44
1999. Menurut Keen and Morton 1978, kelayakan penerapan DSS dalam suatu manajemen  harus  memenuhi  beberapa  persyaratan,  yaitu  adanya  basis  data,
adanya  keterbatasan  waktu,  adanya  manipulasi  dan  komputasi,  serta  pentingnya pengembangan alternatif dan memilih solusi berdasarkan akal sehat.
ES  memiliki  komponen  inferencia  yang  berbeda  dengan  DSS,  karena adanya  perbedaan  luaran  yang  dihasilkan.  DSS  mengahsilkan  keputusan  yang
masih  perlu  mendapatkan  pertimbangan  keahlian  dari  pengguna,  sedangkan  ES bertujuan membuat keputusan tanpa adanya pertimbangan keahlian dari pengguna
Wetherbe  1988.  Kemampuan  lebih  dari  ES  disebabkan  adanya  komponen knowledge base yang dimasukan ke dalam sistem berupa fakta dan aturan-aturan
yang  diperoleh  dari  ahli,  dan  program  inference  engine  yang  berfungsi  untuk memformulasikan kesimpulan.
2.10  Proses Hirarki Analitik
Proses  Hirarki  Analitik  atau  Analytical  Hierarchy  Process    AHP merupakan suatu analisis yang dapat dipakai dalam pengambilan keputusan untuk
memahami  kondisi  suatu  sistem  dan  membantu  melakukan  prediksi  dalam pengambilan  keputusan    untuk  memahami  kondisi  suatu  sistem  dan  membantu
melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan.  Metode ini digunakan dalam memodelkan  masalah  dan  pendapat,  dimana  permasalahannya  telah  benar-benar
dinyatakan  secara  jelas,  dievaluasi,  diperbincangkan  dan  diprioritaskan  untuk dikaji  Saaty  1980.    AHP  yang  disampaikan  oleh  Saaty  1980  sebagai
pengkajian  terhadap  kondisi  nyata  tanpa  melalui  proses  penyederhanaan,  tetapi mempertahankan  model  yang  kompleks  seperti  semula.  Untuk  itu  masalah  nyata
yang kompleks dan tidak terstruktur perlu dilakukan penyusunan beberapa bagian komponen atau perubahan pada struktur bangunan secara hirarki.
Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen  dan  dampaknya  pada  sistem  secara  keseluruhan  dapat  dipelajari.
Abstraksi  ini  mempunyai  bentuk  yang  saling  berkaitan,  semuanya  tersusun  ke bawah  dari  suatu  puncak  tujuan  akhir,  kemudian  ke  suatu  sub  tujuan  sub
objective,  kemudian  faktor-faktor  pendorong  forces  yang  mempengaruhi  sub tujuan tersebut, serta pelaku actors  yang memberikan dorongan, selanjutnya ke
45
tujuan-tujuan  pelaku  aktor,  kebijakan,  strategi.  Hasil  dari  strategi  tersebut selanjutnya  timbul  pertanyaan  yang  berkaitan  dengan  hirarki  ini,  bagaimana  dan
berapa besar suatu faktor individu dari tingkat yang lebih rendah pada hirarki itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu tujuan utama, karena pengaruh ini tidak akan
seragam  bagi  semua  faktor  dan  untuk  itu  perlu  dilakukan  identifikasi  terhadap intensitasnya, atau sering disebut dengan menyusun prioritas Fewidarto 1996.
Teknik  analisis  AHP  digunakan  untuk  menemukan  pemecahan  masalah yang  bersifat  strategis  dengan  prinsip  kerja  yaitu  decomposition,  comparative
judgment, síntesis of priority dan logical consistency. 1 Decomposition  Dekomposisi,  merupakan  pemecahan  permasalahan  yang
utuh menjadi beberapa bagian komponennya. Untuk mendapatkan hasil kajian yang  teliti  diperlukan  proses  penyusunan  komponen  pada  beberapa
tingkatanhirarki.  Tahapan  ini  mendefinisikan  persoalan  dengan  membagi persoalan  tersebut  menjadi  beberapa  unsur.  Pembagian  dilakukan  sampai  ke
tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi, sehingga akan didapat beberapa tingkatan persoalan  yang disusun secara terstruktur. Proses tersebut
dinamakan  hirarki  karena  memiliki  lima  tingkatan  yaitu  fokus,  faktor,  aktor, tujuan dan alternatif.
