29 Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 berjumlah
594.383 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 298.614 jiwa dan perempuan 295.769 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada
tahun 2010 adalah sebesar 313 jiwakm
2
. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 895 jiwakm
2
, disusul Kecamatan Teluk Mengkudu 614 jiwakm2, Sei Bamban 592 jiwakm
2
. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kotarih 102 jiwakm
2
, dan Kecamatan Bintang Bayu 111 jiwaKm
2
Jumlah KelurahanDesa terbanyak pada Kabupaten Serdang Bedagai pada Kecamatan Perbaungan sebanyak 28 KelurahanDesa, sedangkan jumlah
KelurahanDesa paling sedikit terdapat pada Kecamatan Bandar Khalifah dengan 5 KelurahanDesa. Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk
terbesar adalah di kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 99.936 jiwa atau sebesar 16,81 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah
penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 7.975 jiwa atau 1,34 persen.
.
Berdasarkan kelompok umur, persentase penduduk Kabupaten Serdang Bedagai usia 0 – 14 tahun sebesar 192.042 jiwa atau sebesar 32,31 persen, usia 15
– 59 tahun sebesar 362.728 jiwa atau 61,03 persen dan usia 60 tahun keatas sebesar 39.613 jiwa atau 6,66 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif
lebih besar dibandingkan usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 63,86 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 64
orang penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan
kerja sebanyak 302.400 orang, terdiri dari 283.291 orang berstatus bekerja dan 19.109 orang yang menganggur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK
sebesar 68,64 persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT mencapai 6,32 persen. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar tahun 2010 sebanyak 1.092 orang
dan 428 orang diantaranya sudah ditempatkan. Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai sebagaian besar bekerja pada
sektor petanian yaitu 155.368 jiwa atau sebesar 54,85 persen, sektor industri sebesar 34.487 jiwa atau 12,17 persen dan di sektor jasa sebesar 93.438 jiwa atau
30 32,98 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan
Sekolah Dasar SD ke bawah sebesar 123.669 jiwa atau sebesar 43,65 persen, tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP 72.390 atau 25,55 persen
dan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA sebanyak 87.232 atau 30,80 persen.
B. Gambaran Umum Responden
Penelitian ini berlangsung di 3 tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Sipispis, Kecamatan Bintang Bayu dan Kecamatan Tanjung Beringin dengan jumlah
responden sebanyak 120 responden yaitu sebanyak 20 responden kelompok
peternak dan 20 responden non kelompok peternak pada setiap Kecamatan penelitian.
1 Usia Peternak
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan usia disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan usia No
Usia Responden
Tahun Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
30 – 40 24
40,00 17
28,33 2
41 – 50 20
33,33 30
50,00 3
51 – 60 15
25,00 9
15,00 4
60 1
1,67 4
6,67 Total
60 100
60 100
Berdasarkan Tabel 3 tersebut diatas diperoleh usia responden kelompok peternak antara 30 – 40 tahun berjumlah 24 orang atau sebesar 40 persen, berusia
41 – 50 tahun berjumlah 20 orang atau sebesar 33,33 persen, berusia 51 – 60 tahun berjumlah 15 orang atau sebesar 25 persen, berusia diatas 60 tahun
berjumlah 1 orang atau sebesar 1,67 persen. Usia responden non kelompok peternak antara 30 – 40 tahun berjumlah 17 orang atau sebesar 28,33 persen,
berusia 41 – 50 tahun berjumlah 30 orang atau sebesar 50 persen, berusia 51 – 60 tahun berjumlah 9 orang atau sebesar 15 persen, berusia diatas 60 tahun berjumlah
31 4 orang atau sebesar 6,67 persen. Hal ini berarti usia peternak pada penelitian ini
pada umumnya masih tergolong pada usia relatif muda yaitu antara 30 – 50 tahun sebanyak 91 orang. Pada usia ini umumnya peternak masih memiliki kemampuan
fisik dan berpikir yang lebih baik dibandingkan usia yang lebih tua dalam hal menghadapi tantangan dan inovasi baru dalam mengelola usaha peternakannya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Adiwilaga 1973 menyatakan bahwa peternak yang berada pada usia produktif akan lebih efektif dalam mengelola usahanya bila
dibandingkan dengan peternak yang lebih tua. Soekartiwi 2002 menyatakan bahwa petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk
diberikan pengertian – pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Chamdi 2003 menambahkan semakin muda usia peternak
umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
2 Tingkat Pendidikan
Data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan
Terakhir Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
Tidak tamat SD 1
1,67 4
6,66 2
SD 25
41,67 35
58,33 3
SMP 18
30,00 10
16,67 4
SMA 12
20,00 10
16,67 5
Perguruan Tinggi 4 6,66
1 1,67
Total 60
100 60
100
Berdasarkan Tabel 4 tersebut diatas dapat dilihat jumlah responden kelompok peternak yang tidak tamat SD sebanyak 1 orang atau sebesar 6,67
persen, tamat SD sebanyak 25 orang atau sebesar 41,67 persen, tamat SMP sebanyak 18 orang atau sebesar 30 persen, tamat SMA sebanyak 12 orang atau
sebesar 20 persen, dan tamat dari Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang atau
32 sebesar 6,66 persen. Responden non kelompok peternak yang tidak tamat SD
sebanyak 4 orang atau sebesar 6,66 persen, tamat SD sebanyak 35 orang atau sebesar 58,33 persen, tamat SMP sebanyak 10 orang atau sebesar 16,17 persen,
tamat SMA sebanyak 10 orang atau sebesar 16,17 persen, dan tamat dari Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang atau sebesar 1,67 persen. Jumlah responden
dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sampai dengan SMP berjumlah 93 orang, sedangkan yang berpendidikan tamat SMA dan Perguruan Tinggi hanya 27
orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan peternak dalam mengelola sapi
potong terutama terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya di masa yang akan datang. Menurut
Soekartiwi 1986 bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru.
