41
system  approach.  Dalam  pendekatan  sistem  umumnya  ditandai  oleh  dua  hal, yaitu 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang
baik  untuk  menyelesaikan  masalah  dan  2  dibuat  suatu  model  kuantitatif  untuk membantu keputusan secara rasional Eriyatno 1999.
Dalam logika sistem sistemologi terdapat rangkaian proses transformasi yang mengolah masukan  menjadi luaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Subsistem  adalah  suatu  elemen  atau  komponen  fungsional  suatu  sistem  yang berhubungan satu sama lain pada tingkat resolusi tinggi, sedangkan elemen adalah
pemisahan bagian sistem pada tingkat resolusi rendah. Masing-masing subsistem saling  berinteraksi  untuk  mencapai  tujuan  sistem.  Interaksi  antar  subsistem
disebut  juga  interface  terjadi  karena  luaran  dari  subsistem  dapat  menjadi  salah satu  masukan  bagi  subsistem  yang  lain.  Apabila  interface  antar  subsistem
terganggu akan menyebabkan proses transformasi pada sistem secara keseluruhan akan  terganggu  pula,  sehingga  dapat  menyebabkan  terjadinya  bias  dari  tujuan
yang ingin dicapai Wetherbe 1988. Dengan  mempertimbangkan  berbagai  kendala  dalam  pendekatan  sistem,
maka  pengkajian  suatu  permasalahan  sebaiknya  memenuhi  karakteristik:  1 kompleks,  dimana  interaksi  antar  elemen  cukup  rumit,  2  dinamis  dalam  arti
faktornya ada  yang berubah menurut waktu dan ada pendugaaan ke masa depan, dan 3 probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan
maupun  rekomendasi.  Menurut  Eriyatno  1999,  terdapat  tiga  pola  pikir  yang menjadi  pegangan  pokok  oleh  para  ahli  sistem  dalam  merekayasa  solusi
permasalahan,  yaitu  1  sibernetik  cybernetic,  artinya  berorientasi  pada  tujuan, 2 holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan
3 efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencapai
efisiensi keputusan.
2.9 Sistem Penunjang Keputusan
Akhir  abad  ke-20,  telah  dikembangkan  usaha  manajerial  untuk memisahkan  informasi  dari  keinginan  dan  harapan  institusional  dan  personal.
Usaha  ini  didukung  oleh  falsafah  bahwa  dasar  pengambilan  keputusan  adalah
42
transformasi informasi
menjadi usulan
alternatif. Apabila
informasi dikembangkan secara teratur dan sistematik maka akan meningkatkan  efektivitas
proses  pengambilan  keputusan.  Prosse  pengambilan  keputusan  semakin  efektif, digunakan  seiring  dengan  perkembangan  teknologi  komunikasi  dan  komputer
untuk  pengolahan  data  elektronik.  Pendekatan  proses  tersebut  telah  melahirkan sistem  berbasis  komputer,  antara  lain:  Electronic  Data  Processing  EDP  dan
Management  Information  System  MIS.  Perkembangan  tersebut  kemudian mendorong  lahirnya  Sistem  Penunjang  Keputusan  SPK  atau  Decision  Support
System DSS dan Expert System ES. EDP  adalah  sistem  yang  digunakan  untuk  tingkat  operasional  yang
memfokuskan  pada  penanganan  data.  MIS  adalah  sistem  yang  dapat menghasilkan  informasi  untuk    digunakan  oleh  manajemen  tingkat  menengah
untuk  melaksanakan  fungsi  pengendalian.  DSS  merupakan  sistem  yang menghasilkan  alternatif  keputusan  bagi  manajemen  tingkat  atas  untuk
melaksanakan  fungsi  perencanaan  dan  ES  adalah  sistem  yang  memberikan  satu keputusan untuk masalah yang sangat spesifik bagi manajemen tingkat atas Leigh
dan Doherty 1986. Menurut  Turban  1993,  DSS  merupakan  suatu  sistem  informasi  berbasis
komputer  Computer  Based  infromation  System  yang  interaktif,  fleksibel,  dan mudah  diadaptasikan  dengan  menggunakan  basis  data  dan  basisi  model,  serta
persepsi  pengguna  dan  pengambilan  keputusan.    Minch  dan  Burns  yang  dikutip oleh Eriyatno 1999 menyatakan bahwa terminologi DSS adalah konsep spesifik
yang  menghubungkan  sistem  komputerisasi  informasi  dengan  para  pengambil keputusan  sebagi  pemakainya.    Karakteristik  pokok  yang  melandasi  teknik  DSS
adalah: 1  Interaksi langsung antara komputer dengan pengambilan keputusan.
