Tahap 1. Pengujiaan Aktifitas Enzim-enzim Hidrolisis pada Ekstrak Enzim Cairan

Pembahasan Moharrery dan Das 2002 melaporkan bahwa cairan rumen domba yang berisi sel- sel bakteri mempunyai aktivitas enzim selulase, amilase, protease dan lipase yang lebih tinggi dari cairan rumen tanpa protozoa dan tanpa sel-sel mikroba. Pada cairan rumen domba bebas sel mikroba didapatkan aktifitas enzim selulase sebesar 0,03 IUmlmenit, amilase adalah sebesar 1,16 IUmlmenit; protease 0,22 IUmlmenit; dan lipase 1,22 IUmljam. Dibandingkan dengan nilai akyifitas enzim yang dilaporkan oleh Moharrey dan Das 2002 maka nilai aktifitas enzim rumen domba yang didapatkan pada penelitian ini menghasilkan aktifitas selulase yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 1,66 IUmlmenit sedangkan aktivitas protease tidak terlalu berbeda sebesar 0,26 IUmlmenit tetapi aktifitas lipase 0,01 IUmenitml setara dengan 0,044 IUjamml yang jauh lebih kecil. Perbedaan nilai aktifitas ini diduga disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi oleh domba selama masa pemeliharaan. Domba pada penelitian ini dikondisikan hanya dengan memakan lamtoro dicampur dengan jenis hijauan lainnya sedangkan pakan domba penelitian Moharrey dan Das 2002 mendapatkan pakan konsentrat yang kaya sumber karbohidrat dan pakan domba penelitian Agarwal et al. 2002 adalah air susu sampai domba umur 8 minggu dan diteruskan dengan 50 persen konsentrat dan 50 persen rumput sampai umur 24 minggu. Dilaporkan pula oleh Budiansyah 2010, sapi lokal yang mendapatkan pakan serat akan menghasilkan aktifitas enzim selulase tinggi. Sedangkan pada sapi impor yang lebih banyak mendapatkan karbohidrat dari pakan konsentrat, akan menghasilkan lebih banyak enzim-enzim xilanase, manannase dan amilase. Secara lebih terperinci Lee et al. 2002 memetakan enzim-enzim dalam rumen sapi. Enzim-enzim yang terdapat dalam cairan rumen domba antara lain adalah enzim-enzim selulolitik terdiri atas beta-D- endoglukanase, beta-D-exoglukanase, beta-D-glukosidase, dan beta-D-fucosida fucohydrolase, enzim-enzim xylanolitik terdiri atas beta-D-xylanase, beta-D-xylosidase, acetyl esterase, dan alfa-L-arabinofuranosidase, enzim-enzim pektinolitik terdiri atas polygalacturonase, pectate lyase dan pectin lyase, dan enzim-enzim lain yang terdiri atas beta-amilase, endo-arabilase, beta-D-gluanase laminarinase, beta-D-glucanase Lichenase, beta-D-glucanase Pechimanase dan protease. Martin et al. 1999 mendapatkan bahwa enzim-enzim pencerna karbohidrat dalam cairan rumen antara lain adalah amilase, xylanase, avicelase, alpha-D-glukosidase, alpha-L- arabinofuranosidase, beta-D-glukosidase dan beta-D-xylosidase. Martin et al. 1999 juga melaporkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas enzim-enzim pencernaan dalam cairan rumen pada bagian perut ventral dan bagian punggung dorsal. Hal ini disebabkan oleh keragaman oleh protozoa dan bakteri yang berbeda dalam rumen. Aktivitas enzim-enzim fibrolitik xylanase, avicelase, alpha-L-arabinofuranosidase, beta-D-glukosidase dan beta-D-xylosidase yang berasal dari mikroba protozoa bagian punggung dorsal lebih besarlebih tinggi sekitar 40 persen dari bagian perut ventral, sebaliknya aktivitas enzim-enzim fibrolitik yang berasal dari bakteri lebih besar dibagian perut ventral dari pada bagian punggung dorsal, secara keseluruhan aktivitas enzim yang berasal dari bakteri lebih tinggi dari pada yang berasal dari protozoa. Kamra 2005 mengemukakan bahwa