Definsi Kapal Perang 1. Menurut Konvensi Hukum Laut Bebas Jenewa Tahun 1958
dalam pasal 20 diizinkan pelaksanaan yurisdiksi perdata oleh negara teritorial terhadap kapal-kapal dagang pemerintahnegara.
Sekarang ini hampir semua negara di dunia tidak lagi menggunakan pendekatan imunitas absolut terhadap kapal-kapal dagang milik negara.
F. Definsi Kapal Perang F.1. Menurut Konvensi Hukum Laut Bebas Jenewa Tahun 1958
Adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri bahwa sebagian daripada ketentuan-ketentuan hukum laut internasional yang ada sekarang ini merupakan
penjelmaan kebiasaan-kebiasaan dari negara-negara maritime besar. Salah satu kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah termasuk ketentuan-ketentuan mengenai
kapal perang.
55
Berawal dari kondifikasi Den Haag tahun 1930, kemudian sebagian besar dari kebiasaan-kebiasaan negara maritime tersebut selanjutnya dirumuskan
menjadi ketentuan-ketentuan hukum laut internasional, termasuk didalamnya kebiasaan-kebiasaan mengenai kapal perang.
Sejak Konferensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930, istilah kapal perang dan kapal pemerintah atau negara telah diperkenalkan sebagai bagian dari hal
yang menjadi obyek pengaturan dari hukum laut internasional. Dalam Konferensi Hukum Laut Jenewa tahun 1958, pengaturan mengenai
kapal perang ini kemudian diatur secara lebih lanjut termasuk didalamnya diatur mengenai definisi kapal perang menurut hukum laut internasional.
55
Sebelum definisi kapal perang dicantumkan dalam ketentuan hukum internasional beberapa negara maritime besar telah memiliki definisi kapal perang dalam ketentuan hukum
nasionalnya.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 8 ayat 2 Konvensi Mengenai Laut Lepas Jenewa tahun 1958, membierikan definisi kapal perang yang berbunyi sebagai berikut :
“2. For the purposes of these articles, the term rship” means a ship belonging to the nazval forces of a state and bearing the external marks
distinguishing warships of its nationality, under the command of an officer duly commisioned by the government and whose name appears in the
Navy List, and manned by a crew who are under regular naval discipline.”
Dengan memperhatikan pasal 8 ayat 2 tersebut, maka yang dimaksud dengan “kapal perang warship” adalah kapal yang dimiliki oleh angkatan laut
suatu negara yang memakai tanda luar yang menunjukan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, dibawah komando soeorang perwira yang diangkat untuk itu oleh
pemerintah negaranya dan namanya terdapat di dalam daftar dinas angkatan laut, dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan laut
reguler. Dihubungkan dengan definisi “kapal perang” yang termuat dalam
ketentuan-ketentuan hukum nasional negara-negara maritim besar seperti yang telah diterangkan sebelumnya diatas, tampak terlihat bahwa ketentuan mengenai
definisi kepal perang yang terdapat dalam Konvensi Laut Lepas Jenewa tahun 1958, perumusannya banyak dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan hukum
nasional negara-negara maritim besar atau bisa dikatakan berasal kebiasaan- kebiasaan negara-negara maritim besar.
Universitas Sumatera Utara
F.2. Menurut Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 merupakan hasil dari usaha negara-negara di dunia untuk menghasilkan suatu kodifikasi di bidang hukum laut
secara komprehensif. Penyempurnaan-penyempurnaan dilakukan dengan merujuk pada ketentuan-ketentuan hukum laut, yang terdapat di dalam konvensi-konvensi
yang telah dihasilkan sebelumnya. Berkaitan dengan definisi “kapal perang”, Konvensi Hukum Laut PBB
tahun 1982 memberikan batasan mengenai definisi kapal perang dalam pasal 29 yang berbunyi sebagai berikut:
“For the purposes of this convention, “warship” means a ship belonging to the armed forces of a state and bearing the external marks
distinguishing such ships of its nationality, under the command of an officer duly commisioned by the government of a state and whose name
appears in approriate service list, and manned by a crew who are under regular armed forces discipline.”
Yang dimaksud dengan “ kapal perang warship” berdasarkan pasal 29
tersebut diatas adalah kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu negara yang memakai tanda luar yang menunjukan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut,
dibawah komando seorang perwira yang diangkat untuk itu oleh pemerintah negaranya dan namanya terdapat di dalam daftar dinas militer yang tepat atau
daftar serupa, dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan bersenjata.
Definisi ini berbeda dengan definisi “kapal perang” yang diatur dalam pasal 8 ayat 2 Konvensi Hukum Laut Lepas Jenewa tahun 1958. Karena batasan
kapal perang berlaku tidak hanya terhadap kapal perang yang dimiliki oleh angkatan laut suatu negara saja, akan tetapi termasuk didalamnya kapal-kapal
Universitas Sumatera Utara
diluar yang dimiliki angkatan laut, selama kapal perang tersebut merupakan bagian dari pada angkatan bersenjata suatu negara.
Digunakannya istilah “angkatan bersenjata” dan bukannya “angkatan laut” secara umum dimaksudkan untuk mengakomodasi penyatuan beberapa cabang
angkatan bersenjata di berbagai negara, pengoperasian kendaraan air kapal laut oleh Angkatan Darat dan Angkatan Udara, dan munculnya “coast guard”
pengawas pantai sebagai unit terpisah dari beberapa angkatan bersenjata beberapa negara.