2 Comparative  Judgment  Perbandingan  Komparasi,  merupakan  penilaian terhadap  masalah  berdasarkan  kepentingan  relatif  2  dua  komponen  pada
tingkatan  tertentu  dalam  kaitannya  dengan  tingkatan  di  atasnya.    Penilaian tersebut,  merupakan  faktor  penting  dari  PHA  karena  akan  berpengaruh
terhadap  prioritas  komponen.  Hasil  penilaian  disajikan  dalam  bentuk  matrix pairwise  comparasion.  Elemen-elemen  pada  suatu  tingkatan  tertentu  dinilai
kepentingan relatif terhadap elemen lainnya, yang mengacu pada elemen yang dibandingkan dengan jalan meminta pendapat dari pakar. Penilaian dilakukan
dengan  komparasi  berpasangan,  yaitu  membandingkan  setiap  elemen  dengan elemen  lain  pada  setiap  tingkatan  hirarki  secara  berpasangan,  akhirnya  dapat
dinilai  antar  dua  elemen  secara  kuantitaif,  yang  disajikan  dalam  matriks komparasi berpasangan.
46
3 Síntesis  of  Priority,  merupakan  penentuan  peringkat  beberapa  komponen berdasarkan  penilaian  kepentingan  relatif.  Penentuan  peringkat  dilakukan
berdasarkan nilai eigen vector pada setiap matrix pairwise comparasion untuk mendapatkan  local  priority.  Untuk  mendapatkan  global  priority  harus
dilakukan  síntesis  terhadap  local  priority.  Proses  pengurutan  berdasarkan kepentingan relatif melalui prosedur síntesis dinamakan priority setting.
4 Logical  Consistency,  merupakan  proses  untuk  menjamin  semua  komponen dikelompokkan  secara  logis  dan  dilakukan  prioritas  secara  konsisten  sesuai
kriteria  yang  logis.  Konsistensi  memiliki  dua  makna,  pertama  bermakna bahwa  obyek  serupa  dapat  dikelompokkan  sesuai  dengan  keseragaman  dan
relevansi.  Kedua  adalah  menyangkut  tingkat  hubungan  antara  obyek  yang didasarkan  kriteria  tertentu.  Apabila  penilaian  tidak  konsisten,  maka  proses
diulang untuk memperoleh penilaian yang tepat. AHP  membuka  kesempatan  adanya  perbedaan  pendapat  dan  konflik
sebagaimana  yang terjadi dalam kondisi nyata dalam usaha mencapai konsensus. Semua  problema  sistem  ini  tidak  dapat  dipecahkan  melalui  komponen  yang
terukur  seperti  keadaan  ya  dan  tidak  1  dan  0.  Karena  ada  kondisi  perbedaan kepentingan.  AHP  mencoba  memecahkan  masalah  dengan  cara  membandingkan
masukan  secara  berpasangan  berdasarkan  skala  yang  dapat  membedakan  setiap pendapat  serta  mempunyai  keteraturan  dalam  nilai  skala  komparasi  Saaty  :  1
sampai dengan 9 yang ditunjukkan pada Tabel  7. Saaty  1993  telah  membuktikan  bahwa  nilai  skala  komparasi  1  sampai
dengan  9  merupakan  pengambilan  keputusan  individual  yang  baik  dalam pendekatan  suistem  dengan  pertimbangan  ketelitian  yang  ditunjukkan  pada  nilai
RMS Root Means Square dan MAD Mean Absolute Deviation. Tabel 7  Komparasi penilaian berdasarkan skala Saaty
Nilai Keterangan
1 Sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting
5 Jelas lebih penting
7 Sangat jelas lebih penting
9 Mutlak lebih penting
2,4,6,8 Jika terjadi keraguan jawaban antara 2 nilai yang berdekatan
11-9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
47
Dalam  analisis  menggunakan  AHP  dilakukan  melalui  beberapa  proses yakni sebagai berikut:
1 Matriks pendapat individu Untuk  menyusun  prioritas  dilakukan  identifikasi  terhadap  intensitas
masalah  yang  merupakan  faktor  dominan.  Teknik  komparasi  berpasangan menerapkan  penilaian  para  pakar  berdasarkan  skala  komparasi  berpasangan,
sehingga  membentuk  matriks  segi.  Selanjutnya  dilakukan  perhitungan  untuk mendapatkan  prioritas  yang  dicari  berdasarkan  nilai  eigen  vector  dan  untuk
mendapatkan konsistensi penilaian diukur berdasarkan nilai eigen value. 2 Matriks pendapat gabungan
Matriks  Pendapatan  Gabungan  merupakan  susunan  matriks  baru  yang eleven  matriknya  gij  berasal  dari  rataan  geometrik  atau  “geometric  means”
elemen  matriks  pendapat  individu  aij  yang  rasio  konsistensinya  CR  memenuhi persyaratan.
