ACT of State Doctrine

C. ACT of State Doctrine

Berkaitan erat dengan praktek dari teori sebelumnya, yaitu doktrin sovereign immunity, khususnya di Amerika Serikat dikenal prinsip lain yang dinamakan “Act of State Doctrine”. Berdasarkan doktrin ini maka badan-badan peradilan dari suatu negara tidak dapat mengadili perbuatan-perbuatan dari negara lain yang dilakukan dalam wilayahnya sendiri bahkan meskipun tindakan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan hukum internasional, menurut pandangan doktrin yang paling ekstrim. 31 Doktrin ini berkembang dari yurisprudensi untuk mencegah tindakan-tindakan hakim pada bidang-bidang yang dianggap sensitif. Perlindungan terhadap tindakan-tindakan negara yang dilakukan di dalam wilayahnya sendiri adalah suatu hal yang dapat dimengerti, oleh karena campur tangan terhadap masalah ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara, asas persamaan hak dan kedudukan serta kebebasan untuk menentukan nasib sendiri. Bagaimana halnya dengan tindakan-tindakan negara yang murni bersifat komersial? Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yurisprudensi Dunhill v Cuba 425 US, 682, 698, 965 CD. 1854, 1863, 48 L. ED 24 menerangkan sebagai berikut : “...Act of state doctrine memerikan perlindungan terhadap perbuatan- perbuatanyang termasuk “political act atau governmental act.” Tetapi untuk “purely commercial operation” tidak diberikan perlindungan. 32 31 Malanczuk, Op. Cit., hal. 122. 32 Sudargo Gautama, Soal-Soal Aktual Hukum Perdata Internasional, Op. Cit., hal. 189. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan act of state doctrine ini, maka tindakan-tindakan negara yang mengandung unsur-unsur komersial masih mungkin untuk diberikan, hal mana dalam sovereign immunity hal tersebut tidak dimungkinkan. Menurut “act of state docrine” tindakan-tindakan negara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Act of State; Sovereign act atau tindakan publik; commercial act with sovereign component atau tindakan komersial yang mengandung unsur publik; 2. Purely commercial act atau tindakan yang murni komersial. Dari penjelasan diantara kedua teori mengenai imunitas negara tersebut, maka dapat disimpulkan perbedaan diantara keduanya adalah sebagai berikut “ 1. Doktrin imunitas mempunyai sangkut paut dengan masalah yurisdiksi, sebaliknya act of state tidak; 2. “Sovereign Immunity” adalah asas dalam hukum internasional publik, sedangkan “act of state doctrine” tumbuh dari yurisprudensi guna mencegah tindakan-tindakan hakim dalam bidang yang sensitif; 3. “Sovereign immunity” hanya dapat diklaim oleh negara-negara yang terlibat dalam perkara sebagai tergugat. Sebaliknya, “act of state doctrine” dapat diklaim oleh negara maupun oleh pihak-pihak swasta, apabila tidak ada negara yang terlibat dalam perkara yang bersangkutan. 33 33 Ibid., hal. 203 Universitas Sumatera Utara D. Teori-Teori Imunitas Negara D.1. Teori Imunitas Negara Mutlak Absolute Sovereign Immunity