35 aman, tidak dapat membuat keputusan sendiri, kurang mantap dalam
bertindak dan kurang memiliki stabilitas jiwa yang mantap. 9. Lost of creativity.
Selama menjadi narapidana, maka kreativitas, ide-ide, gagasan, imajinasi, bahkan juga impian dan cita-cita narapidana ikut terampas. Kemandegan
dalam melaksanakan kreativitas manusia, akan mengganggu jiwa seseorang.
II. D. Hubungan Harga Diri dengan Makna Hidup pada Narapidana
Ketika manusia atau seorang individu melanggar norma-norma yang telah diatur, maka akan ada hukuman sanksi pidana yang akan diberikan. Seorang
pelanggar hukum setelah melewati prosedur pemeriksaan dan ada kepastian hukum, maka akan resmi menyandang status sebagai narapidana, dan akan
ditempatkan di lembaga pemasyarakatan penjara, dan narapidana yang berada di dalam penjara akan kehilangan kebebasannya Harsono, 1995.
Kehilangan kebebasan ini tidak hanya mengakibatkan dampak fisik, seperti makanan dijatah, tetapi juga dampak psikologis, seperti: lost of
personality, lost of security, lost of liberty, lost of personal communication, lost of good and service, lost of heterosexsual, lost of prestige, lost of belief, dan lost of
creativity Harsono, 1995. Dampak fisik dan psikologis ini merupakan penderitaan bagi narapidana
selama masa hukumannya. Penderitaan sebenarnya dapat memberikan makna dan kegunaan jika kita dapat mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih
Universitas Sumatera Utara
36 baik. Ini berarti bahwa dalam berbagai keadaan sakit, nista, dosa, bahkan maut
arti makna hidup tetap dapat ditemukan Frankl, dalam Bastaman 1996. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal tragis yang tidak
mungkin dielakkan lagi, dapat mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai penderitaan menjadi pandangan yang mampu melihat makna dan hikmah
dari penderitaan itu Frankl, dalam Bastaman 1996. Ketika individu menyatakan bahwa hidupnya itu bermakna, berarti
individu tersebut telah berkomitmen secara positif terhadap suatu konsep makna hidup yang memberikannya suatu kerangka acuan atau tujuan untuk memandang
kehidupannya, mempersepsikan hidupnya berkaitan dengan, atau memenuhi konsep hidup itu, dan menghayati pemenuhan itu sebagai sebuah perasaan
integration, relatedness, dan significance Battista Almond, 1973. Battista Almond juga mengatakan, bahwa ketika seorang individu
merasa dirinya sebagai individu yang mampu, penting, sukses dan berharga, maka individu tersebut dapat dikatakan telah memiliki penghayatan hidup yang
bermakna, yang dicapai individu setelah ia memiliki tingkat harga diri tertentu. Kebutuhan akan harga diri itu sendiri merupakan kebutuhan yang sangat penting
pada setiap individu Maslow dalam Tjahningsih Nuryoto, 1994
II. E. Hipotesa Penelitian