3 Pengolahan horizontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas semua eleven
keputusan  pada  setiap  tingkat  hirarki.  Tahapan  perhitungan  yang  dilakukan  pada pengolahan  horizontal  adalah  1  perkalian  baris  2  perhitungan  vektor  prioritas
atau  vektor  eigen    3  perhitungan  nilai  eigen  maksimum  4    perhitungan  indeks konsistensi dan 5 perhitungan rasio konsistensi.
4 Pengolahan vertikal Pengolahan  vertikal  digunakan  untuk  menyusun  prioritas  pengaruh  setiap
eleven  pada  tingkat  hirarki  keputusan  tertentu  terhadap  fokus  utama  ultimate goal.
48
5 Revisi pendapat Revisi  pendapat  dapat  dilakukan  jika  rasio  konsistensi  pendapat  cukup
tinggi,  dan  dianggap  konsistensi  jika  mempunyai  nilai  sama  dengan  0.1, sedangkan  nilai  akurasi  data  ditunjukkan  dengan  nilai  RMS  dari  baris  dan
perbandingan nilai bobot baris terhadap kolom.
2.11  Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan  adalah  penelitian  yang  dilakukan  secara  mendalam  untuk
menentukan apakah usaha  yang akan dijalankan  akan memberikan manfaat  yang lebih besar dibandingkan dengan biaya  yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain
kelayakan  dapat  diartikan  bahwa  usaha  yang  dijalankan  akan  memberikan keuntungan  finansial  dan  non  finansial  sesuai  dengan  tujuan  yang  diinginkan.
Kelayakan  juga  diartikan  akan  memberikan  keuntungan  tidak  hanya  bagi perusahaan  yang  menjalankan  usaha,  tetapi  juga  bagi  investor,  kreditor,
pemerintah dan masyarakat luas. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis  meliputi  aspek  hukum,  aspek  pasar  dan  pemasaran,  aspek  finansial,  aspek
teknisoperasional,  aspek  manajemen,  aspek  ekonomi  dan  sosial  serta  aspek dampak  lingkungan.  Dalam  penelitian  ini  kriteria  kelayakan  secara  khusus
ditekankan pada aspek finansial. Analisis  kelayakan  finansial  didasarkan  pada  analisis  keuangan  yang
dihitung berdasarkan harga riil dari apa yang sebenarnya terjadi. Dalam tahap ini akan  dianalisis  biaya  dan  manfaat  kegiatan  agroindustri  perikanan  laut.  Analisis
keuangan  merupakan  suatu  penilaian  terhadap  kinerja  perusahaan  pada  waktu yang lalu dan prospeknya pada masa yang akan datang. Melalui analisis keuangan
diharapkan  dapat  ditemukan  kekuatan  dan  kelemahan  perusahaan  dengan menggunakan  informasi  yang  terdapat  dalam  laporan  keuangan  financial
statement.  Analisis  keuangan  ini  diperlukan  berbagai  pihak  seperti  para pemegang  saham  atau  investor,  kreditur  dan  para  manajer  karena  melalui  hasil
analisis  keuangan  ini  mereka  akan  mengetahui  posisi  perusahaan  yang bersangkutan  dibandingkan  dengan  perusahaan  lainnya  dalam  satu  kelompok
49
industri.  Evaluasi  aspek  keuangan  rencana  investasi  mencakup  hal  –  hal  sebagai berikut:
1  Penyusunan  anggaran  investasi  yaitu  jumlah  dana  yang  dibutuhkan  untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan proyek
2  Struktur dan sumber pembiayaan proyek yang akan dibangun 3  Kemampuan proyek menghasilkan keuntungan
