METODE PENELITIAN Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si

18 yang menyatakan : “Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka sampel diambil 10 – 15 persen atau 20 – 25 persen atau lebih”. Jumlah ternak sapi potong, jumlah kelompok peternak, jumlah ternak sapi potong kelompok peternak, luas wilayah, kepadatan ternak pada setiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Jumlah ternak sapi potong, jumlah kelompok peternak, jumlah ternak sapi potong kelompok peternak, luas wilayah, kepadatan ternak pada setiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. No Kecamatan Jumlah Sapi Potong ekor Jumlah Kelompok Peternak Jumlah Ternak Sapi Potong milik Kelompok Peternak Luas Km² Kepadatan Ternak Km² 1 Silinda 233 6 16 198,900 1,17 2 Tanjung Beringin 318 4 149 182,291 1,74 3 Kotarih 212 14 148 74,170 2,85 4 Tebing Syahbandar 1.548 18 538 237,417 6,52 5 Bandar Khalifah 1.548 3 430 120,297 12,86 6 Teluk Mengkudu 803 21 109 50,690 15,84 7 Sei Bamban 1.071 21 56,740 18,87 8 Bintang Bayu 1.491 20 1009 72,260 20,63 9 Sei rampah 1.627 21 343 78,024 20,85 10 Serbajadi 1.680 16 786 80,296 20,92 11 Tebing Tinggi 3.048 41 1438 95,586 31,88 12 Dolok Merawan 3.929 9 525 116,000 33,87 13 Pegajahan 3.832 35 907 111,620 34,33 14 Perbaungan 4.520 39 475 120,600 37,47 15 Pantai Cermin 6.327 45 1601 145,259 43,55 16 Dolok Masihul 5.890 46 2399 93,120 63,25 17 Sipispis 4.383 19 1922 66,950 65,46 Jumlah 42.460 378 12.795 1.900,22 22,34 Keterangan : Kecamatan yang termasuk kawasan peternakan sapi dengan prioritas pengembangan di Kabupaten Serdang Bedagai : Sumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai 2011 : Sumber dari Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BP2KP Kabupaten Serdang Bedagai 2011 19 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari monitoring responden melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BP2KP Kabupaten Serdang Bedagai, serta beberapa literatur yang mendukung dan kompeten dalam penelitian ini. Metode Analisis Data Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dalam 4 empat tahap analisis yaitu : 1. Analisis deskriptif Mengetahui faktor produksiinput bibit, kandang, pakan, modal, tenaga kerja kelompok peternak dan non kelompok peternak menggunakan analisis deskriptif. 2. Penilaian Skor Kondisi Tubuh Ternak Sapi Mengetahui penampilan reproduksi ternak dilakukan penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi kelompok peternak dan non kelompok peternak. Skor kondisi dimaksud untuk memberikan kriteria pada seekor ternak sapi yang dinilai secara kualitatif Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat 2010. Berikut adalah cara-cara penentuan skor kondisi tubuh seekor ternak sapi : Skor 1 : Pada kondisi skor 1 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Sangat Kurus” di mana tonjolan tulang belakang, tulang rusuk, tulang pinggul dan tulang pangkal ekor terlihat sangat jelas. Pada kondisi tubuh seperti ini, sapi betina dewasa mengalami gangguan reproduksi berat yang ditandai dengan berhentinya siklus birahi. Skor 2 : Pada kondisi skor 2 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Kurus”, namun lebih baik dibandingkan dengan ternak pada kondisi skor 1 dimana tonjolan tulang di berbagai tempat mulai tidak terlihat namun garis tulang rusuk masih terlihat jelas dan 20 sudah mulai terlihat ada sedikit perlemakan pada pangkal tulang ekor dimana pangkal tulang ekor terlihat sedikit lebih bulat. Pada kondisi tubuh seperti ini, sapi betina dewasa masih mengalami gangguan reproduksi yang ditandai dengan siklus birahi yang tidak teratur dan cenderung kurang dari 21 hari dan lama birahi yang lebih pendek kurang dari 4 jam dan sering disebut dengan birahi tenang. Skor 3 : Pada kondisi skor 3 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Sedang atau Menengah”, dimana tonjolan tulang sudah tidak terlihat lagi dan kerangka tubuh, pertulangan dan perlemakan mulai terlihat seimbang namun masih terlihat jelas garis berbentuk segitiga antara tulang HIP dan rusuk bagian belakang dan tonjolan pangkal tulang ekor sudah membentuk kurva karena adanya penimbunan perlemakan pada pangkal tulang ekor. Pada kondisi tubuh seperti ini, aktivitas reproduksi sapi betina dewasa sudah kembali normal. Skor 4 : Pada kondisi skor 4 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Baik”, dimana kerangka tubuh dan tonjolan tulang sudah tidak terlihat dan perlemakan sudah lebih menonjol pada semua bagian tubuh. Garis tonjolan pangkal tulang ekor masih terlihat namun jika dilihat dari belakang. Bagian belakang tubuh sudah mulai berbentuk persegi panjang yang menunjukkan perlemakan pada bagian paha, pinggul dan paha bagian dalam. