Teori Sistem Analisis pengembangan industri pengolahan surimi dalam pemanfaatan by catch pukat udang

40 beberapa industri skala rumah tangga dengan produksi sebesar 1 – 2 ton per bulan yang seluruh produksinya dipasarkan untuk domestik Budiyanto dan Djazuli 2003. Surimi belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun sumber bahan baku yang dimiliki sangat melimpah, namun produk olahan lanjutan surimi surimi based-products sangat memasyarakat, antara lain mpek-mpek, bakso, otak-otak dan produk lainnya. Sementara itu, unit pengolahan ikan yang memproduksi surimi masih terbatas, antara lain di Jawa Timur, Pulau Moro – Riau, Jakarta, Pekalongan – Jawa Tengah dan Jambi.

2.8 Teori Sistem

Sistem didefinisikan ke dalam dua bagian kelompok pendekatan yaitu pendekatan yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen atau elemen. Melalui pendekatan pada prosedur, maka sistem merupakan jaringan kerja dari prosedur yang terkait untuk melakukan kegiatan dalam mencapai sasaran dan yang telah ditentukan. Pendekatan secara komponen mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Menurut Wetherbe 1988 sistem didefinisikan sebagai sekumpulan entinitas atau komponen yang saling berhubungan dengan terorganisasi membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan atau sekelompok tujuan. Menurut Eriyatno 1999, sistem merupakan totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama dimensi ruang dan waktu. Falsafah kesisteman diperlukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang semakin kompleks sehingga diperoleh solusi yang komprehensif. Tahun 1968, Bertalanffy mempekenalkan pemikirannya tentang General System Theory GST yang mendefinisikan sistem sebagai totalitas dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Paradigma GST menekankan perlunya keahlian generalis dan pendekatan lintas disiplin dalam memahami dunia nyata secara efisien. Sudut pandang inilah berkembang metode sintesis dan teknik sistem yang bersifat holistik Pressman 1992. Dalam pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suau kerangka pikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem 41 system approach. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional Eriyatno 1999. Dalam logika sistem sistemologi terdapat rangkaian proses transformasi yang mengolah masukan menjadi luaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Subsistem adalah suatu elemen atau komponen fungsional suatu sistem yang berhubungan satu sama lain pada tingkat resolusi tinggi, sedangkan elemen adalah pemisahan bagian sistem pada tingkat resolusi rendah. Masing-masing subsistem saling berinteraksi untuk mencapai tujuan sistem. Interaksi antar subsistem disebut juga interface terjadi karena luaran dari subsistem dapat menjadi salah satu masukan bagi subsistem yang lain. Apabila interface antar subsistem terganggu akan menyebabkan proses transformasi pada sistem secara keseluruhan akan terganggu pula, sehingga dapat menyebabkan terjadinya bias dari tujuan yang ingin dicapai Wetherbe 1988. Dengan mempertimbangkan berbagai kendala dalam pendekatan sistem, maka pengkajian suatu permasalahan sebaiknya memenuhi karakteristik: 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, 2 dinamis dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaaan ke masa depan, dan 3 probabilistik, yaitu diperlukan fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Menurut Eriyatno 1999, terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok oleh para ahli sistem dalam merekayasa solusi permasalahan, yaitu 1 sibernetik cybernetic, artinya berorientasi pada tujuan, 2 holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan 3 efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan daripada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan.

2.9 Sistem Penunjang Keputusan