B. Saran-Saran .....................................................................
103 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya sejumlah besar Negara-negara di dunia ini merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah lagi
1
. Masing-masing Negara dari lebih dari seratus lima puluh Negara merdeka tersebuk baik Negara pantai maupun yang
tidak berpantai mempunyai kepentingan khusus atas laut, tergantung pada keadaan fisik geografisnya, ekonomi, sejarah dan keadaan – keadaaan lainnya
yang melekat pada laut tersebut
2
Hukum dalam hal ini hukum laut internasional, berperan sebagai alat untuk mengatur hubungan – hubungan atau persoalan yang berhubungan dengan
pemanfaatan laut untuk kepentingan berbagai bangsa tersebut.
3
1
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, cet ke 4. Bandung: Binacipta,1982 hal 12.
2
Atje Muhjiddin Misbach, Status Hukum Perairan Kepulauan Indonesia Atas Hak Lintas Kapal Asing, cet ke1. Bandung: penerbit Alumni, 1993 hal 1.
3
John C. Colombos dalam bukunya the internasional law of he sea, 4
th
Revised Ed, London : Longmans ,1959 Hal 7, memberikan defenisi hukum laut internasional sebagai :
internasional law, of which the principles which govern maritime intercourse, naval warfare and
Universitas Sumatera Utara
Karena tujuan hukum pada umumnya termasuk hukum internasional adalah menciptakan dan memelihara ketertiban dan keadilan dalam pergaulan
masyarakat, dalam hal ini masyarakat internasional, maka hukum laut internasional berfungsi untuk memelihara ketertiban dan keadilan dalam
pemanfaatan laut laut untuk kepentingan berbagai bangsa. Salah satu aktivitas yang merupakan kepentingan khusus suatu Negara atas
laut tersebut adalah pemanfaatan laut untuk kepentingan dibidang militer.yaitu laut sebagai sarana penaklukan dan tempat pertempuran, sudah ada sejak manusia
mengenal teknologi kapal sebagai alat angkutan.
4
Pada awal
peradaban,manusia membangun kapal laut untuk digunakan
dalam berimigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain, serta untuk kepentingan perdagangan antar bangsa. Namun demikian bersamaan dengan berkembangnya
perdaban manusia dan teknologi di bidang kelautan dan didasarkan atas kepentingan militer bangsa-bangsa di dunia, lahirlah ide dan penemuan untuk
memodifikasi tau mengembangkan kapal laut menjadi kapal perang hingga menjadi armada laut. Perkembangan teknologi kapal perang terus belangsung,
semakin lama semakin mutakhir dari segi peralatan militer maupun dari segi rancangan bangunannya, sesuai dengan fungsinya yakni sebagai alat opersi militer
wilayah laut sebagai tujuan utama untuk melawan musuh
.
neutrality form asubstantial part, is a body of law which state consider they are bound to observe in their mutual relations.
4
Hasjim Djalal, Perjuangan Indonesia Dibidang Hukum Laut, cet ke 1 Bandung: Nacipta.,1979 hal 1.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi
disamping itu kapal perang juga memiliki fungsi lain pada masa damai, fungsinya meliputi:
Pertama, fungsi tugas rutin sebagai penegakan hukum didalam perairan suatu negara meliputi, perikanan, kepabeanan, dan keimigrasian. Kedua, aktivitas
yang berkaitan denga persiapan, seperti latihan pereang di laut lepas. Ketiga, umumnya dilakuakan negra maritim besar mengikuti dictum yang dikemukakan
Lord grey’s
5
“diplomasi tanpa satu tekanan seperti suatu orchestra tanpa instrument-instrument alat musiknya” yakni penggunaan kapal laut untuk
diplomasi dikenal sebagai “gunboat diplomacy”. Semakin berkembangnya teknologi perlkapalan perang semakin luas juga
kemampuan dan jangkauan kapal perang yang sudah tentu menimbulkan masalah dalam bidang hukum internasional. Hal ini dikarenakan media tempat dimana
kapal perang itu berada di laut dan karakterisik hukum laut berbeda dengan udara dan darat.
6
Sebagaimana telah diketahui laut sejak dahulu telah menjadi jalan raya dan bebas digunakan selama setiap Negara saling menghormati kepentingan
mereka selama masih dalam masa damai.
7
Hak lintas damai dan hak kebebasan berlayar serta pemanfaatan laut yang di akui hukum internasional dan hukum laut
internasional sejak dahulu. Disinilah perbedaan letak kapal perang dengan peralatan, pesawat, dan kendaraan darat militer.
8
Sementara itu wilayah darat, laut, dan udara sejak dahulu sudah menjadi sumber pertentangan kepentingan antara Negara yang paling dominan. Sebagi
5
R.R Curcill dan A.V. lowe, the law of the sea, rev. ed menchester: menchester University press, 1992 hal .310
6
Ibid
7
P.K. ghosh, “ Revisiting Gunboat Diplomacy: an instrument, of threat or use of limited naval force,www.idsa-india.org.