3 Status Pekerjaan
Data karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan status pekerjaan
No Status Pekerjaan
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 Petani
34 56,67
31 51,67
2 Karyawan
7 11,67
7 11,67
3 Pedagang
4 6,66
5 8,33
4 PNS
8 13,33
2 3,33
5 Wiraswasta
7 11,67
15 25,00
Total 60
100 60
100
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya responden kelompok peternak sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 34 orang atau sebesar 56,67
persen, bekerja sebagai karyawan sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen, bekerja sebagai pedagang sebanyak 4 orang atau sebesar 6,66 persen, bekerja
sebagai PNS sebanyak 8 orang atau sebesar 13,33 persen dan wiraswasta
33 sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen. Responden non kelompok peternak
sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 31 orang atau sebesar 51,67 persen, bekerja sebagai karyawan sebanyak 7 orang atau sebesar 11,67 persen,
bekerja sebagai pedagang sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33 persen, bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen dan wiraswasta sebanyak
15 orang atau sebesar 25 persen. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat umumnya responden mempunyai pekerjaan utama sebagai petani yaitu sebanyak
65 orang. Hal ini menunjukkan beternak hanya sebagai pekerjaan sambilan sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usaha peternakannya.
4 Pengalaman Beternak
Pengalaman peternak dalam memelihara sapi potong merupakan pedoman yang sangat berharga untuk mengembangkan usaha peternakannya yang akan
mempermudah dalam mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam pemeliharaan ternak sapi. Pengalaman responden beternak sapi potong
dapat disajikan dalam Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Pengalaman responden beternak sapi potong di lokasi penelitian
No Pengalaman
Beternak Tahun Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
2 – 5 8
13,33 12
20,00 2
6 – 10 30
50,00 29
48,34 3
11 – 15 15
25,00 14
23,33 4
16 – 20 4
6,67 3
5,00 5
20 3
5,00 2
3,33 Total
60 100
60 100
Hasil penelitian diperoleh pengalaman responden kelompok peternak 2 – 5 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 13,33 persen, 6 – 10 tahun sebanyak
30 orang atau sebesar 50 persen, 11 – 15 tahun sebanyak 15 orang atau sebesar 25 persen, 16 – 20 tahun sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen dan lebih dari 20
tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen. Pengalaman responden non kelompok peternak 2 – 5 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 20 persen, 6 – 10
tahun sebanyak 29 orang atau sebesar 48,34 persen, 11 – 15 tahun sebanyak 14
34 orang atau sebesar 23,33 persen, 16 – 20 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 5
persen dan lebih dari 20 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen. Sebagian besar peternak sudah cukup memiliki pengalaman beternak sapi potong
yaitu antara 6 – 20 tahun keatas sebanyak 100 orang. Soeharjo dan Patong 1982 menyatakan bahwa umur dan pengalaman beternak akan mempengaruhi
kemampuan peternak dalam menjalankan usaha, peternak yang mempunyai pengalaman lebih banyak akan selalu hati-hati dalam bertindak dengan adanya
pengalaman buruk dimasa lalu.
5 Lahan Pengembalaan
Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki oleh peternak disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7 Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi di lokasi penelitian No
Ketersediaan Lahan
Penggembalaan Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
Tidak Tersedia 5
8,33 8
13,33 2
Tersedia 55
91,67 52
86,67 Total
60 100
60 100
Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki responden kelompok peternak sebanyak 55 orang atau sebesar 91,67 persen sedangkan
peternak yang tidak memiliki lahan penggembalaan sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33 persen. Ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi yang dimiliki
responden non kelompok peternak sebanyak 52 orang atau sebesar 86,67 persen sedangkan peternak yang tidak memiliki lahan penggembalaan sebanyak 8 orang
atau sebesar 13,33 persen. Responden yang memiliki ketersediaan lahan penggembalaan ternak sapi sebanyak 107 orang. Mayoritas responden yang
memiliki lahan penggembalahan adalah lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang sudah tidak berproduksi lagi milik PTPN. Hal ini menunjukkan peternak
dalam memenuhi kebutuhan pakan ternaknya mengandalkan rumput yang tumbuh disekitar perkebunan kelapa sawit dan karet milik PTPN. Peternak
menggembalakan ternak di lahan perkebunan milik PTPN pada pagi hingga sore
35 hari dan pada malam hari ternak dikandangkan di kandang peternak masing-
masing.