2  Adanya dukungan menyeluruh holistic dari keputusan bertahap ganda. 3  Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain ilmu
komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan kecerdasan buatan. 4  Mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan
berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat.
43
DSS  dimaksudkan  untuk  memaparkan    secara  terinci  dari  elemen-elemen sistem,  sehingga  dapat  menunjang  dalam  proses  pengambilan  keputusan.  DSS
dikembangkan  dengan  lebih  menitikberatkan  pada  peningkatan  efektivitas akurasi,  kualitas  dan  kecepatan  pengambilan  keputusan  dari  pada  efisiensinya
Eriyatno  1999.  Landasan  utama  dalam  pengembangan  DSS  untuk  model manajemen  adalah  konsepsi  model.  Konsepsi  model  ini  diperlukan  untuk
menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan  yaitu 1 pengambil keputusan atau pengguna, 2 model dan 3 data Gambar 11.
Masing-masing komponen dikelola oleh sebuah sistem manajemen. Sistem Manajemen  Dialog  merupakan  program  yang  mengelola  tampilan  layar  yang
menerima  masukan  dari  pengguna  dan  mengirim  iuran  ke  pengguna  atau semacam  user  interface.  Sistem  Manajemen  Basis  Data  berfungsi  sebagai
penyimpanan  dan  pengolahan  informasi  dan  data.  Sistem  Manajemen  Basis Model  merupakan  paket  program  yang  berisi  perhitungan  finansial  statistik,
model teknik optimasi dan metode kuantitatif lainnya yang memiliki kemampuan analitik Turban 1993; Eriyatno 1999.
Gambar 11 Struktur dasar sistem penunjang keputusan.
Sistem  Pengolahan  Problematik  adalah  koordinator  dan  pengendali  dari operasi  SPK  secara  menyeluruh.  Sistem  ini  menerima  masukan  dari  ketiga
subsistem  lain  dalam  bentuk  baku.  Fungsi  utamanya  adalah  sebagai  penyangga untuk  menjamin  masih  adanya  jaminan  keterkaitan  antar  subsistem  Eriyatno
Data Model
Sistem Manajemen basis Data Sistem Manajemen Basis Model
Sistem Pengolahan Problematik Sistem Pengolahan Dialog
Pengguna
44
1999. Menurut Keen and Morton 1978, kelayakan penerapan DSS dalam suatu manajemen  harus  memenuhi  beberapa  persyaratan,  yaitu  adanya  basis  data,
adanya  keterbatasan  waktu,  adanya  manipulasi  dan  komputasi,  serta  pentingnya pengembangan alternatif dan memilih solusi berdasarkan akal sehat.
ES  memiliki  komponen  inferencia  yang  berbeda  dengan  DSS,  karena adanya  perbedaan  luaran  yang  dihasilkan.  DSS  mengahsilkan  keputusan  yang
masih  perlu  mendapatkan  pertimbangan  keahlian  dari  pengguna,  sedangkan  ES bertujuan membuat keputusan tanpa adanya pertimbangan keahlian dari pengguna
Wetherbe  1988.  Kemampuan  lebih  dari  ES  disebabkan  adanya  komponen knowledge base yang dimasukan ke dalam sistem berupa fakta dan aturan-aturan
yang  diperoleh  dari  ahli,  dan  program  inference  engine  yang  berfungsi  untuk memformulasikan kesimpulan.
2.10  Proses Hirarki Analitik