51 kelompok, peternak juga dapat belajar cara berorganisasi, memperoleh
pendidikan dan pelatihan dari penyuluh, dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
b. Pengalaman Beternak Sapi Memadai
Peternak sudah memiliki pengalaman yang memadai dalam beternak sapi potong yaitu 6 – 20 tahun. Pengalaman beternak yang cukup lama merupakan
kekuatan dalam pengembangan sapi potong karena beternak bukanlah suatu hal yang baru, peternak akan lebih mudah mengatasimenghadapi masalah-masalah
yang timbul dalam mengelola usaha ternaknya.
c. Usia Peternak masih Produktif
Usia peternak rata-rata masih relatif muda yaitu 30 – 50 tahun, dan memiliki fisik yang kuat serta mempunyai kemampuan berpikir yang lebih tajam
dalam mengelola usaha ternaknya dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia lanjut. Semakin muda usia peternak umumnya rasa keingintahuan
terhadap sesuatu sangat tinggi dan semakin cepat mengadopsi teknologi serta kemampuan beternak lebih maksimal dibandingkan peternak yang telah tua.
d. Pencatatan Recording sudah dilakukan Peternak
Pencatatan Recording meliputi perkawinan, kelahiran anak, kematian dan status kesahatan ternak. Melalui kegiatan pencatatan recording untuk
mengetahui perkembangan sapi dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan produktifitas ternak sapi misalnya : kapan ternak dikawinkan,
umur kebuntingan, kelahiran anak, penyakit apa yang diderita sapi dan tindakan yang telah dilakukan, baik berupa pencegahan maupun pengobatan penyakit.
peternak pada umumnya telah melakukan pencatatan recording pada usaha ternaknya walaupun masih terbatas pada waktu perkawinan inseminasi buatan
dan kapan anak sapi dilahirkan.
e. Penjualan Pemotongan Betina Produktif Rendah
Rendahnya penjualanpemotongan betina produktif merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan pengembangan sapi potong karena dapat menekan
dan menanggulangi penurunan populasi ternak sapi. Peternak terpaksa menjual
52 sapi betina produktif karena beberapa alasan diantaranya karena terdesak
kebutuhan ekonomi dan karena sapi majirmandul.
f. Pelaksanaan Inseminasi Buatan IB sudah dilakukan
Peternak sudah memahami pentingnya mengikuti program Inseminasi Buatan IB untuk menghasilkan bibit ternak sapi yang unggul. Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai telah menempatkan penyuluhpetugas inseminator yang siap untuk melayani peternak, membantu menghasilkan bibit ternak yang
unggul melalui program Inseminasi Buatan IB di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.
g. Iklim dan Kondisi Alam yang mendukung
Kabupaten Serdang Bedagai termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan rata-rata
kelembapan udara perbulan sekitar 83 persen, curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm perbulan. Kondisi iklim seperti ini sangat mendukung
untuk pengembangan sapi potong karena vegetasi tersedia sepanjang tahun yang merupakan potensi sumber pakan ternak sapi.
h. Perkebunan Kelapa Sawit Luas
Luas perkebunan di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai 101,057,04 ha. Perkebunan kelapa sawit merupakan yang paling luas yaitu mencapai 60.080,64
ha atau sebesar 59,45 persen dari luas perkebunan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Perkebunan kelapa sawit tersebut terdiri atas perkebunan rakyat seluas
12.075,49 ha, perkebunan sawit milik negara PTPN seluas 24.646,26 ha, perkebunan sawit milik swasta nasional 12.544,24 ha dan perkebunan sawit milik
swasta asing seluas 10.814,65 ha Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai 2011.
2. Kelemahan Weaknesses
Ada beberapa faktor yang merupakan kelemahan untuk pengembangan sapi potong melalui kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu :
53
a. Tingkat Pendidikan Peternak Relatif Rendah
Tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah terkait erat kepada pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola usahanya. Peternak
hanya mengadalkan pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah, sehingga peternak dalam mengembangkan usahanya masih bersifat tradisional karena
lambat dalam penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan lainnya.
b. Kurangnya Pelatihan Keterampilan Peternak
Peternak sulit untuk mengikuti pelatihan keterampilan karena kendala waktu, peternak sibuk untuk bekerja memenuhi kehidupannya dan kurangnya
program pemerintah dalam hal pelatihan keterampilan peternak, sehingga penguasaan teknologi dan informasi serta keterampilan untuk mengembangkan
usaha peternakannya belum optimal.
c. Minimnya Lahan untuk Penggembalaan
Lahan untuk penggembalaan sapi tidak saja berfungsi sebagai ruang jelajah tetapi juga merupakan sumber ketersediaan air dan sumber ketersediaan
pakan berupa hijauan. Karena keterbatasan lahan penggembalaan, peternak memanfaatkan lahan perkebunan milik PTPN sebagai tempat penggembalaan
ternaknya.
d. Minimnya Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan ternak sapi memerlukan alat mesin peternakan yang mendukung keberhasilan dari usaha peternakan sehingga sumberdaya yang
tersedia dapat dimafaatkan secara optimal dan menghemat tenaga kerja seperti mesin pencacah rumput chopper, mesin pembuat pupuk kompos, instalasi biogas
dan masih banyak lagi alat dan mesin peternakan yang ada sekarang ini belum dimiliki oleh peternak. Hal ini mengakibatkan penggunaan teknologi oleh
peternak dalam mengembangkan usahanya masih rendah.
e. Beternak sebagai Usaha SambilanKeluarga
Beternak sapi potong bukan sebagai pekerjaan utama para peternak melainkan bersifat peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan yang bersifat
sambilan, sehingga tidak ada usaha meningkatkan usaha ternak secara intensif untuk meningkatkan pendapatan. Peternak menggunakan waktu luang atau