jenis mikroba rumen yang banyak mensekresikan enzim selulase diantaranya adalah Fibrobacter succinogenes , Ruminococcus albus, R. flavefaciens, Clostrodium lochheadii, C. longisporum dan Eubacterium cellulosolvens. Sedangkan jenis mikroba yang banyak menghasilkan enzim amilase adalah Streptococcus bovis, Ruminococcus amylophylus, Prevotella ruminicola, Streptococcus ruminantium dan Lachnospora multiparius. Selama ini jenis monoenzim fitase umum digunakan untuk mengurangi kandungan asam fitat dari bungkil kedelai yang digunakan dalam komposisi pakan. Jenis multi enzim yang pernah dicobakan pada pakan ikan adalah enzim komersil produksi Altech dengan merek dagang Allzyme. Budiansyah 2010 melaporkan bahwa Allzyme mengandung aktifitas selulase sebesar 2,93 IUmlmenit; amilase 67,5 IUmlmenit dan protease 1,90 IUmlmenit. Nilai aktifitas enzim komersil ini untuk selulase tidak terlalu berbeda bahkan aktifitas protease cairan rumen domba lebih tinggi, sedangkan aktifitas amilase pada Allzyme jauh lebih tinggi. Kelebihan yang dimiliki enzim cairan rumen domba pada penelitian ini adalah terdapatnya aktifitas fitase yang dapat menghidrolisis asam fitat yang banyak terdapat dalam bungkil kedelai dan TDL. Aktifitas enzim fitase cairan rumen domba dalam penelitian ini adalah sebesar 0,27 IUmenitml. Dilaporkan bahwa aktifitas enzim dalam rumen sangat erat hubungannya dengan keragaman mikroorganisme dalam rumen. Dimana aktifitas enzim fitase ini didapat dari kerja mikroba-mikroba rumen yang mensekresikan enzim fitase ke dalam cairan rumen untuk membantu mendegradasi partikel makanan yang mengandung asam fitat. Jenis bakteri yang dilaporkan memproduksi fitase adalah Selenomona ruminantium Yanke et al. 1998 dan yang terbaru adalah Mitsuokella jalaludinii Lan et al. 2002. Selain itu Budiansyah 2010 melaporkan bahwa enzim selulase, fitase, amilase dan protease asal cairan rumen sapi lokal mempunyai kisaran suhu dan pH yang luas untuk bekerja yaitu suhu 29 sampai 70 o C dan pH dari 4 sampai 9. Enzim yang mempunyai suhu dan kisaran pH yang luas akan mempermudah aplikasi penggunaanya di lapangan, karena dalam pembuatan pakan berbentuk pellet digunakan suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga enzim yang mempunyai kisaran suhu yang luas masih dapat bekerja menghidrolisis substrat. Aktifitas multi enzim cairan rumen domba serta kemampuan enzim rumen untuk bertahan pada kisaran suhu dan pH yang luas diharapkan menjadi pilihan untuk terobosan penggunaan enzim yang lebih efisien dalam pakan ikan. Peluang aplikasi enzim rumen domba untuk meningkatkan kualitas TDL semakin besar dengan kandungan multi enzim cairan serta kisaran kerja enzim pada suhu dan pH yang luas. Didukung pula dengan potensi rumen domba rumah pemotongan hewan yang terdapat di sebagian besar daerah di Indonesia. Dalam aplikasi di lapangan penyaringan cairan rumen domba dapat dilakukan dengan alat sederhana yaitu alat pengering yang digunakan pada mesin cuci, sehingga cairan yang didapat dapat digunakan sebagai sumber enzim. Berkaitan dengan penggunaan tepung daun lamtoro TDL yang mengandung karbohidrat dengan fraksi serat, selulosa dan karbohidrat bukan pati NSP yang tinggi Kale, 1987 maka enzim-enzim cairan rumen domba yang berperanan adalah selulase dan amilase. Sedangkan kandungan asam fitat pada TDL dapat dihidrolisis dengan enzim fitase yang terkandung pada cairan rumen domba. Proses hidrolisis ini akan dikaji pada penelitian tahap kedua.

