Unsur sistem pengendalian internal pemerintah berdasarkan PP SPIP nomor 60 tahun 2008, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian resiko
3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan Berdasarkan
uraian diatas
dapat disimpulkan
bahwa keefektifan
pengendalian internal sangatlah penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi. Ketidakefektifan pengendalian internal
akan dapat membuka kesempatan bagi pegawai untuk melakukan tindakan yang menyimpang atau kecurangan fraud karena pegawai akan memanfaatkan
ketidakefektifan pengendalian internal itu sebagai suatu titik lemah perusahaan atau instansi dan melancarkan aksinya dalam melakukan kecurangan fraud.
2.1.6 Asimetri Informasi
Asimetri informasi adalah situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak
yang membutuhkan informasi Wilopo, 2006:26. Sedangkan Nasution dan Doddy 2007 dalam Rahmawati dan Soetikno 2012:10 menjelaskan bahwa
asimetri informasi timbul karena principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent dan agent memiliki lebih banyak informasi mengenai
perusahaan secara keseluruhan. Keadaan tersebut dapat memberikan kesempatan
kepada agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu
agent unutk memikirkan bagaimana angka akuntansi dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
Terdapat dua macam asimetri informasi menurut Scott 2000, dalam Rahmawati dan Soetikno 2012:10, yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak informasi tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham dengan melanggar kontrak yang sebenarnya secara etika
atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
2.1.7 Kesesuaian Kompensasi
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa
yang diberikan kepada perusahaan Hasibuan, 2009:118. Menurut Rahmawati dan Soetikno 2012:9 kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh
organisasi kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial pada periode yang tetap. Werther dan Davis dalam Hasibuan 2009:119
mengemukakan pendapatnya tentang kompensasi yaitu: Compensation is what employee raceive in exchange of their work.
Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and administers employee compensation.
Berdasarkan definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang
diberikannya. Baik upah per jam atapun gaji periodic didesain dan dikelola oleh bagian personalia.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan
kompensasi menurut
Mangkunegara 2008:84 sebagai berikut: 1. Faktor Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya
transportasiangkutan, inflasi maupun devaluasi, sangat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai.
2. Penawaran Bersama antara Perusahaan dan Pegawai Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat dipengaruhi pula pada
saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya.
3. Standard an Biaya Hidup Pegawai Kebijakan kompensasi perlu mempertimbangkan standard an biaya hidup
minimal pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai harus terpenuhi.
4. Ukuran Perbandingan Upah Kebijakan dalam menentukan kompensasi dipengaruhi pula oleh ukuran
besar kecilnya perusahaan, tingkat pendidikan pegawai, masa kerja pegawai.
5. Permintaan dan Persediaan Dalam
menentukan kebijakan
kompensasi pegawai
perlu mempertimbangkan tingkat persediaan dan permintaan pasar. Artinya,
kondisi pasar pada saat itu perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat upah pegawai.
6. Kemampuan Membayar Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Jenis-jenis kompensasi menurut Mathis dan Jackson 2002:119 adalah
sebagai berikut: 1.Gaji Pokok
Kompensasi dasar yang diterima oleh karyawan, biasanya sebagai gaji atau upah. Ada dua kategori gaji pokok, yaitu gaji harian dan gaji tetap.
Gaji harian merupakan upah yang pembayarannya dihitung secara langsung sesuai dengan jumlah waktu kerja. Sedangkan gaji tetap adalah
pembayaran yang konsisten dari waktu ke
waktu dengan tidak memperhatikan jumlah jam kerja.
2. Gaji Variabel Kompensasi berhubungan langsung dengan pencapaian kinerja. Jenis yang
paling umum dari gaji jenis ini untuk karyawan adalah program pembayaran bonus dan insentif.
3. Tunjangan Banyak organisasi memberikan imbalan eksentrik dalam bentuk yang
tidak langsung. Dengan kompensasi bersifat tidak langsung ini, karyawan menerima nilai treukur dari imbalan tanpa benar-benar menerimanya
secara tunai. Tunjangan dapat berupa asuransi kesehatan, uang cuti, atau uang pensiun.
Berdasarkan penjelasan dapat diketahui bahwa Tindakan kecurangan fraud dapat terjadi karena adanya tekanan bahwa pegawai merasa kompensasi
yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan yang sudah dilakukan. Sehingga kesesuaian kompensasi sangat mempengaruhi kinerja pegawai, dengan pemberian
kompensasi yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai diharapkan
dapat memebuat
pegawai merasa
tercukupi sehingga
akan meningkatkan kinerja pegawai dan mengurangi tindakan kecurangan fraud.
2.1.8 Keadilan Prosedural