LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Dengan demikian sebagai makhluk sosial, manusia harus mengembangkan keterampilan sosial dalam diri melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan proses pembelajaran dan sistem pendidikan yang baik diharapkan dapat mencetak generasi penerus yang mampu memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SDMI dalam peraturan menurut permendiknas No. 22 tahun 2006 yang menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS memiliki orientasi utama dalam pelaksanaan pendidikan di SD agar peserta didik berkemampuan untuk: 1 mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2 memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3 memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4 memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global. KTSP, 2006: 575. Dalam pelaksanaan pembelajaran, Susilo dkk 2009: 1 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dengan lahirnya Ilmu Pengetahuan Sosial akan menjadikan peserta didik memiliki bekal dalam menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. IPS sangat penting untuk dipelajari karena erat kaitannya dengan kita yang hidup sebagai makhluk sosial, selain itu IPS dapat meningkatkan kepekaan sosial siswa terhadap masalah- masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. Upaya untuk mencapai tujuan mata pelajaran IPS, perlu diadakan inovasi pembelajaran yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran yang inovatif dapat didefinisikan melalui teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme merupakan teori tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Muchith, 2007:73 menyatakan bahwa penekanan teori konstruktivisme adalah pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman nyata dari lapangan. Rifa’i 2009: 137 juga menegaskan bahwa belajar lebih dari sekedar mengingat, siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mampu memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, serta berkutat dengan pelbagai gagasan. Oleh karena itu suatu proses pembelajaran bukan lagi terfokus pada proses penyampaian materi dari guru ke siswa tetapi siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan, mengkontruksikan pengetahuannya, dan menntransformasikan informasi yang kompleks ke dalam dirinya sendiri. Kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran IPS di Indonesia saat ini dipandang belum maksimal khususnya pada tingkat Sekolah Dasar. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Kajian Kebijakan Kurikulum IPS 2007 yang menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, kurang melibatkan peserta didik, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode konvensional, dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan hal ini dapat memicu kejenuhan dalam lingkungan belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk sikap antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang memahami materi karena dalam pelaksanaannya lebih ditekankan pada aspek mendengarkan dan kurang mengaktifkan siswa. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa tidak maksimal dan tidak mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Dari hasil observasi dan refleksi yang telah dilaksanakan di SD Negeri Sekaran 01 Semarang pada semester I tahun ajaran 20122013 khususnya pada siswa kelas IVA menunjukkan masih banyak permasalahan pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS, diantaranya guru mengajar secara monoton, kurang menarik, kurang tepat dalam memilih model pembelajaran, dan juga tidak menggunakan media dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan siswa kesulitan memahami materi yang dipelajari. Peran siswa tampak belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi siswa masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan siswa dalam keadaan pasif. Aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS masih sangat kurang sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Permasalahan di SD Negeri Sekaran 01 didukung dengan data hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IVA SD Negeri Sekaran 01 pada tahun ajaran 20122013 yang masih mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan yaitu 67. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 82, dengan rerata kelas yaitu 65,3. Dari 20 siswa, yang mencapai KKM hanya 7 siswa sedangkan sisanya 13 siswa belum mencapai KKM. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanakan mata pelajaran IPS perlu sekali ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IVA SD Negeri Sekaran 01 perlu diperbaiki untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme dan gambaran permasalahan yang ada maka peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVA menetapkan alternatif pemecahan dengan menerapkan model Problem Based Learning dengan media video. Dengan menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis serta menghadapkan siswa pada latihan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Hal ini dikarenakan model Problem Based Learning dalam pelaksanaannya dicirikan dengan adanya masalah yang dirancang secara khusus untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola pemecahan masalah. Masalah diberikan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan permasalahan, menumbuhkan inisiatif siswa