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan dapat bertahan dan aktivitas reproduksi tidak terganggu selama musim kering atau musim kekurangan pakan. Skor 5 : Pada kondisi skor 5 ternak menunjukkan keragaan tubuh yang ”Gemuk”, dimana kerangka tubuh dan struktur pertulangan sudah tidak terlihat dan tidak teraba. Tulang pangkal ekor sudah tenggelam oleh perlemakan dan bentuk persegi panjang pada tubuh belakang sudah membentuk lengkungan pada bagian kedua ujungnya. Pada kondisi tubuh seperti ini ternak akan dapat berproduksi dan tidak terganggu oleh perubahan musim. 21 3. Analisis Pendapatan Pendapatan kelompok peternak dan non kelompok peternak dihitung dengan dengan rumus : Pd = TR – TC Dimana : Pd adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong rupiahtahun TR adalah total penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong rupiahtahun TC adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong rupiahtahun Soekartawi 1995 3.1. Revenue Cost Ratio RC Analisis RC ratio merupakan perbandingan antara penerimaan revenue dan biaya cost, menurut Rahim dan Hastuti 2007 yaitu : RC ratio = TR TC RC ratio = Revenue cost ratio TR = Total revenue total pendapatan TC = Total biaya produksi cost 4. Uji t Untuk mengetahui perbedaan penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi peternak dan pendapatan Kelompok Peternak dan non Kelompok Peternak diuji dengan uji t uji beda rataan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences SPSS for windows release 16 Stanislaus, 2009 Jika t hitung t tabel α = 0,05 maka H O diterima Jika t hitung t tabel α = 0,05 maka H berarti tidak terdapat perbedaan penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi peternak dan pendapatan antara kelompok peternak dengan non kelompok peternak O ditolak berarti terdapat perbedaan penilaian skor kondisi tubuh ternak sapi peternak dan pendapatan antara kelompok peternak dengan non kelompok peternak 22 5. Tahapan Perencanaan Strategis Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahapan analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Pada penyusunan strategis ini dilakukan pertemuan bersama dengan para pejabat dari Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai serta pihak yang terkait lainnya seperti ketuapengurus kelompok peternak untuk menyusun faktor internal kekuatan, kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman peternak sapi potong di Kabupaten Serdang Bedagai lalu selanjutnya digunakan untuk penyusunan matrik swot dan matrik grand strategi. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini : 1. TAHAP MASUKAN Matriks Evaluasi Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Faktor Internal EFAS IFAS 2. TAHAP ANALISIS Matrik Matrik Swot Grand Strategi 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN Gambar 1 Kerangka penyusunan formula strategis.

1. Tahap Masukan

Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal.

a. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal EFAS. Berikut adalah cara-cara penentuan EFAS external factors analysis summary :  Menentukan faktor – faktor yang menjadi peluang dan ancaman dalam kolom 1 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman.  Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 sangat penting sampai dengan 0,0 tidak penting. 23  Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 Outstanding. Sampai dengan 1 poor berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif peluang yang sangat besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating + 1. Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.  Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4, hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 outstanding sampai dengan 1,0 poor.  Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4, untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan bersangkutan.

b. Matrik Faktor Strategi Internal.

Setelah faktor-faktor strategi internal suatu kelompok peternak di identifikasikan kemudian disusun tabel IFAS Internal Factors Analysis Summary untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan, tahapannya adalah :  Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.  Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 paling penting sampai 0,0 tidak penting.  Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif semua variabel yang termasuk kategori kekuatan diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 sangat baik, sedangkan variabel negatif adalah kebaikannya.  Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4 hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,00 outstanding sampai dengan 1,0 poor.