6 Keikutsertaan dalam Pelatihan
Keikutsertaan dalam pelatihan tentang peternakan yang diperoleh peternak disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Keikutsertaan dalam pelatihan yang diperoleh peternak di lokasi penelitian
No Keikutsertaan dalam Pelatihan
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 Pernah
26 43,33
- -
2 Belum
34 56,67
60 100
Total 60
100 60
100
Responden kelompok peternak sebanyak 26 orang atau 43,33 persen pernah mengikuti pelatihan tentang peternakan sedangkan 34 orang atau 56,67
persen belum pernah mengikuti pelatihan. Responden non kelompok peternak sebanyak 60 orang atau 100 persen belum pernah mengikuti pelatihan tentang
peternakan. Hal ini disebabkan karena ketersediaan dana dan program pemerintah yang belum menyentuh pada aspek pelatihan dan pengembangan teknologi.
Peternak yang belum bergabung dalam kelompok peternak sulit untuk mengakses berbagai program pemerintah untuk pelatihan tentang peternakan karena petugas
penyuluh memberikan informasi kepada ketua atau pengurus kelompok peternak untuk disampaikan pada setiap anggota kelompok dan sulit untuk melakukan
penyuluhan dan pelatihan bagi peternak yang belum tergabung dalam satu kelompok peternak.
7 Pelaksanaan Pencatatan Recording
Pencatatan recording sangat membantu peternak dalam pengelolaan usaha ternak sapi, karena dengan adanya pencatatan maka peternak dapat
mengetahui kapan ternaknya dikawinkan inseminasi buatan, kebuntingan, kelahiran dan penyapihan anak, status penyakit yang pernah diderita, pencegahan
dan pengobatan penyakit dan catatan lainnya yang berhubungan dengan
36 pengembangan usaha peternakannya. Ada tidaknya pencatatan recording yang
telah dilakukan oleh peternak disajikan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Pelaksanaan pencatatan recording yang dilakukan oleh peternak di
lokasi penelitian No Pencatatan
Recording Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
Ada 51
85,00 35
58,33 2
Tidak ada 9
15,00 25
41,67 Total
60 100
60 100
Berdasarkan Tabel 9 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 51 orang atau sebesar 85 persen
dan sebanyak 9 orang atau sebesar 15 persen tidak ada melakukan pencatatan. Responden non kelompok peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 35
orang atau sebesar 58,33 persen dan sebanyak 25 orang atau sebesar 41,67 persen tidak ada melakukan pencatatan. Hal ini berarti peternak pada umumnya telah
melakukan pencatatan recording pada usaha ternaknya walaupun pencatatan yang telah dilakukan peternak masih terbatas pada waktu perkawinan inseminasi
buatan dan kapan anak sapi dilahirkan.
8 Pelaksanaan Teknologi Inseminasi Buatan IB
Teknologi inseminasi buatan IB dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran atau produktifitas ternak dan mutu genetik ternak. Data pelaksanaan IB
yang dilakukan oleh responden kelompok peternak dan non kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Pelaksanaan Inseminasi Buatan IB di lokasi penelitian No Pelaksanaan IB
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 Tidak Ada
3 5,00
11 18,33
2 1 – 2 kali
18 30,00
15 25,00
3 3 – 4 kali
21 35,00
28 46,67
4 5 – 6 kali
12 20,00
5 8,33
5 ≥ 7 kali
6 10,00
1 1,67
Total 60
100 60
100
37 Dari data pada Tabel 10 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok
peternak sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen peternak tidak ada melaksanakan inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 18 orang atau sebesar 30 persen
peternak melaksanakan 1 – 2 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 21 orang peternak atau sebesar 35 persen melaksanakan 3 – 4 kali inseminasi buatan
pada ternaknya, sebanyak 12 orang peternak atau sebesar 20 persen melaksanakan 5 – 6 kali inseminasi buatan pada ternaknya dan sebanyak 6 orang peternak atau
sebesar 10 persen peternak telah melakukan lebih dari 7 kali inseminasi buatan pada ternaknya. Responden non kelompok peternak sebanyak 11 orang atau
sebesar 18,33 persen peternak tidak ada melaksanakan inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 15 orang atau sebesar 25 persen peternak melaksanakan 1 – 2
kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak 28 orang peternak atau sebesar 46,67 persen melaksanakan 3 – 4 kali inseminasi buatan pada ternaknya, sebanyak
5 orang peternak atau sebesar 8,33 persen melaksanakan 5 – 6 kali inseminasi buatan pada ternaknya dan sebanyak 1 orang peternak atau sebesar 1,67 persen
peternak telah melakukan lebih dari 7 kali inseminasi buatan pada ternaknya. Data tersebut menunjukkan sebanyak 106 orang peternak telah melaksanakan program
inseminasi buatan. Program inseminasi buatan difasilitasi oleh petugas Inseminator dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai
yang berada di setiap Kecamatan.
9 Penjualan Sapi Betina Produktif
Penjualan ternak sapi betina produktif yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Penjualan sapi betina produktif di lokasi penelitian No Pencatatan
Recording Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
Pernah 11
18,33 23
38,33 2
Tidak pernah 49
81,67 37
61,67 Total
60 100
60 100
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan responden kelompok peternak sebanyak 11 peternak atau sebesar 18,33 persen tidak pernah menjual
38 sapi betina produktif dan sebanyak 49 peternak atau sebesar 81,67 persen pernah
menjual sapi betina produktif. Responden non kelompok peternak sebanyak 23 peternak atau sebesar 38,33 persen tidak pernah menjual sapi betina produktif dan
sebanyak 37 peternak atau sebesar 61,67 persen pernah menjual sapi betina produktif. Pada umumnya atau sebanyak 86 peternak tidak pernah menjual sapi
betina produktif. Peternak tidak menjual betina produktif karena peternak mengandalkan betina produktif untuk dikawinkan dan menghasilkan anak yang
akan dipelihara dan dibesarkan untuk dijual atau dipergunakan untuk menggantikan induk yang tidak produktif lagi. Peternak juga telah mendapatkan
penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Peternakan agar tidak menjual sapi betina yang masih produktif. Peternak yang menjual sapi betina produktif karena
beberapa alasan diantaranya karena terdesak kebutuhan ekonomi dan karena sapi majirmandul.
