Kebutuhan Nutrien Ikan Nila

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebutuhan Nutrien Ikan Nila

Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi untuk tumbuh adalah protein, karbohidrat dan lemak. Protein pada ikan berperan sebagai sumber nutrient dan sebagai sumber energy. Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam amino esensial dan non essensial. Protein adalah nutrien yang sangat dibutuhkan untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak, pemeliharaan protein tubuh, penambahan protein tubuh untuk pertumbuhan, materi untuk pembentukan enzim dan beberapa jenis hormon, dan juga sebagai sumber energi NRC 1993. Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ukuran ikan, temperatur air, kadar pemberian pakan, kandungan energi dalam pakan yang dapat dicerna dan kualitas protein Furuichi 1988. Kebutuhan protein ikan berbeda-beda menurut spesiesnya, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 30 - 40 dalam pakannya Jobling 1994. Ikan air tawar umumnya dapat tumbuh dengan baik dengan pemberian pakan yang mengandung kadar protein 25 - 35 dengan rasio energi protein adalah sekitar 8 kkalgram protein. Pada Tabel 1 disampaikan data perbedaan kebutuhan protein ikan nila dengan bobot tubuh yang berbeda. Defisiensi asam amino esensial Agr,Thr, He, His, Met dan kandungan mimosin Lim dan Dominy 1991 merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan TDL dalam pakan ikan. Defisiensi asam amino dapat diatasi dengan menambahkan asam amino esensial yang menjadi pembatas sedangkan untuk mengatasi mimosin telah dilaporkan beberapa metode untuk mereduksi mimosin. Seperti dilaporkan oleh Hasan et al. 1994, kecernaan TDL pada Labeo rorita fingerling pada daun yang tidak direndam dalam air adalah 62,7, sedangkan kecernaan daun yang direndam dalam air adalah 82,7 . Pada ikan Lobeo Rohita dan ikan nila, didapatkan bahwa dengan peningkatan kadar TDL dalam pakan baik dengan perendaman maupun tidak, terjadi penurunan pemanfaatan protein dan lemak Hasan et al. 1994; Nandeesha et al. 1991; We dan Wang 1987. Sedangkan Osman et al. 1996 melaporkan bahwa TDL yang dikeringkan dengan sinar matahari memberikan pertumbuhan yang lebih baik pada nila dibandingkan TDL yang ditambahkan sodium hidroksida. Tabel 1. Kebutuhan protein ikan Nila Oreochromis sp dengan bobot tubuh yang berbeda. Spesies Bobot tubuh ikan g Keperluan protein Pustaka 1 O.mossambicus 1,0-2,5 29-38 Cruz dan Laudencia 1977 Fry 50 Jauncey dan Ross 1982 0,5-1,0 40 Jauncey dan Ross 1982 6,0 - 30,0 30-35 Jauncey dan Ross 1982 1,8 40 Jauncey 1982 O. niloticus 1,5-7,5 36 Kubaryk 1980 3,2-3,7 30 Wange et al. 1985 0,838 40 Siddiqui et al. 1988 40 30 Siddiqui et al. 1988 O. aureus 0,3-0,5 36 Davis dan Stickney 1978 0,16 40 Santiago dan Laron 1991 Tilapia zillii 1,7 35-40 Teshima et al. 1978 1,65 35 Mazid et al. 1979 O.niloticus x O. aureus 0,6-1,1 32 Shiau dan Peng 1993 21 28 Twibell dan Brown 1998 1 di dalam El-Sayed 2006. Ikan mempunyai kemampuan terbatas untuk mencerna serat, hal ini berkaitan dengan terbatasnya ketersediaan enzim selulotik dalam saluran pencernaan. Bahkan pencampuran TDL pada level tertentu dapat menghambat pertumbuhan ikan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa di dalam saluran pencernaan ikan ditemukan aktifitas selulase dalam jumlah yang kecil Saha dan Ray 1998; Prejs dan Blaszczyk 2006; Donovan et al. 2009; Li et al. 2004; Bairagi 2004; Nibedita dan Koushik 2008. Pada O. Mossambicus dan tilapia ukuran sejari dilaporkan oleh Jackson et al. 1982, serta Wee dan Wang 1987 bahwa pada penggunaan 25 TDL dalam pakan berkadar protein 30 mengakibatkan penurunan kinerja pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan. Sedangkan pada tilapia ukuran pembesaran Santiago dan Lovell 1988 pada level 40 TDL dalam pakan dan O. aureus ukuran benih Badawy et al. 1995 pemakaian 15 TDL dalam pakan mengakibatkan pertumbuhan menjadi rendah. Penyediaan sumber protein pakan baik tepung ikan dan bungkil kedelai masih bergantung pada impor. Tumbuhan leguminosa dan sereal serta produknya telah dicoba digunakan sebagai substitusi dari bungkil kedelai di dalam pakan ikan nila Meulen et al. 1979. Hal ini sangat memungkinkan digunakan untuk budidaya ikan nila karena ikan nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng gondok, tepung alfalfa, serta tepung daun dari berbagai jenis tanaman legumes seperti daun lamtoro El Sayed 1999. Popma 1982 menjelaskan kemampuan ikan nila dan ikan air tawar yang bersifat herbivora dan cenderung omnivora yang dapat mencerna lebih dari 70 energi kotornya dari bahan non-strach, sedangkan pada ikan yang bersifat karnivora seperti ikan trout, Wilson dan Poe 1987 melaporkan hanya mampu mencerna kurang dari 50 . Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting meskipun kandungan karbohidrat dalam pakan berada dalam jumlah yang relatif rendah. Karbohidrat dalam pakan dapat berupa serat kasar serta bahan ekstrak tanpa nitrogen BETN. BETN mengandung banyak gula dan pati yang bersifat mudah dicerna sedangkan serat kasar kaya akan lignin dan selulase yang sukar dicerna. Energi dari karbohidrat sama efektifnya dengan energi dari lemak NRC 1993. Pemberian tingkat energi optimum dalam pakan sangat penting karena kelebihan dan kekurangan energi dapat menurunkan pertumbuhan ikan Lovell 1988. Pemanfaatan karbohidrat oleh ikan berbeda-beda bergantung kepada kompleksitas karbohidrat. Ikan-ikan karnivora tidak mampu memanfaatkan karbohidrat komplekspolisakarida sebagai energi utama dalam pakannya pada kadar yang tinggi. Sedangkan ikan-ikan omnivora dan herbivora dapat mencerna karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ikan-ikan karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat optimum pada tingkat 10-20 dalam pakannya sedangkan ikan-ikan omnivora mampu memanfaatkan karbohidrat optimum sebesar 30-40 dalam pakan Furuichi 1988. Bungkil kedelai dan tepung ikan adalah bahan yang umum digunakan sebagai sumber protein dalam pakan. Tetapi dengan meningkatnya permintaan manusia akan protein di beberapa negara berkembang, serta diiringi dengan meningkatnya harga bungkil kedelai dan tepung ikan di tingkat dunia haruslah dicari bahan dasar lain sebagai sumber protein pakan yang sifat bahan tersebut adalah lokal sehingga harganya tidak terlalu fluktuatif.

2.2. Tepung Daun Lamtoro Leucaena leucocephala