18 life regard, dan juga ada perbedaan yang signifikan antara subyek yang memiliki
positive atau negative life regard dalam tingkatan harga diri. Mereka juga menuliskan perbedaan antara kedua konstruk tersebut, yaitu harga diri muncul
pada diri individu sebagai konsekuensi internalisasi pesan-pesan masyarakat dan orang tua terhadap nilai-nilai dari dirinya, dan sebaliknya, positive life regard
lebih muncul dari evaluasi atau pertimbangan individu terhadap tujuan-tujuan hidupnya.
Oleh karena itu, perkembangan positive life regard dianggap dilalui melalui 2 tahapan. Pertama, adanya perkembangan gambaran diri yang positif
yang berlangsung saat kanak-kanak dan remaja, dan kedua, adanya perkembangan sebuah gambaran kehidupan dalam periode remaja akhir. Kedua tahapan ini bisa
disimpulkan sebagai berikut:
Problem Resolution Stage one
Self-concept Self-esteem
Stage two Life-concept Positive
life regard
Battista Almond, 1973: 416
II. A. 2. b. Perspektif Transaksional
Battista dan Almond 1973 menggambarkan teori transaksional sebagai semacam sistem teori yang memandang individu dalam kerangka kebutuhan-
kebutuhan atau tujuan-tujuan yang ingin ia penuhi melalui peran-peran yang telah ditentukan secara sosial. Menurut pandangan ini, perkembangan makna hidup
Universitas Sumatera Utara
19 secara vital bergantung pada peran-peran sosial. Pandangan ini memungkinkan
prediksi life regard seseorang dengan memprediksi kondisi-kondisi dimana ia mempersepsikan dirinya memenuhi kriteria sistem keyakinan atau tujuan hidup,
yaitu dengan menganalisa kecocokan dirinya dengan masyarakat. Menurut Battista Almond 1973, kemampuan individu untuk
mempersepsikan dirinya dalam memenuhi tujuan hidupnya itu bergantung pada: 1. Adanya sebuah peran atau kemampuan individu untuk menciptakan peran
yang akan memuaskan kebutuhan dan tujuannya. 2. Tersedianya akses terhadap peran tersebut.
3. Kecocokan antara tuntutan peran dan kapasitas individu. 4. Kecocokan antara nilai, tujuan, kebutuhan, dan peran individu dengan
nilai, tujuan, kebutuhan dan peran orang lain. 5. Kecocokan antara nilai, tujuan, kebutuhan dan peran individu dengan nilai,
tujuan, kebutuhan, dan peran dari struktur sosial dimanapun ia hidup.
Dengan memperhatikan proposisi di atas, Battista dan Almond 1973 menekankan bahwa perkembangan positive life regard berkaitan dengan derajat
kecocokan antara nilai, tujuan, kebutuhan dan peran individu dengan lingkungan sosialnya. Mereka juga menuliskan hasil studi mereka sendiri dengan
menggunakan LRI, bahwa kecocokan antara individu dengan lingkungan sosialnya bukan hanya mencakup ruang sosial terdekatnya saja, tetapi juga dengan
lingkungan sosial yang lebih luas, yang artinya ruang sosial yang terdekat dan komunitas yang lebih luas yang terlibat dalam perkembangan makna hidup.
Universitas Sumatera Utara
20
II. A. 2. c. Perspektif Fenomenologis
Fenomenologis membahas pengalaman manusia dan kesadarannya. Battista dan Almond 1973 juga menggunakan model fenomenologi untuk
menjelaskan proses dimana seseorang mengevaluasi dirinya, terutama dalam kerangka seberapa cepat ia meraih tujuan-tujuannya. Mereka menyatakan bahwa
tingkat seseorang mengalami positive life regard pada saat kapanpun merupakan fungsi dari posisinya saat ini, dengan memperhatikan tujuan hidup yang utama.
Intinya, semakin dekat seseorang mempersepsikan dirinya kepada tujuan hidupnya, maka semakin besar kecenderungannya mengalami makna hidup.
Selanjutnya, penilaian
seseorang terhadap progres yang ia lakukan untuk mencapai tujuan hidupnya juga memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat
positive life regard yang ia alami. Faktor lain yang berpengaruh dalam perkembangan positive life regard adalah relativitas temporal, yaitu individu perlu
membandingkan posisi tujuannya saat ini dan menilai progresnya berdasarkan posisi tujuan itu sebelumnya. Jika individu mempersepsikan dirinya membuat
kemajuan yang berarti dalam mencapai tujuan hidupnya, kemungkinan semakin besar ia akan mengalami makna hidup yang positif Battista dan Almond, 1973.
II. A. 3. Penyusunan Life Regard Index LRI