10 Ketersediaan Alat dan Mesin Peternakan
Pemeliharaan ternak sapi memerlukan alat mesin peternakan yang mendukung keberhasilan dari usaha peternakan sehingga sumberdaya yang
tersedia dapat dimafaatkan secara optimal dan menghemat tenaga kerja seperti mesin pencacah rumput chopper, mesin pembuat pupuk kompos, instalasi biogas
dan masih banyak lagi alat dan mesin peternakan yang ada sekarang ini untuk mendukung keberhasilan dari usaha peternakan. Ketersediaan alat dan mesin
peternakan yang dimiliki responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Ketersediaan alat dan mesin peternakan di lokasi penelitian No Ketersediaan
Alat dan Mesin Peternakan
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 Ada
4 6,67
- -
2 Tidak Ada
56 93,33
60 100
Total 60
100 60
100
Responden kelompok peternak yang memiliki alat dan mesin peternakan sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen dan sebanyak 56 orang peternak atau
39 sebesar 93,33 persen peternak tidak memiliki mesin peternakan, sedangkan
responden non kelompok peternak tidak memiliki alat dan mesin peternakan. Peternak yang memiliki mesin pencacah rumput tersebut berasal dari bantuan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai.
11 Jumlah Ternak Sapi Potong yang dipelihara
Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak disajikan pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13 Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden No Jumlah Ternak
Sapi Potong yang dipelihara ekor
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 2 - 3
26 43,34
29 48,33
2 4 - 5
24 40,00
22 36,67
3 6 - 7
2 3,33
3 5,00
4 8 - 9
5 8,33
4 6,67
5 ≥ 10
3 5,00
2 3,33
Total 60
100 60
100 Dari data pada Tabel 13 tersebut diatas menunjukkan responden kelompok
peternak sebanyak 26 orang atau sebesar 43,34 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 2 – 3 ekor, sebanyak 24 orang atau sebesar 40 persen
memelihara ternak sapi potong sebanyak 4 – 5 ekor, sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 6 – 7 ekor, sebanyak
5 orang atau sebesar 8,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 8 – 9 ekor dan sebanyak 3 orang peternak atau sebesar 5 persen memelihara ternak sapi
potong 10 ekor atau lebih. Responden non kelompok peternak sebanyak 29 orang atau sebesar 48,33 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 2 – 3 ekor,
sebanyak 22 orang atau sebesar 36,67 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 4 – 5 ekor, sebanyak 3 orang atau sebesar 5 persen memelihara ternak
sapi potong sebanyak 6 – 7 ekor, sebanyak 4 orang atau sebesar 6,67 persen memelihara ternak sapi potong sebanyak 8 – 9 ekor dan sebanyak 2 orang
peternak atau sebesar 3,33 persen memelihara ternak sapi potong 10 ekor atau lebih. Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden per Kecamatan
disajikan pada Tabel 14 berikut ini.
40 Tabel 14 Jumlah ternak sapi potong yang dipelihara responden per Kecamatan
No Kecamatan
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah ekor Jumlah ekor
1 Tanjung Beringin
70 64
2 Bintang Bayu
84 68
3 Sipispis
98 83
Total 252
233 Rata-rata
4,2 3,89
Berdasarkan Tabel tersebut diatas menunjukkan kelompok peternak memelihara ternak sapi sebanyak 252 ekor dan jumlah ternak sapi yang dipelihara
responden non kelompok peternak sebanyak 233 ekor. Rata-rata jumlah ternak sapi yang dipelihara kelompok peternak sebanyak 4,2 ekor dan non kelompok
peternak sebanyak 3,89 ekor.
C. Faktor Produksi
1 Jenis Bibit Ternak Sapi yang dipelihara
Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan strategis karena peningkatan jumlah populasi sapi terkait erat dengan
pengadaan bibit dan biaya pemeliharaan. Jenis bibit sapi potong yang dipelihara responden dapat disajikan dalam Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15 Jenis bibit sapi potong yang dipelihara responden di lokasi penelitian No
Jenis Bibit Ternak sapi
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah Ternak
ekor Persentase
Jumlah Ternak
ekor Persentase
1 Peranakan Ongol PO 228
90,48 211
90,56 2
Simental 14
5,55 10
4,30 3
Brahman 9
3,57 7
3,00 4
Limousin 1
0,4 5
2,14 Total
252 100
233 100
Responden
kelompok peternak memelihara Peranakan Ongole PO yaitu
sebanyak 228 ekor atau 90,48 persen, Simental sebanyak 14 ekor atau 5,55 persen, Brahman sebanyak 9 ekor atau 3,57 persen, Limousin sebanyak 1 ekor
41 atau 0,4 persen. R
esponden non
kelompok peternak memelihara Peranakan Ongole
PO yaitu sebanyak 211 ekor atau 90,56 persen, Simental sebanyak 10 ekor atau 4,30 persen, Brahman sebanyak 7 ekor atau 3 persen dan Limousin sebanyak 5
ekor atau 2,14 persen.
