109
7.4.1  Analisis prioritas faktor
Hasil  AHP  memperlihatkan  bahwa  dari  keempat  komponen  SWOT,  komponen kekuatan dengan bobot 0, 490 merupakan prioritas utama yang dipilih oleh responden dalam
upaya pengembangan industri surimi melalui pemanfaatan by-catch pukat Udang di Provinsi Papua  Barat.  Prioritas  berikutnya  adalah    komponen  kelemahan    dengan  bobot  0,  292  yang
kemudian diikuti oleh komponen peluang dan ancaman, masing-masing   dengan   bobot  0, 117   dan   0, 101  Gambar 18.
Gambar 18 Analisis prioritas faktor terhadap fokus.
Hal  ini menunjukkan bahwa dalam upaya pengembangan industri surimi di Provinsi Papua  Barat,  komponen  kekuatan  merupakan  faktor  yang  dinilai  paling  sesuai  dengan
tujuanfokus  yang  diinginkan  yakni  kekuatan  berupa  adanya  dukungan  kebijakan  dari pemerintah  dan  legalitas  berupa  peraturan  perundang-undangan,  besarnya  kuantitas  bahan
baku  berupa  by-catch  pukat  udang,  kemungkinan  tingginya  daya  serap  tenaga  kerja  serta adanya nilai tambah yang dapat diperoleh pelaku usaha dan masyarakat.
Komponen  kelemahan  sebagai  prioritas  kedua  mengindikasikan  bahwa  infrastruktur yang  lemah  serta  keterampilan  SDM  lokal,  manajemen  pengumpulan  bahan  baku  dan
teknologi  pengolahan  surimi  yang  terbatas,  harus  mendapatkan  perhatian  lebih    bagi pengembangan industri surimi di Provinsi Papua Barat. Hal ini dapat dilakukan apabila faktor
kekuatan  yang  dijadikan  faktor  utama,  telah  dapat  diakomodir  dengan  baik.  Demikian  pula dengan faktor peluang yang menduduki prioritas ketiga, pengisian peluang berupa pemenuhan
permintaan  pasar  sesuai  dengan  potensi  pasar  yang  ada  dan  diharapkan  dapat  meningkatkan devisa ekspor.
Adapun  ancaman  faktor  sebagai  prioritas  keempat  atau  terakhir,  mengindikasikan bahwa  setelah  faktor  kekuatan,  kelemahan  dan  peluang  dilakukan  upaya-upaya
pengembangan,  maka  barulah  dilakukan  segala  usaha  guna  mengatasi  segala  ancaman  yang
Ancaman .101
Kekuatan .490
Kelemahan .292
Peluang .117
I nconsistency =  0.03 with 0  missing judgments.
i
110
ada  yakni  mahalnya  nilai  investasi  teknologi,  resistennya  pelaku  usaha  serta  adanya kompetitor surimi.
7.4.2  Analisis prioritas subfaktor