Gambar 5. Perkembangan Harga Nominal Pupuk Urea dan SP-36
Kecenderungan harga yang selalu meningkat ini dipengaruhi oleh keadaan perekonomian Indonesia yang masih belum stabil. Pada Gambar 5 terlihat
perkembangan harga pupuk Urea dan SP-36 selama 30 tahun. Harga Urea tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu dengan harga Rp 1.275,- per kilogram nya,
sedangkan harga terkecil terjadi pada tahun 1979 hingga 1982. Untuk harga SP-36 tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar Rp 1.820,- per kilogram, dan harga
terendah terjadi pada tahun 1976. Keberadaan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam hal ini harga
pupuk akan membantu memudahkan petani dalam memperoleh pupuk sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil usahataninya. Adanya kebijakan subsidi
pupuk selama ini merupakan langkah yang diharapkan dapat memudahkan petani memperoleh pupuk. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga pupuk telah
mengalami perkembangan, kebijakan penetapan harga eceran tertinggi HET oleh pemerintah belum bisa dikatakan dapat membantu kestabilan harga di tingkat
petani. Dari beberapa daerah diketahui sering terjadi penjualan harga pupuk melebihi harga eceran tertinggi HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Seperti terlihat pada Gambar 5, pada beberapa tahun terakhir diketahui terjadi penurunan harga pupuk, sedangkan pada kenyataannya harga pupuk tersebut
berbeda-beda untuk tiap daerah.
5.3 Perkembangan Harga Gabah di Indonesia
Gabah sebagai salah satu output dari sektor pertanian tanaman pangan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sebagai hasil dari suatu usahatani
harga gabah menjadi perhatian penting karena dipengaruhi oleh perkembangan harga input seperti harga pupuk yang cenderung meningkat.
Gambar 6. Perkembangan Harga Nominal Gabah di Indonesia
Pada Gambar 6 diketahui laju perkembangan harga gabah selama kurun waktu 30 tahun dimulai dari tahun 1976 hingga 2005. Harga gabah tertinggi
terjadi pada tahun 2005. Sedangkan harga terkecil pada tahun 1976. Perkembangan tingkat harga gabah ini tidak murni dibentuk oleh mekanisme
pasar, melainkan adanya campur tangan pemerintah dalam menetapkan harga dasar gabah guna menstabilkan harga gabah di pasaran.
5.4 Perkembangan Produksi Padi di Indonesia
Perkembangan produksi padi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi ini memang diharapkan dapat terus berjalan,
namun tingkat produksi padi selama ini masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, sebagai buktinya masih sering dilakukannya impor beras yang didasari
oleh kekurangan persediaan beras dalam negeri.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
Produksi Padi
000ton
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
1976 1978
1980 1982
1984 1986
1988 1990
1992 1994
1996 1998
2000 2002
2004
H a
rg a r
p kg
Series1
Gambar 7. Perkembangan Produksi Padi di Indonesia
Pada Gambar 7 terlihat produksi padi tertinggi terdapat pada tahun 2005 dengan total produksi padi sebesar 54.151.000 ton sedangkan produksi terkecil
terdapat pada tahun 1976 sebesar 23.301.000 ton. Apabila dicermati, laju pertumbuhan produksi padi ini agak lamban dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pada saat ini melebihi 200 juta jiwa. Tingkat kebutuhan pangan yang selalu meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, kurang didukung oleh peningkatan jumlah produksi yang seimbang. Sehingga jumlah produksi dalam negeri masih belum
bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
5.5 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi di Indonesia