2 Kandang
Kandang ternak kelompok peternak maupun non kelompok peternak merupakan kandang perorangan kandang peternak masing-masing. Peternak
tidak memelihara ternak sapi secara bersama-sama pada satu kandang kelompok karena beberapa alasan antara lain sulit mengatur jadwal anggota peternak secara
bergiliran untuk menyabit rumput dan jaga malam ternak, sebab masing-masing peternak memiliki pekerjaan utama selain beternak sapi sehingga peternak lebih
memilih menyabit rumput dan jaga malam ternak masing-masing anggota peternak.
Kandang peternak terdiri dari kandang semi permanen dengan bahan yang digunakan terbuat dari batu bata yang telah di semen plaster, kayu dan bambu.
Lantai kandang peternak ada yang telah disemencor, tetapi ada juga yang masih beralaskan tanah. Atap kandang terbuat dari seng dan atap rumbia.
Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan sapi potong khususnya
peternakan rakyat, salah satu nya yaitu perkandangan yang memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya. Kandang yang bersih merupakan cara pencegahan serangan
penyakit pada ternak. Responden kelompok peternak sebanyak 18 orang atau 30 persen
melakukan pembersihan kandang sebanyak satu kali setiap hari dan sebanyak 42 orang peternak atau 70 persen melakukan pembersihan kandang sebanyak dua kali
setiap hari yaitu pagi dan sore hari. Responden non kelompok peternak sebanyak 40 orang atau 66,67 persen melakukan pembersihan kandang sebanyak satu kali
setiap hari dan sebanyak 20 orang peternak atau 33,33 persen melakukan pembersihan kandang sebanyak dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari. Pada
Tabel 16 berikut ini disajikan sanitasi kandang dan pengolahan limbah kotoran ternak yang dilakukan kelompok peternak dan non kelompok peternak.
42 Tabel 16 Sanitasi kandang yang dilakukan peternak di lokasi penelitian
No Tatalaksana Pembersihan
Kandang Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase 1
Satu kali setiap hari 18
30,00 40
66,67 2
Dua kali setiap hari 42
70,00 20
33,33 Total
60 100
60 100
Responden kelompok peternak sebanyak 40 orang atau 66,67 persen telah melakukan pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos dan sebanyak 20
peternak atau 33,33 persen tidak melakukan pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos. Responden non kelompok peternak sebanyak 27 orang atau 45
persen telah melakukan pengolahan limbah kotoran ternak menjadi kompos dan sebanyak 33 peternak atau 55 persen tidak melakukan pengolahan limbah
kotoran ternak menjadi kompos. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai penanganan limbah kotoran ternak dapat dilihat pada Tabel 17 berikut
ini. Tabel 17 Penanganan limbah kotoran ternak yang dilakukan peternak di lokasi
penelitian No Penanganan Limbah
Kotoran Ternak Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase 1
Melakukan Pengolahan
40 66,67
27 45,00
2 Tidak melakukan
Pengolahan 20
33,33 33
55,00 Total
60 100
60 100
Pada saat penelitian dilakukan kelompok peternak maupun non kelompok peternak belum memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai biogas. Menurut
responden pengolahan limbah ternak menjadi biogas belum dilakukan karena belum memiliki dana untuk membuat instalasi biogas.
3 Pakan
Pakan yang diberikan peternak pada ternak sapi umumnya berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat diberikan umumnya pada pagi hari dan selanjutnya
43 ternak sapi digembalakan di perkebunan kelapa sawit dan karet milik PTPN.
Pemberian Konsentrat yang dilakukan kelompok peternak maupun non kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18 Pemberian konsentrat yang dilakukan peternak di lokasi penelitian No Pemberian Konsentrat
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
1 Memberi Konsentrat
48 80,00
21 35,00
2 Tidak memberi
Konsentrat 12
20,00 39
65,00 Total
60 100
60 100
Responden kelompok peternak sebanyak 48 orang atau 80 persen memberikan konsentrat pada ternak sapi nya dan sebanyak 12 orang atau 20
persen tidak memberikan konsentrat pada ternak sapi nya. Responden non kelompok peternak sebanyak 21 orang atau 35 persen memberikan konsentrat
pada ternak sapi nya dan sebanyak 39 orang atau 65 persen tidak memberikan konsentrat pada ternak sapinya. Konsentrat yang diberikan peternak umumnya
adalah ampas ubi kayu dan dedak padi. Tambahan hijauan yang diberikan kelompok peternak maupun peternak
dan non kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Pemberian tambahan hijauan yang dilakukan peternak di lokasi
penelitian No
Pemberian Tambahan Hijauan
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
1 Memberi Tambahan
Hijauan 39
65,00 23
38,33 2
Tidak Memberi Tambahan Hijauan
21 35,00
37 61,67
Total 60
100 60
100
Responden kelompok peternak sebanyak 39 orang atau 65 persen memberikan tambahan hijauan yaitu rumput lapangan pada saat ternak sapi
setelah digembalakan pada sore hari dan sebanyak 21 orang atau 35 persen tidak memberikan tambahan hijauan. Responden non kelompok peternak sebanyak 23
44 orang atau 38,33 persen memberikan tambahan hijauan dan sebanyak 37 orang
atau 61,67 persen tidak memberikan tambahan hijauan. Jenis tambahan nutrisi yang diberikan peternak disajikan dalam Tabel 20
berikut ini. Tabel 20 Jenis tambahan nutrisi yang diberikan peternak di lokasi penelitian
No Tambahan Nutrisi yang diberikan
Peternak Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase
1 Mineral
40 66,67
16 26,67
2 Vitamin
15 25,00
10 16,66
3 Tidak ada
Memberi 5
8,33 34
56,67 Total
60 100
60 100
Responden kelompok peternak sebanyak 40 orang atau 66,67 persen memberikan mineral kepada ternak sapi nya, 15 orang peternak atau 25 persen
memberikan vitamin pada ternak sapi nya dan sebanyak 5 orang atau 8,33 persen tidak memberikan tambahan nutrisi pada ternak nya. Responden non kelompok
peternak sebanyak 16 orang atau 26,67 persen memberikan mineral kepada ternak sapi nya, 10 orang peternak atau 16,66 persen memberikan vitamin pada ternak
sapi nya dan sebanyak 34 orang atau 56,67 orang tidak memberikan tambahan nutrisi pada ternak nya. Menurut keterangan dari responden kelompok peternak,
mereka memberikan konsentrat, tambahan nutrisi vitamin, mineral serta tambahan hijauan karena mengikuti saran dari penyuluh dari Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai. Samsudin 1987 menyatakan bahwa salah satu tugas penyuluh pertanian adalah menumbuhkan perubahan pengetahuan,
kecakapan, sikap, dan motivasi agar petanipeternak menjadi lebih terarah.