4  Analisis break even point Menurut  Awat  1999  dari  aspek  keuangan,  suatu  usul  investasi  akan
dinilai  menguntungkan  atau  tidak  tergantung  pada  berbagai  metode  kriteria investasi  seperti  Payback  Period  PP,  Accounting  Rate  of  Return  ARR,  Net
Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR dan Profitability Index  PI. Menurut  Sutojo  2000  jika  metode  evaluasi  profitabilitas  proyek  dikaitkan
dengan nilai uang  the time value of  money maka diperoleh dua macam  metode yakni metode konvensional dan metode discount cashflow. Metode konvensional
mempergunakan  dua  macam  tolak  ukur  yaitu  Payback  Period  PP  dan Accounting  Rate  of  Return  ARR.  Sedangkan  metode  discount  cashflow
dipergunakan  tiga  macam  tolok  ukur  yaitu  Net  Present  Value  NPV,  Internal Rate  of  Return  IRR,  dan  Profitability  Index  PI.  Penjelasan  secara  rinci
mengenai beberapa metode investasi dapat dilihat sebagai berikut:
1 Net present value NPV
Menurut  Sutojo  2000,  NPV  adalah  selisih  antara  nilai  saat  ini  present value  dari  seluruh  cash  flow  tahunan  yang  diterima  investor  selama  umur
ekonomis proyek dengan nilai anggaran investasi proyek. Nilai bersih sekarang NPV  adalah  perbedaan  antara  nilai  sekarang  dari  benefit  keuntungan  dengan
nilai sekarang biaya. Apabila NPV bertanda positif menunjukkan bahwa investasi menguntungkan sehingga layak, karena 1 investasi awal telah kembali 2 biaya
modal  telah  diperoleh  dan  3  menerima  penghasilan  dari  kelebihan  1  dan  2. Sebaliknya apabila NPV negatif maka investasi harus ditolak. Sementara apabila
NPV  sama  dengan  nol,  maka  keputusan  dapat  menerima  atau  menolak  investasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.
50
2  Internal Rate of Return IRR IRR dari suatu investasi adalah suatu nilai tingkat bunga yang menunjukan
bahwa nilai sekarang netto NPV sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek.  Dengan  perkataan  lain,  IRR  adalah  nilai  discount  rate  sosial  yang
membuat NPV proyek sama dengan nol Djamin, 1993. Menurut Husnan 1998, analisis  investasi  dengan  NPV  lebih  baik  karena  pada  metode  IRR  terdapat
beberapa kelemahan, yaitu: 1  Tidak  memungkinkan  untuk  menghitung  IRR  yang  tingkat  bunganya
berbeda setiap tahun 2  Terdapat  kemungkinan  diperoleh  hasil  lebih  dari  satu,  apabila  arus  kas
berubah-ubah tandanya 3  Metode  IRR  akan  mengakibatkan  kesalahan  pengambilan  keputusan
apabila proyek bersifat mutually exclusive. 3  Payback Period PP
Menurut  Awat  1999  metode  PP  ini  menunjukkan  jangka  waktu  yang diperlukan  untuk  mengembalikan  seluruh  modal  yang  digunakan  pada  investasi
awal initial invesment. Banyak orang menggunakan PP sebagai tolok ukur dalam penentuan  risiko  suatu  proyek.  Hal  ini  disebabkan  karena  selama  masih  berada
dalam  PP  berarti  perusahaan  belum  mampu  mengembalikan  investasi  yang ditanamkan  dalam  proyek.  Semakin  lama  PP  maka  semakin  tinggi  risiko  usaha
yang ditanggung.
