Hasil tangkap sampingan Hasil Penelitian

62 Secara spesifik, identitas beberapa kapal yang tercantum pada Tabel 11 yang mewakili tiap- tiap perusahaan. Tabel 11 Spesifikasi kapal dan alat tangkap pukat udang dari perusahaan penangkapan yang berpangkalan di Sorong – Provinsi Papua Barat No Perusahaan Identifikasi Kapal Nama Ukuran Alat Tangkap Alat Bantu 1 PT. Irian Marine Product Develoment KM. Aman No. 6 24.72 x 6.90 x 2.95 m Pukat Udang Hp 24 m, Gp 27 m Otter Board 2 PT. Dwi Bina Utama KM. Binama 23.77 x 6.50 x 3.0 m Pukat Udang Hp 18 m, Gp 21.6 m Otter Board, Wire Rope, Winch, TED 3 PT. Alfa Kurnia Fish Enterprise KM. Kurnia No. 2 27.10 x 7.20 x 3.20 m Pukat Udang Test Net, Otter Board, TED, TESTMain Winch 4 PT. West Irian Fishing Industries KM. Udang No. 20 38.39 x 7.52 x 8.15 m Pukat Udang Gr 32 m Try Net, Winch

4.3.2 Hasil tangkap sampingan

Selain udang, terdapat pula berbagai jenis ikan lainnya yang ikut terjaring oleh kapal penangkap pukat udang yang bukan merupakan tangkapan utama. Berdasarkan data perusahaan, diperoleh informasi bahwa jenis-jenis ikan hasil tangkap sampingan antara lain kuro, petek, layur, tiga waja, kuniran, layang, sebelah, lidah, bawal, swanggi, kembung dan gulamah Tabel 11. Ikan-ikan tersebut dihargai di pasaran berkisar antara Rp 3.000 per kg hingga Rp 9.000 per kg. Adapun jenis ikan dan komposisi dari hasil tangkap sampingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 14. Gambar 14 Beberapa jenis ikan hasil tangkap sampingan kapal pukat udang Welly 2008. Gerot-gerot Pomadasys sp Lidah Cygnoglosus sp Gulamah Argyrosomus amoyensis Tiga waja Johnius dussumieri Beloso Saurida tumbil Lencam Lethrinus sp Biji nangka Openeus sp Kurisi Nemiptherus nematophorus 63 Tabel 12 Jenis dan persentase by-catch serta alternatif pemanfaatan No Jenis ikan Persentase Alternatif pemanfaatan 1 Kakap Lutjanus sp 2,03 Utuh dan olahan lainnya 2. Bawal Formio dan Pampus 1,25 3. Kembung Rastrelliger sp 1,28 4. Ketang-ketang Drepane sp 2,31 5. Layur Trichiurus sp 1,38 6. Tenggiri Scomberomorus sp 1.43 7. Baronang Siganus sp 1,28 Jumlah 10,96 8. Gulamah Argyrosomus amoyensis 3,65 Surimi 9. Sebelah Psettodes sp 1,29 10. Biji Nangka Openeus sp 1,04 11. Terubuk Hilsa sp 0,42 12. Alu-alu Sphyraena sp 0,47 13. Bambangan Lutjanus sp 4,73 14. Beloso Saurida sp 4,4 15. Kurisi Nemiptherus sp 1,6 16. Pisang-pisang Caesio chrysozonus 1,46 17. Cendro Triacanthus sp 0,83 18. Lencam Lethrinus sp 3,38 19. Tiga Waja Johnius dussumieri 5,63 20. Kerong-kerong Therapon sp 0,62 21. Swangi Priacanthus tayenus 1,62 22. Gerot-gerot Pomadasys sp 1,45 23. Mata besar Scolopsis sp 0,72 24. Krisi Pentapodus sp 0,21 25. Ekor kuning Anthias sp 0,73 Jumlah 34,25 26. Selar Kuning Selaroides sp 0,73 Tepung ikan dan olahan lainnya 27. Ikan buntal Lagocephalus sp 0,48 28. Lemuru Sardinella sp 0,61 29. Nomei Harpodon sp 0,72 30. Peperek Leiognathus sp 49,65 31. Bulu Ayam Thryssa sp 0,65 32. Japuh Dusumieria sp 0,72 33. Trompet Fistularia sp 0,35 34. Pinjalo Pristipomoides sp 0,88 Jumlah 54,79 Jumlah Total 100 100 Sumber : Sumiono 2000 diolah Perlu diverifikasi ulang 64 Dalam pemanfaatannya, hasil tangkap sampingan tersebut dapat dikatagorikan menjadi 3 katagori kelaikan pemanfaatan berdasarkan jenis ikan, yaitu jenis ikan ekonomis penting seperti kakap merah, kerapu, bawal, kembung, layur dan tenggiri secara ekonomis dimanfaatkan dalam bentuk utuh atau fillet beku yang jumlahnya diperkirakan mencapai 10,96; jenis ikan yang laik untuk dimanfaatkan sebagai surimi, antara lain ikan beloso, gulama, biji nangka, kurisi, dll berjumlah 34,25 dan jenis ikan non ekonomis yang tidak laik untuk surimi seperti ikan peperek, lemuru, bulu ayam dan lain-lain sejumlah 54,79 untuk dijadikan ikan asin dan tepung ikan. Rasio tangkapan utama dan sampingan bervariasi menurut daerah penangkapan dan waktu. Allops 1981 menyatakan bahwa di daerah tropis rata-rata rasio HTS terhadap udang berkisar 10:1. Menurut Widodo 1998, HTS bervariasi antara 8 – 13 kali hasil tangkapan udang. Hasil survey Tabel 9 menunjukkan rasio udang dan by-catch adalah 1 : 12, hal ini sesuai dengan Sumiono 2000 yang menyebutkan rasio udang dan HTS pada penangkapan di laut Arafura adalah 1 : 12 dengan sebagian besar berupa ikan demersal, hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Badrudin 2004 di Laut Arafura menyebutkan bahwa rasio udang dan HTS adalah 1 : 12. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap 2006, dengan mengunakan rasio 1 : 12 terlihat bahwa sepanjang tahun 2002 sampai dengan 2006 akan tersedia HTS yang dapat digunakan sebagai bahan baku surimi rata-rata sebesar 322.048 ton per tahun Gambar 15. Sumber : Data Statistik Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2002-2006 diolah Gambar 15 Grafik hasil tangkapan udang dan perkiraan by-catch di Indonesia Timur Arafura tahun 2002-2006. 100000 200000 300000 400000 1 2 3 4 5 Produksi Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Udang Laut Ton 24673 30044 27001 25635 26834 By Catch Ton 29607 36052 32401 30762 32200 PRODUKSI TonTahun GRAFIK HASIL TANGKAPAN UDANG LAUT DAN PERKIRAAN BY CATCH DI INDONESIA TIMUR ARAFURA TAHUN 2002- 2006 65

4.4 Pembahasan