4 Modal
Data karakteristik di lokasi penelitian berdasarkan modal responden disajikan pada Tabel 21 berikut ini.
45 Tabel 21 Modal peternak di lokasi penelitian
No Modal Peternak Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase
1 Bantuan
Pemerintah 12
20,00 -
- 2
Modal sendiri 48
80,00 60
100 Total
60 100
60 100
Sebanyak 12 orang responden kelompok peternak mendapatkan bantuan modal dari pemerintah seperti bantuan bibit dan bantuan mesin pencacah rumput
chopper, sedangkan non kelompok peternak semua modal usahanya merupakan modal peternak sendiri. Jenis bantuan yang diterima responden kelompok
peternak disajikan pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22 Jenis bantuan yang diterima peternak dilokasi penelitian
No Jenis Bantuan yang diterima Peternak
Kelompok Peternak Non Kelompok Peternak
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
1 Bibit ternak
8 66,67
- -
2 Mesin Pencacah
Rumput chopper 4
33,33 60
100 Total
12 100
60 100
Berdasarkan Tabel 22 tersebut diatas responden kelompok peternak sebanyak 8 orang atau 66,67 persen mendapatkan bantuan berupa bibit ternak dan
4 orang peternak atau 33,33 persen mendapatkan bantuan mesin pencacah rumput chopper dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai.
Responden non kelompok peternak tidak mendapatkan bantuan karena salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
yaitu harus menjadi angota kelompok peternak melalui kelompok peternak.
5 Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja untuk memelihara ternak sapi peternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini.
46 Tabel 23 Penggunaan tenaga kerja untuk memelihara ternak sapi di
lokasi penelitian No Penggunaan
Tenaga Kerja Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak Jumlah
orang Persentase
Jumlah orang
Persentase 1
1 - 2 orang 28
46,67 23
38,33 2
3 - 4 orang 25
41,67 31
51,67 3
5 - 6 orang 5
8,33 4
6,67 4
7 - 8 orang 2
3,33 2
3,33 Total
60 100
60 100
Penggunaan tenaga kerja dalam memelihara ternak sapi baik kelompok peternak maupun non kelompok peternak masih mengandalkan tenaga kerja
dalam keluarga yaitu suami dan istri dan dibantu oleh anak-anak. Peternak yang tergabung dalam kelompok peternak menggunakan tenaga kerja 1 – 2 orang
sebanyak 28 orang peternak atau 46,67 persen, menggunakan tenaga kerja 3 – 4 orang sebanyak 25 orang peternak atau 41,67 persen, menggunakan tenaga kerja
5 – 6 orang sebanyak 5 orang peternak atau 8,33 persen dan menggunakan tenaga kerja 7 – 8 orang sebanyak 2 orang peternak atau 3,33 persen. Responden non
kelompok peternak menggunakan tenaga kerja 1 – 2 orang sebanyak 23 orang peternak atau 38,33 persen, menggunakan tenaga kerja 3 – 4 atau persen orang
sebanyak 31 orang peternak atau 51,67 persen, menggunakan tenaga kerja 5 – 6 orang sebanyak 4 orang peternak atau 6,67 persen dan menggunakan tenaga kerja
7 – 8 orang sebanyak 2 orang peternak atau 3,33 persen.
D. Penilaian Skor Kondisi Tubuh Ternak Sapi
Penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi peternak per Kecamatan disajikan pada Tabel 24 berikut ini.