dalam mencari alternatif pemecahan masalah, siswa akan terlibat aktif dan memiliki motivasi internal yang cukup tinggi dikarenakan siswa ingin segera tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya, dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari serta menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari sehingga akan diperoleh pembelajaran yang semakin bermakna. Tan dalam Rusman, 2010:229 mengemukakan teorinya tentang Problem Based Learning yang juga merupakan inovasi dalam pembelajaran karena di dalam proses pembelajarannya, kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Melalui model Problem Based Learning diharapkan pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktif sehingga dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pembelajaran IPS di SD Negeri Sekaran 01 akan meningkat. Pembelajaran IPS melalui model Problem Based Learning akan berhasil jika didukung oleh media yang dapat membantu mempermudah peserta didik untuk lebih memahami materi pembelajaran. Dengan memanfaatkan media, pembelajaran di dalam kelas akan lebih menarik perhatian siswa, siswa lebih aktif, dan tercipta suatu pembelajaran yang bermakna. Media merupakan perantara atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Dalam hal ini, media yang dapat membantu siswa memahami materi dan dapat menarik minat siswa adalah dengan menggunakan media video. Dengan menggunakan media video sebagai alat bantu dalam pembelajaran, membuat siswa menjadi lebih mudah memahami materi. Minat siswa semakin tinggi untuk mengikuti pembelajaran karena media video dapat menjadi stimulus yang bagus untuk memunculkan respon dari siswa. Dengan bermediakan video siswa akan lebih tertarik, termotivasi, dan akan membuat belajar siswa menjadi lebih mudah bila dibandingkan dengan hanya menggunakan teks sehingga siswa akan terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Hal tersebut dikarenakan media video dapat memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian dan mampu memvisualkan materi yang sulit diterangkan jika hanya melalui penjelasan atau alat peraga konvensional sehingga dengan media video dapat memperkaya pemaparan. Arsyad 2002: 49 berpendapat bahwa media video adalah media yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Media video yaitu media yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Video yang ditayangkan selain menarik juga bersifat mendidik. Dengan menggunakan media video yang melukiskan gambar hidup dan suara, akan memberikan ketertarikan pada diri siswa dalam pembelajaran IPS di SD sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan menyerap materi yang diajarkan. Beberapa penelitian yang memperkuat peneliti untuk melakukan tindakan dengan menerapkan model Problem Based Learning dengan media video, akan dijelaskan di bawah ini : Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Nafisah 2010 yang berjudul “Penerapan pembelajaran Model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN Lebak Winongan Pasuruan.” Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam pelajaran IPS kelas IV SDN Lebak Winongan Pasuruan. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pratindakan adalah 57,4 cukup dan pada siklus I pertemuan I 63,3 baik, pertemuan II 69,0 baik. Pada siklus II pertemuan I nilai rata-rata hasil belajar siswa 78,6 baik, pertemuan II rata-rata hasil belajar 83,6 baik sekali. Penelitian juga dilakukan oleh Aprindyana 2012 yang berjudul Peningkatan hasil belajar IPS menggunakan media video pada siswa kelas IV SDN Karangpilang 1 Surabaya yang juga mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 64,7 menjadi 81,8 pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 73,25, pada siklus II memperoleh sebesar 76,55. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I ketuntasan klasikal sebesar 70 menjadi 89,9. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dimana siswa akan berperan aktif, kreatif, dan terampil sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang menunjang kegiatan siswa, aktivitas belajar siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Dari uraian latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas deng an judul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Problem Based Learning dengan Media Video pada Siswa Kelas IVA SD Negeri Sekaran 01 Semarang.”

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL ARIAS BERBANTUAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IVA SDN 01 WATES SEMARANG

2 11 274

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 SEMARANG

3 21 265

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI NGALIYAN 01 SEMARANG

1 5 372

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI WATES 01 SEMARANG

0 5 257

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SISWA KELAS VB SD N SEKARAN 01 KOTA SEMARANG

0 32 316

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA KELAS IVA SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

1 14 232

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING DENGAN MEDIA VIDEO SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

1 7 270

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SEKARAN 01 SEMARANG

0 13 204

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

0 8 289

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SEKARAN 01 SEMARANG.

0 0 1