2.1.4.5 Pembelajaran IPS di SD
IPS sebagai studi tentang manusia yang dipelajari oleh anak didik di tingkat sekolah dasar dan menengah yang lebih menitikberatka kepada berbagai
pengalaman siswa di sekolah yang dipandang dapat membantu anak didik untuk lebih mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat. Dalam pembelajaran IPS di
SD, diharapkan dapat membina warga masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial, serta membantu
melahirkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya sehingga dalam menyajikan materi maupun metode pembelajaran harus sesuai
dengan tujuan pemeblajaran yang akan dicapai. Pembelajaran IPS di SD tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya melainkan lebih menekankan
kepada segi praktis mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial, dengan mempertimbangkan bobot dan tingkat kemampuan peserta didik
pada tiap jenjang yang berbeda. Tujuan pemeblajaran IPS di SD bukan untuk memenuhi ingatan pengetahuan para peserta didik dengan berbagai fakta dan
materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat,
bangsa, dan negara. Wahab, 2009: 1.9
2.1.5 Problem Based Learning PBL
Tan dalam Rusman, 2010:229 mengemukakan bahwa Problem Based Leraning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Di dalam PBL, penggunaan berbagai macam kecerdasan sangat diperlukan guna melakukan konfrontasi
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Dari rumusan yang diungkapkan oleh Kelson dalam Amir, 2010:21, PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang
masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki
strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan
masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan dan kehidupan sehari-hari.
Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2010:241 menyatakan PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. PBL adalah model pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Moffit, dalam Rusman, 2010:241.
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan
dalam dunia nyata yang dipusatkan pada keterampilan dalam menyelesaikan masalah dan untuk belajar tentang cara berpikir kritis serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Di dalam PBL, pendayagunaan kemampuan berpikir dalam sebuah proses kognitif yang
melibatkan proses mental yang dihadapkan pada kompleksitas suatu permasalahan yang ada di dunia nyata. Siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari
sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap serta berkesinambungan. PBL menuntut aktivitas
mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran. Situasi atau masalah
menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami prinsip, dan mengembangkan keterampilan yang berbeda pada pembelajaran secara umum.
2.1.5.1 Karakteristik Problem Based Learning PBL
Karakteristik PBL dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. a.
Permasalahan menjadi starting point dalam belajar b.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda multiple perspective
d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal utama
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL g.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif h.
Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan i.
Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar
Tan, dalam Rusman 2010:232
2.1.5.2
Langkah-langkah atau Sintaks Problem Based Learning PBL
Ibrohim dan Nur dalam Rusman, 2010:243 mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatanhasil karya siswa
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah. 4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, resum, media fisik, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan teman
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.1.5.3 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Amir 2010:27 menjelaskan bahwa model Pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa kelebihan yang disajikan sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-
masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita
diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam pembelajaran.
2. Pengembangan keterampilan berpikir kritis critical thinking skills.
3. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan
discovery, bertanya
questioning, mengungkapkan
articulating, menjelaskan atau mendeskripsikan describing mempertimbangkan atau
membuat pertimbangan considering, dan membuat keputusan decision- making. Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja
melalui suatu situasi bermasalah 4.
Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar 5.
Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan 6.
Membangun kerja tim, kepeminpinan, dan keterampilan social 7.
Membangun kecakapan belajar
2.1.5.4 Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba
2.
Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
3.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari Wina Sanjaya, 2011:221
Dalam pelaksanaannya, guru harus terampil dalam menggunakan model Problem Based Learning. Guru harus bisa memotivasi siswa dengan
memunculkan masalah sosial di awal pembelajaran sebagai pemancing rasa keingintahuan siswa, masalah yang diberikan harus mengundang pertanyaan agar
siswa berperan aktif dan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Guru harus bisa mengatur waktu dalam merencanakan pembelajaran, antara waktu
dalam perencanaan dengan waktu pelaksanaan harus sesuai sehingga dipastikan waktu yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning berhasil dengan waktu yang ditetapkan.
2.1.6 Teori yang mendukung Model Problem Based Learning