Tabel 24 Penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi peternak per kecamatan No
Kecamatan Kelompok Peternak
Non Kelompok Peternak 1
Tanjung Beringin 3,50
2,95 2
Bintang Bayu 4,05
3,05 3
Sipispis 3,55
3,00 Rata-rata
3,7 3
a b
Keterangan : Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan penilaian Skor kondisi tubuh ternak sapi kelompok peternak a dengan non kelompok
peternak b t
hit
t tabel pada taraf α 5
47 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penilaian ternak milik kelompok
peternak yaitu 3,7 dan rata-rata penilaian ternak milik non kelompok peternak yaitu 3. Ternak milik kelompok peternak memiliki keragaan tubuh yang sedang
atau menengah sampai keragaan tubuh yang baik sedangkan keragaan tubuh ternak milik non kelompok peternak yaitu sedang atau menengah. Hasil uji t
penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi dari kelompok peternak dengan non kelompok peternak dapat dilihat pada lampiran 2 menunjukkan nilai t hitung
sebesar 3,64 dan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen sebesar 1,67. Hal ini menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga h
ditolak, berarti terdapat perbedaan penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi kelompok peternak
dan non kelompok peternak. Hal ini disebabkan kelompok peternak sebagian besar memberikan konsentrat, tambahan nutrisi vitamin dan mineral serta
tambahan hijauan pada saat sore hari sedangkan non kelompok peternak sebagian besar tidak memberikan konsentrat, tambahan nutrisi dan hijauan. Produktivitas
ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70 persen dan faktor genetik hanya sekitar 30 persen. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan
mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan
tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007
E. Pendapatan Peternak
1
Penerimaan
Penerimaan peternak bersumber dari penjualan ternak dan penjualan kompos. Harga ternak sapi dijual berdasarkan harga perkiraan peternak dengan
agen yang membeli yaitu antara Rp 6.000.000,- sampai dengan Rp 12.000.000,- dan juga ditentukan berdasarkan jenis, umur dan kesehatan ternak itu sendiri.
Peternak biasanya menjual ternak pada saat menjelang hari raya Idul Adha, karena pada saat tersebut permintaan akan ternak sapi cenderung meningkat dan dengan
harga tinggi, namun sebaliknya ketika kebutuhan peternak sangat mendesak dan harus menjual ternak miliknya seperti untuk kebutuhan biaya sekolah, kebutuhan
untuk bertaniberkebun, hajatan, ternak sakit dan lain-lain maka peternak menjual
48 ternak dengan harga sedikit lebih murah karena peternak tidak mempunyai posisi
tawar yang kuat, sehingga menjadi peluang untuk mengambil keuntungan yang besar bagi para agen.
Penerimaan sampingan berasal dari hasil penjualan kompos kotoran ternak berdasarkan harga yang berlaku di pasaran. Biasanya peternak menjual
kompos dengan goni dengan kisaran harga Rp 8000,- apabila kompos tersebut masih dalam keadaan kurang kering, jika kompos telah kering telah siap pakai
maka kompos tersebut dijual dengan harga Rp 10.000,- per goni. Kompos ternak dapat juga dijual dengan borongan yaitu berdasarkan harga keseluruhan kompos
milik peternak yang terkumpul, dijual dengan harga yang disepakati antara pembeli dengan peternak berkisar antara Rp 60.000,- sampai dengan Rp 70.000,-
per mobil pick up. Pada Tabel 25 berikut ini disajikan rata – rata pendapatan yang diperoleh peternak kelompok peternak dan non kelompok peternak.
Tabel 25 Rata – rata pendapatan yang diperoleh oleh peternak kelompok peternak dan non kelompok peternak
No Uraian
Kelompok Peternak
RpTahun Non Kelompok
Peternak RpTahun
1 Penerimaan
Penjualan Ternak 10.105.000
9.550.000 Penjualan Kotoran Ternak
556.666,7 465.833,3
Jumlah 10.661.666,7
10.015.833,3 2
Biaya Produksi
Biaya Tetap 4.715.000
5.136.666,7 Biaya Variabel
975.833,3 743.333,3
Jumlah 5.690.833,3
5.880.000
Pendapatan = Penerimaan-Biaya Produksi
4.970.833,4 4.135.833,3
RC 1,87
1,70 Hasil uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata t
hit
pada taraf α 5 t tabel
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan penerimaan rata-rata yang diperoleh peternak kelompok peternak dari penjualan ternak sebesar
Rp 10.105.000 dan dari penjualan kotoran ternak sebesar Rp 556.666,7 dan penerimaan rata-rata yang diperoleh non kelompok peternak dari penjualan ternak
sebesar Rp 9.550.000 dan dari penjualan kotoran ternak sebesar Rp 465.833,3. Jumlah penerimaan rata-rata yang diperoleh peternak kelompok peternak sebesar
Rp 10.661.666,7 dan penerimaan rata-rata non kelompok peternak sebesar
49 Rp. 10.015.833,3. Hal ini menunjukkan peternak kelompok peternak memiliki
penerimaan yang lebih besar dari peternak non kelompok peternak yaitu sebesar Rp. 645.833,4. Perbedaan ini dihasilkan dari harga sapi pada kelompok peternak
yang melakukan perbaikan manajemen lebih tinggi, menunjukkan pertumbuhan ternak sapi yang lebih baik karena kelompok peternak sebagian besar memberikan
konsentrat, tambahan nutrisi vitamin dan mineral serta tambahan hijauan. Demikian juga dengan pada kotoran sapi yang dikelola dengan perbaikan
manajemen terdapat tambahan pemasukan berupa penjualan kotoran sapi. Kelompok peternak mengumpulkan dan memanfaatkan kotoran sapi dan diolah