4 Profitability Index PI Profitability  index  PI  merupakan  perbandingan  antara  nilai  akumulasi
Present Value PV dengan besarnya biaya  yang dikeluarkan dalam menjalankan suatu  usaha.  PI  juga  merupakan  perbandingan  antara  nilai  sekarang  penerimaan-
penerimaan  bersih  di  masa  akan  datang  dengan  nilai  investasi.  Hal  ini  ditujukan untuk menilai risiko yang dihadapi dalam menjalankan suatu usaha.
51
5 Nisbah Bersih Manfaat dan Biaya Net BC Net BC adalah angka perbandingan antara present value total bersih dari
hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih. Selain analisis investasi, perlu dilakukan analisis perhitungan Break Even
Point  BEP  yakni  keadaan  suatu  usaha  yang  tidak  memperoleh  laba  dan  tidak menderita  rugi.  Dengan  kata  lain,  suatu  usaha  dikatakan  impas  jika  jumlah
pendapatan  sama  dengan  jumlah  biaya  atau  apabila  laba  kontribusi  hanya  dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu cara untuk
mengetahui  volume  penjualan  minimum  agar  suatu  usaha  tidak  menderita  rugi tetapi juga belum memperoleh laba Mulyadi 1993. Di samping itu, terdapat dua
cara untuk menentukan titik impas yaitu dengan pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafis.
2.12  Konsep Strategi Menurut Allison dan Kaye  2005, strategi didefinisikan sebagai prioritas
atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi merupakan pilihan-pilihan  tentang  bagaimana  cara  terbaik  untuk  mencapai  misi  organisasi
atau  mencapai  kondisi  masa  depan  yang  dinginkan  Tripomo  dan  Udan  2005. Rumusan strategi yang baik akan memberikan gambaran pola tindakan utama dan
pola keputusan yang dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi. Apabila strategi telah  ditetapkan,  selanjutnya  disusun  rencana  plan,  seperangkat  kebijakan
policies,  tahapan-tahapan  pencapaian,  organisasi  dan  personalia  yang mengisinya, anggaran dan program aksi. Wheelen dan Hunger 2006 menyatakan
bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang  akan  menentukan  kinerja  jangka  panjang  dalam  suatu  organisasi.
Manajemen  strategi  yang  berkembang  saat  ini  merupakan  jalan  keluar  dari persoalan  yang  dihadapi  dalam  bentuk  keterbatasan  sumberdaya  yang  dimiliki
oleh suatu organisasi. Selain definisi strategi yang bersifat umum, terdapat definisi secara khusus
seperti yang dikemukakan oleh Hamel dan Prahaland 1995 yang mendefinisikan strategi  yang  terjemahannya  adalah  bahwa  strategi  merupakan  tindakan  yang
52
bersifat  incremental  senantiasa  meningkat  dan  terus  menerus,  serta  dilakukan berdasarkan  sudut  pandang  tentang  apa  yang  diharapkan  oleh  para  pelanggan  di
masa  depan.  Oleh  karena  itu,  strategi  hampir  selalu  dimulai  dari  apa  yang  dapat terjadi dan bukan dari apa  yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar  yang
baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Tahapan  perumusan  strategi  tidak  lepas  dari  pengertian  tentang
manajemen  strategik.  David  2001  menyatakan  bahwa  manajemen  strategik adalah  seni  dan  ilmu  untuk  “formulasi-implementasi  dan  evaluasi”  keputusan-
keputusan  yang  bersifat  lintas  fungsional  agar  organisasi  dapat  mencapai tujuannya.  Kerangka  manajemen  strategik  menyeluruh  digambarkan  dalam  tiga
tahapan seperti pada Gambar 12, yang meliputi identifikasi lingkungan internal- eksternal,  perumusanformulasi  strategi  visi,  misi  dan  tujuan,  implementasi
strategi program, budget dan proyek, serta monitoring dan evaluasi.
Gambar 12 Kerangka manajemen strategik.
