahun 1999 terjadi kenaikan harga pupuk Urea yang sangat tinggi dari tahun
sebelumnya. Kenaikan harga sebesar 60 persen ini berlangsung hingga tahun 2000. Kenaikan harga pupuk Urea pada tahun 1999 merupakan dampak dari
kebijakan penghapusan subsidi yang dikeluarkan pemerintah pada bulan Desember 1998. Pada tahun 2000 tidak terjadi kenaikan harga pupuk Urea.
Sedangkan pada awal 2003 kembali memeberlakukan subsidi pupuk, pada tahun 2003 terjadi perubahan harga sebesar 3,5 persen. Sedangkan pada 2004 terjadi
penurunan harga sebesar 21,4 persen. Harga ini berlaku hingga 2005, dimana pada tahun ini pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan tentang Harga Eceran
Tertinggi HET pupuk bersubsidi yang mulai berlaku pada tahun 2006. Pada pupuk SP-36 juga terjadi perubahan harga dengan total persentase
perubahan sebesar 97,7 persen selama 10 tahun. Perubahan harga tertinggi terjadi pada tahun 2000, dimana pada tahun ini harga SP-36 meningkat sebesar 56,2
persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada dua tahun terakhir yakni pada tahun 2004 dan 2005 terjadi penurunan harga.
5.7 Rasio Harga Pupuk Urea dan SP-36 terhadap Harga Gabah di Indonesia
Di bawah ini merupakan rasio harga pupuk Urea terhadap harga gabah dan rasio harga pupuk SP-36 terhadap harga gabah. Dimana pupuk Urea dan SP-36
merupakan salah satu faktor produksi dalam pertanian, sedangkan gabah merupakan hasil dari usahatani.
Tabel 4. Rasio Harga Urea Dan Sp-36 Terhadap Harga Gabah Rasio Harga
Tahun Urea Gabah
SP-36 Gabah 1996
0,58 1,07
1997 0,76 0,99
1998 0,40 0,60
1999 0,83 0,52
2000
0,67 0,95
2001 0,73 1,12
2002 0,82 1,19
2003 0,74 1,06
2004
0,61 0,88
2005 0,58 0,77
Sumber : BULOG dan APPI 2006, diolah Pada Tabel 4 terlihat rasio harga pupuk Urea dan pupuk SP-36 terhadap
harga gabah selama sepuluh tahun terakhir. Rasio harga pupuk Urea terhadap gabah terkecil terdapat pada tahun 1998 yaitu sebesar 0,40. Hal ini dapat diartikan
bahwa harga gabah pada tahun 1998 cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sedangkan harga pupuk Urea pada tahun 1998 tidak mengalami
kenaikan jika dibandingkan dari tahun 1997, dimana harga pupuk Urea pada tahun 1997 dan 1998 adalah tetap sedangkan harga gabah mengalami peningkatan.
Sedangkan rasio harga pupuk Urea terhadap harga gabah terbesar terjadi pada tahun 2002. Dari rasio tersebut dapat dilihat bahwa harga pupuk Urea dan harga
gabah mengalami kenaikan, akan tetapi perubahan kenaikan harga pupuk Urea tidak sebanding dengan kenaikan harga gabah. Pada rasio harga pupuk SP-36
terhadap harga gabah terbesar terjadi pada tahun 2002, dengan nilai rasio sebesar 1,19. Rasio harga terkecil terjadi pada tahun 1999. Nilai rasio perbandingan harga
pupuk Urea dan SP-36 terhadap harga gabah akan optimal pada nilai yang
semakin kecil, dimana harga input sebanding dengan kenaikan harga output.
VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PUPUK UREA DAN SP-36 DI INDONESIA
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Cobb- Douglas
. Hasil pengolahan data yang dilakukan diinterpretasikan untuk menjelaskan konsep elastisitas. Model yang dihasilkan terlebih dahulu dievaluasi
melalui pengujian pelanggaran asumsi OLS, kesesuaian tanda koefisien regresi dengan hipotesa atau teori, tingkat kesignifikansian peubah bebas secara
keseluruhan dan nilai R
2 .
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini terdiri atas dua model yakni model permintaan pupuk Urea dan model permintaan pupuk SP-36.
6.1 Analisis Permintaan Pupuk Urea di Indonesia 6.1.1 Penentuan Model Permintaan Pupuk Urea