53
a. Tingkat Pendidikan Peternak Relatif Rendah
Tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah terkait erat kepada pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola usahanya. Peternak
hanya mengadalkan pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah, sehingga peternak dalam mengembangkan usahanya masih bersifat tradisional karena
lambat dalam penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan lainnya.
b. Kurangnya Pelatihan Keterampilan Peternak
Peternak sulit untuk mengikuti pelatihan keterampilan karena kendala waktu, peternak sibuk untuk bekerja memenuhi kehidupannya dan kurangnya
program pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan peternak, sehingga penguasaan teknologi dan informasi serta keterampilan untuk mengembangkan
usaha peternakannya belum optimal.
c. Minimnya Lahan untuk Penggembalaan
Lahan untuk penggembalaan sapi tidak saja berfungsi sebagai ruang jelajah tetapi juga merupakan sumber ketersediaan air dan sumber ketersediaan
pakan berupa hijauan. Karena keterbatasan lahan penggembalaan, peternak memanfaatkan lahan perkebunan milik PTPN sebagai tempat penggembalaan
ternaknya.
d. Minimnya Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan ternak sapi memerlukan alat mesin peternakan yang mendukung keberhasilan dari usaha peternakan sehingga sumberdaya yang
tersedia dapat dimafaatkan secara optimal dan menghemat tenaga kerja seperti mesin pencacah rumput chopper, mesin pembuat pupuk kompos, instalasi biogas
dan masih banyak lagi alat dan mesin peternakan yang ada sekarang ini belum dimiliki oleh peternak. Hal ini mengakibatkan penggunaan teknologi oleh
peternak dalam mengembangkan usahanya masih rendah.
e. Beternak sebagai Usaha SambilanKeluarga
Beternak sapi potong bukan sebagai pekerjaan utama para peternak melainkan bersifat peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan yang bersifat
sambilan, sehingga tidak ada usaha meningkatkan usaha ternak secara intensif untuk meningkatkan pendapatan. Peternak menggunakan waktu luang atau
54 memanfaatkan waktu anggota keluarga untuk memelihara ternak sapi. Sewaktu
pulang sekolah kebanyakan anak peternak membantu menggembalakan ternak. Sebelum pergi bekerja, peternak memanfaatkan waktu untuk mengurus ternak,
demikian juga sesudah pulang kerja, peternak menggunakan waktunya untuk memasukkan ternak ke kandang. Peternak mengupah tenaga orang lain selain
anggota keluarga disaat peternak tidak memiliki waktu peternak sakit, ada pesta untuk menyabit rumput atau menggembalakan ternak.
f. Kurangnya Kerjasama antar Anggota Kelompok
Peternak tidak memelihara ternak sapi secara bersama-sama pada satu kandang kelompok karena beberapa alasan antara lain sulit mengatur jadwal
anggota peternak secara bergiliran untuk menyabit rumput dan jaga malam ternak kelompok, sebab masing-masing peternak memiliki pekerjaan utama selain
beternak sapi sehingga peternak lebih memilih menyabit rumput dan jaga malam ternak masing-masing anggota peternak.
g. Kurangnya Pemanfaatan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai
Pakan Ternak Sapi Potong
Peternak belum memanfaatkan limbah hasil perkebunan kelapa sawit karena beberapa hal antara lain karena keterbatasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi IPTEK, modal, sarana dan prasarana yang minim serta kurangnya pelatihan keterampilan dalam mengolah limbah perkebunan kelapa sawit.
Analisis Faktor Eksternal
Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengetahui peluang Opportunities dan ancaman Threats.
1. Peluang Opportunities
Beberapa faktor eksternal yang merupakan peluang untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu :
a. Pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit
Limbah dari kelapa sawit seperti pelepah dan daun sawit dapat diolah menjadi pengganti hijauan dan sebagai sumber serat bagi ternak sapi. Selain itu
lumpur sawit, bungkil inti sawit dan serat buah sawit dapat menjadi alternatif lain sebagai sumber pakan sapi. Mengingat ketersediaan hijauan pakan ternak sangat
55 terbatas maka peternak perlu memanfaatkan limbah hasil samping kelapa sawit
sebagai alternatif lain sumber pakan sapi.
b. Posisi yang Strategis untuk Pemasaran Ternak
Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi yang strategis antara lain dilintasi oleh Jalan Lintas Sumatera JALINSUM, berbatasan dengan Ibukota
Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam, mengelilingi Kotamadya Tebing Tinggi, tidak jauh dari Kotamadya Siantar dan Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara
jarak tempuh sekitar 1 – 2 jam. Hal ini menunjukkan peternak di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pemasaran hasil produk peternakan yang luas selain di
Kabupaten Serdang Bedagai.
c. Adanya Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berfungsi sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten, acuan untuk mewujudkan keseimbangan
pembangunan dalam wilayah Kabupaten, acuan lokasi investasi dalam wilayah Kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta, pedoman untuk
penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah Kabupaten dan dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten yang meliputi penetapan
peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan untuk pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Serdang
Bedagai.
d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK
Perkembangan ilmu dan Teknologi IPTEK pada saat sekarang ini semakin pesat perkembangannya yang dapat memudahkan peternak dalam
mengembangkan usaha peternakannya dan juga merupakan peluang yang dapat digunakan peternak dalam meningkatkan kualitas dan inovasi produk dari usaha
peternakan.
e. Adanya Industri Pendukung Pakan Ternak
Industri pengolah ubi kayu menjadi pati ubi kayu tepung ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai tercatat sebanyak 50 lima puluh unit usaha dimana
limbah dari pengolahan industri tersebut menghasilkan ampas ubi kayu yang sudah banyak digunakan peternak sebagai pakan ternak sapi potong. Pada