Formulasi strategi
termasuk mengembangkan
visi dan
misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan
dan  kelemahan  internal,  menetapkan  tujuan  jangka  panjang,  mengembangkan strategi-strategi alternatif dan memilih strategi untuk pelaksanaan.  Implementasi
Melaksanakan Audit eksternal
Mengembangkan visi  misi
Audit eksternal Menetapkan
tujuan jangka panjang
Membuat kebijakan dan
tujuan tahunan Pengalokasian
sumber daya Mengukur
dan mengevaluasi
kinerja
Melaksanakan Audit internal
Umpan Balik
Membuat, mengevaluasi
dan memilih strategi
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi strategi
53
strategi  memerlukan  suatu  perangkat  untuk  menetapkan  tujuan  tahunan, merencanakan kebijakan memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya
sehingga  strategi  strategi  yang  diformulasikan  dapat  dilaksanakan;  implementasi strategi  termasuk  mengembangkan  budaya  pendukung  strategi,  menciptakan
struktur  organisasi  yang  efektif,  mengarahkan  kembali  usaha-usaha  pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan
menghubungkan  kompensasi  karyawan  dengan  kinerja  organisasi.  Evaluasi strategi adalah tahap akhir pada manajemen strategi. Tiga aktivitas penting untuk
mengevaluasi  strategi  adalah  me-review  faktor  eksternal  dan  internal  yang menjadi  dasar  penerapan  strategi,  mengukur  kinerja  dan  mengambil  tindakan
perbaikan.  Evaluasi  strategi  diperlukan  karena  keberhasilan  hari  ini  bukan jaminan untuk kesuksesan hari esok.
Allison  dan  Kaye  2005  menyatakan  perencanaan  strategik  setiap organisasi  berbeda  tergantung  pada  besar  dan  kompleksitas  organisasi  lingkup
maupun peubah-peubah yang digunakan.  Namun demikian perencanaan strategik memiliki  kesamaan  sebagai  upaya  mencapai  tujuan  secara  efektif  dan  efisien
dengan  menyadari  terbatasnya  sumber  daya  yang  dimiliki.    Proses  perencanaan strategik  yang berhasil selalu memiliki pertanyaan dan jawaban sebagai berikut :
1 Dimana kita sekarang ? 2 Dimana kita ingin berada di masa mendatang ? 3 Bagaimana  kita  mengukur  kemajuan?  4  Bagaimana  kita  mencapai  sasaran  dan
tujuan ? dan 5 Bagaimana kita menelusuri kemajuan Gazpers 2004.
54
3  METODOLOGI UMUM
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian  analisis  pengembangan  industri  surimi  dalam  pemanfaatan  by- catch  pukat  udang  dilakukan  di  beberapa  daerah  yakni  di  Provinsi  Papua  Barat
khususnya  di  Kota  Sorong,  Pulau  Moro  –  Kepulauan  Riau,  Pekalongan  –  Jawa Tengah, Muara Baru - Jakarta. Penelitian yang dilakukan di Provinsi Papua Barat
dilaksanakan pada bulan Mei Tahun 2007. Pemilihan Kota Sorong sebagai lokasi penelitian dikarenakan Kota Sorong memiliki prospek pengembangan surimi yang
didukung oleh hal-hal sebagai berikut: 1 Kota  Sorong  merupakan  salah  satu  pelabuhan  pangkalan  fishing-base
kapal-kapal pukat udang dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan daerah lainnya
2 Kota  Sorong  memiliki  keuntungan  dari  segi  geografi  yakni  memiliki kedekatan dengan fishing ground penangkapan ikan yakni Laut Arafura
Adapun  Pulau  Moro  –  Kepulauan  Riau,  dijadikan  sebagai  salah  satu  lokasi penelitian  dikarenakan  di  Pulau  Moro  terdapat  perusahaan  pengolahan  surimi,
demikian  pula  dengan  Pekalongan  –  Jawa  Tengah,  sedangkan  Muara  Baru  – Jakarta  dijadikan  lokasi  penelitian  untuk  teknologi  pengolahan  surimi  dari  ikan
campuran. Waktu pelaksanaan penelitian di Pulau Moro adalah pada bulan Januari Tahun  2007,  Pekalongan  pada  bulan  Februari  Tahun  2007,    di  Sorong  –  Papua
Barat pada akhir bulan Maret 2007 dan di Muara Baru pada bulan April dan Mei Tahun 2007. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 13.
3.2 Responden