hingga menjadi kompos yang siap untuk dijualdimanfaatkan untuk tanaman. Biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar
terlaksananya suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan seperti contoh biaya bibit, listrik dan Pajak Bumi dan Bangunan PBB, tenaga kerja, transportasi
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan seperti peralatan kandang, pakan,
obat-obatan, vaksin dan IB. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya tetap kelompok peternak sebesar Rp. 4.715.000 dan rata-rata biaya variabel
sebesar Rp 975.833,3. Rata-rata biaya tetap non kelompok peternak sebesar Rp. 5.136.666,7 dan rata-rata biaya variabel sebesar Rp 743.333,3. Jumlah rata-
rata biaya produksi kelompok peternak sebesar Rp. 5.690.833,3 dan jumlah rata- rata biaya produksi non kelompok peternak sebesar Rp. 5.880.000. Hal ini
menunjukkan biaya produksi non kelompok peternak lebih besar dari kelompok peternak yaitu sebesar Rp 189.166,7. Hal disebabkan karena anggota kelompok
peternak sebanyak sebanyak 8 orang mendapatkan bantuan berupa bibit ternak dan 4 orang peternak mendapatkan bantuan mesin pencacah rumput chopper
dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai. Pendapatan yang diterima peternak adalah selisih antara penerimaan
dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan kelompok peternak sebesar
Rp. 4.970.833,4 dan rata-rata pendapatan non kelompok peternak sebesar
50 Rp. 4.135.833,3. Hal ini menunjukkan pendapatan kelompok peternak lebih besar
dari non kelompok peternak yaitu sebesar Rp. 835.000,1. Hasil perhitungan RC menunjukkan RC kelompok peternak sebesar 1,87 dan non kelompok peternak
sebesar 1,70. Hasil perhitungan RC kelompok peternak maupun non kelompok peternak dapat dilihat pada lampiran 3 menunjukkan nilai RC kelompok
peternak lebih besar dari non kelompok peternak, namun nilai RC kelompok peternak maupun non kelompok peternak lebih besar dari 1, sehingga sama-sama
layak untuk diusahakan. Hasil uji beda rata-rata pendapatan dari kelompok peternak dengan non kelompok peternak dengan uji t dapat dilihat pada lampiran
4 menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,59 dan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen sebesar 1,67. Hal ini menunjukkan nilai t hitung lebih kecil
dari t tabel, sehingga h diterima berarti tidak terdapat perbedaan pendapatan
antara kelompok peternak dan non kelompok peternak
F. Analisis Strategi yang diperlukan untuk Pengembangan sapi Potong
melalui Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai Analisis Faktor Internal
Analisis faktor lingkungan internal digunakan sebagai kekuatan strengths dan kelemahan weakness.
1. Kekuatan Strenghts
Beberapa faktor internal yang merupakan kekuatan untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu :
a. Tingginya Minat Peternak Bergabung dalam Kelompok Peternak
Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai sudah banyak yang ikut bergabung dalam kelompok peternak, terlihat dari jumlah kelompok peternak di
Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebanyak 378 kelompok peternak yang tersebar di 17 Kecamatan. Hal ini menunjukkan peternak sudah memahami pentingnya
berkelompok, karena dengan ikut bergabung dalam kelompok, peternak dapat memperoleh informasi dan teknologi peternakan melalui sesama anggota
kelompok peternak, pemerintah maupun pihak swasta. Dengan menjadi anggota
51 kelompok, peternak juga dapat belajar cara berorganisasi, memperoleh
pendidikan dan pelatihan dari penyuluh, dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
b. Pengalaman Beternak Sapi Memadai
Peternak sudah memiliki pengalaman yang memadai dalam beternak sapi potong yaitu 6 – 20 tahun. Pengalaman beternak yang cukup lama merupakan
kekuatan dalam pengembangan sapi potong karena beternak bukanlah suatu hal yang baru, peternak akan lebih mudah mengatasimenghadapi masalah-masalah
yang timbul dalam mengelola usaha ternaknya.
c. Usia Peternak masih Produktif
Usia peternak rata-rata masih relatif muda yaitu 30 – 50 tahun, dan memiliki fisik yang kuat serta mempunyai kemampuan berpikir yang lebih tajam
dalam mengelola usaha ternaknya dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia lanjut. Semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan
terhadap sesuatu sangat tinggi dan semakin cepat mengadopsi teknologi serta kemampuan beternak lebih maksimal dibandingkan peternak yang telah tua.
d. Pencatatan Recording sudah dilakukan Peternak
Pencatatan Recording meliputi perkawinan, kelahiran anak, kematian dan status kesahatan ternak. Melalui kegiatan pencatatan recording untuk
mengetahui perkembangan sapi dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan produktifitas ternak sapi misalnya : kapan ternak dikawinkan,
umur kebuntingan, kelahiran anak, penyakit apa yang diderita sapi dan tindakan yang telah dilakukan, baik berupa pencegahan maupun pengobatan penyakit.
peternak pada umumnya telah melakukan pencatatan recording pada usaha ternaknya walaupun masih terbatas pada waktu perkawinan inseminasi buatan
dan kapan anak sapi dilahirkan.
e. Penjualan Pemotongan Betina Produktif Rendah
Rendahnya penjualanpemotongan betina produktif merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan pengembangan sapi potong karena dapat menekan
dan menanggulangi penurunan populasi ternak sapi. Peternak terpaksa menjual