4.2. Tahap Kedua Pengaruh Hidrolisis predigestion Tepung Daun Lamtoro dengan Ekstrak Enzim

dari Cairan Rumen Domba Secara in vitro Penelitian tahap kedua ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah ekstrak enzim dan waktu inkubasi yang paling efektif untuk menghidrolisis substrat TDL. Berdasarkan uji aktifitas enzim pada tahap sebelumnya, nilai aktifitas enzim yang terkandung pada setiap perlakuan penambahan enzim cairan rumen dengan volume berbeda disajikan pada Tabel 10. Dari Tabel 10 dapat terlihat bahwa peningkatan penambahan eksrak enzim cairan rumen akan meningkatkan pula kandungan enzim hidrolisis. Setiap peningkatan penambahan 0,2 ml10g ekstrak enzim rumen akan meningkatkan kandungan enzim selulase sekitar 0,33 IUmlmenit, enzim amilase 0,27 IUmlmenit, enzim protease meningkat 0,05 IUmlmenit, enzim fitase meningkat 0,51 dan enzim lipase meningkat 0,002 IUmlmenit. Perlakuan kontrol hanya ditambahkan air sebanyak volume enzim tertinggi yang diberikan. Tabel 10. Kandungan aktifitas enzim pada setiap perlakuan Aktifitas enzimIUmlmenit Perlakuan ml enzim g TDL Selulase Amilase Fitase Protease Lipase A 0,2 ml10g 0,33 0,26 0,05 0,05 0,001 B 0,4 ml10g 0,66 0,53 0,11 0,10 0,003 C 0,6 ml10g 0,99 0,79 0,16 0,15 0,004 D 0,8 ml10g 1,33 1,05 0,22 0,20 0,006 E 1,0 ml10g 1,66 1,32 0,27 0,26 0,007 ekstrak enzim cairan rumen domba

4.2.1. Glukosa Terlarut

Hasil pengukuran kadar glukosa terlarut pada inkubasi 2 jam dan 24 jam disajikan pada Gambar 6. Data ulangan per perlakuan disajikan pada Lampiran 16 dan 17. Penambahan ekstrak enzim cairan rumen domba nyata P 0,05 mempengaruhi kadar glukosa terlarut TDL dengan periode inkubasi 2 dan 24 jam. Pada periode inkubasi 2 jam kadar glukosa terlarut pada perlakuan kontrol tanpa penambahan enzim lebih rendah dan nyata berbeda dengan perlakuan yang mendapat penambahan enzim. Nilai tertinggi glukosa terlarut dicapai pada penambahan enzim 100mlkg TDL sebesar 0,132, dimana terjadi peningkatan kadar glukosa terlarut sebesar 501,40 dibandingkan perlakuan kontrol dengan nilai kadar glukosa terlarut sebesar 0,009. Hasil pengukuran kadar glukosa terlarut pada inkubasi 24 jam menunjukkan pola yang berbeda. Kadar glukosa terlarut pada perlakuan kontrol tanpa penambahan enzim nyata lebih rendah dibandingkan dengan semua perlakuan yang mendapat penambahan enzim. Sedangkan diantara perlakuan yang mendapat penambahan enzim 20mlkg dan 40mlkg didapat kadar glukosa terlarut yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 60mlkg; 80mlkg dan 100mlkg. Nilai yang tertinggi yaitu 0,490 dicapai pada perlakuan 100mlkgTDL dimana terdapat peningkatan sebesar 2127,45 , dari nilai terendah yaitu 0,022 yang dicapai pada perlakuan kontrol tanpa penambahan enzim.