2.1.4 Penegakan PeraturanHukum
Menurut Asshiddiqie
2008 penegakan
hukum adalah
proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam arti luas proses penegakan hukum
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Sedangkan dalam arti sempit proses penegakan hukum merupakan upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud dengan Peraturan Daerah Perda
adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemenrintahan Daerah UU Pemda Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Provinsi Kabupaten
Kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas
daerah masing-masing.
2.1.5 Keefektifan Pengendalian Internal
Perkembangan pengendalian internal pemerintah di Indonesia ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah PP nomor 60 tahun 2008 tentang sistem
pengendalian internal pemerintah SPIP. Sistem pengendalian internal menurut
PP SPIP merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Mulayadi dan Puradiredja 1998 dalam Rahmawati dan Soetikno 2012:8
menjelaskan bahwa Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan
laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi. Sedangkan menurut Bastian 2006 dalam Puspasari dan Soewardi
2008:8, pengendalian akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian internal,
meliputi struktur
organisasi, metode,
dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi serta mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi. Menurut Wilopo 2008:86 pengendalian internal birokasi pemerintahan
terdiri atas tiga unsur, antara lain: 1. Lingkungan Pengawasan Umum
Tingkat lingkungan pengawasan ditentukan oleh sikap dan kadar pemahaman dan kepentingan pemimpin Negara akan perlunya sistem
pengendalian birokasi yang kuat, tingkat hubungan pelaporan di antara unit organisasi birokasi, tingkat kompetensi dan kejujuran dari birokat,
derajat pendelegasian dan pembatasan wewenang dari birokasi, tingkat pemahaman
birokasi dan
kebijakan prosedur,
serta tingkat
pengendalian keuangan
dan pengelolaan
termasuk penggunaan
komputer telah dimantapkan dan diamankan dengan baik. 2. Risiko yang Melekat untuk Berkorupsi
Risiko yang melekat untuk berkorupsi ditentukan oleh tingkat kejelasan dari suatu program, serta jumlah perijinan. Selain itu,
ditentukan juga oleh seberapa besar anggaran untuk melaksanakan kegiatan.
3. Sarana Pengamanan Srana pengamanan dan pengendalian ini terdiri dari tersedianya suber
informasi data base dan lainnya, ketersediaan narasumber yan kompeten untuk pengumpulan informasi, tersedianya peta yang
menggambarkan wilayah yang rawan korupsi, serta agenda untuk menurunkan tingkat kerawanan tersebut.
Keberhasilan SPIP tidak hanya bertumpu pada rancangan pengendalian yang mamadai untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi, tetapi juga kepada
setiap orang dalam organisasi sebagai faktor yang dapat membuat pengendalian tersebut berfungsi. PP SPIP juga menyebutkan bahwa sistem pengendalian
internal dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi
instansi pemerintah tersebut.
Unsur sistem pengendalian internal pemerintah berdasarkan PP SPIP nomor 60 tahun 2008, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian resiko
3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan Berdasarkan
uraian diatas
dapat disimpulkan
bahwa keefektifan
pengendalian internal sangatlah penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi. Ketidakefektifan pengendalian internal
akan dapat membuka kesempatan bagi pegawai untuk melakukan tindakan yang menyimpang atau kecurangan fraud karena pegawai akan memanfaatkan
ketidakefektifan pengendalian internal itu sebagai suatu titik lemah perusahaan atau instansi dan melancarkan aksinya dalam melakukan kecurangan fraud.
2.1.6 Asimetri Informasi