8
R.R. Churcill dan A.V. lowe, OP. cit., hal. 209
Universitas Sumatera Utara
salah satu kriteria hukum suatu Negara
9
, wilayah penting sebagai batas kedaulatan
10
negara. Dalam kedaulatan sesuai dengan arti kekuasaan tertinggi
11
negara memiliki hak dan kekuasaan untuk menentukan dan melaksanakan hukum atau yurisdiksi yang berlaku atas wilayah Negara tersebut. Batas wilayah
menentukan berlaku hukum, baik hukum nasional maupun nternasional. Seperti yang dikatakan Jessup, hampir lebih dari setengan sejarah hukum
laut internasional memperlihatkan konflik kepentingan antara Negara-negara pantai dalam rangka melaksanakan yurisdiksi atau kepentingan tertentu atas
perairan pantai dan kepentinan Negara maritime besar. Untuk menikmati kebebasan pelayaan,perikanan, dan hak-hak bersama lainnya.
Sementara itu adalah suatu hukum kebiasaan internasional
12
bahwa kapal negara atau kapal perang baik itu dilaut bebas maupun diwilayah laut terotorial
dalam segala hal dianggap sebagai pulau terapung yang merupakan bagian dari wilayah Negara yang memilikinya, sehingga dikecualikan
13
dari yurisdiksi Negara lain.
9
Pasal 1 konvensi Montevideo 1933 mengenai hak dan kewajiban Negara yang ditanda tangani amerika dan beberapa Negara latin: satate as a person of internasional lau should posses
the following qualification: a permanent population, a government, a difined territory and capacity to enter into relations with other states.
10
Kedaulatan atau Souvereignty di definisikan menurut black law dictionary,6
th
Ed. st paul, minn : west publishing co., 1990 sebagai : the supreme, absolute and uncontrollable power
by which any independent state is government…the international independence of a state. Combined with righ and power of regulating its internal affair without foreign dictations.
11
Mochtar Kusumaatmadja, Op.cit.,hal 17
12
Menurut pasal 38 ayat 1 statute mahkamah Internasional Court of justice, salah satu dari sumber-sumber material hukum internasional asalah hukum kebiasaan internasional.
Pengertiannya adalah suatu kelakuan dari pada Negara-negara yang bersangkutan,yang isinya mengenai hal tertentu dilakukan secara konsisten dalam mas yang panjang.
13
Menurut Starke dalam bukunya, an introduction to international law, London:butterworths, 1988 hal 278, ada katagori orang-orang atau badan-badan tertentu yang
dikecualikan dari yurisdiksi territorial dalam bentuk suatu imunitas atau kekebalan: a. Negara- negara asing atau kepala Negara asing.b.perwakilan-perwakilan diplomatic dan konsul Negara
Universitas Sumatera Utara
Meskipun kemudian bersamaan denga perkembangan teori hukum internasional, praktek hukum kebiasaan yang berkaitan dengan imunitas Negara
ini mulai mengalami perubahan yang di pengaruhi salah satunya oleh kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi atau perdagangan antar Negara,
khusus kapal Negara atau pemerintah, ketentuan imunitas yang dimilii bersifat mutlak absolute mulai mengalami reduksi.terutama dalam hal yang berkaitan
dengan tindakan-tindakan yang sifatnya kepentingan komersial, akan tetapi perubahan ketentuan tersebut tidak berlaku untuk imuntas kapal perang, kapal
tetap memiliki status imunitas Negara yang absolute. Hal ini dapat kita ketahui dari konvensi hukum laut terotorial dan zona tambahan dan konvensi hukum laut
tentang laut bebas, di tandatangani di jenewa tahun 1958, yang cenderung digunakan untuk membedakan kapal pemerintah atau kapal yang ditujukan untuk
komersial dan perang. Serta hal ini diperkuat oleh konvensi hukum laut PBB 1982 dengan penekanan karakteristik hukum kapal perang yang berbeda dengan kapal
lain, yakni hanya kapal perang yang memliki imunitas tanpa terkecuali dari yurisidiksi Negara lain kecuali yurisdiksi Negara bendera kapal perang itu sendiri,
baik dilaut bebas
14
maupun diwilayah teritorial,
15
bahkan kapal perang juga memperoleh pengecualian terhadap pasal-pasal dalam konvensi hukum laut PBB
1982 yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup laut.
16
asing.c. kapal milik Negara asing.d. angkatan bersenjata Negara asing.e.lembaga-lembaga internasional.
14
Pasal 95 Konvensi Hukum Laut 1982
15
Pasal 32 Konvensi Hukum Laut 1982
16
Pasal 236 Konvensi Hukum Laut 1982
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu berkaitan dengan pengaturan lalu lintas pelayaran kapal perang pada masa damai secara umum dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan
pengaturan lalu lintas pelayaran kapal-kapal lain. Hukum laut internasional memberikan hak yang hampir tidak berbeda antara kapal perang dan kapal
lainnya, yakni memperoleh hak berlayar freedom of navigation di wilayah laut tertentu.
Satu-satunya permasalahan yang berkaitan dengan pengaturan lalu lintas pelayaran kapal perang pada masa damai yang hingga saat ini belum terselesaikan
dan menjadi kontroversi, adalah masalah hak lalu lintas damai kapal perang diwilayah laut teritorial.
Kapal perang jelas diciptakan sebagai kendaraan atau peralatan militer yang fungsinya khusus digunakan diwilayah laut baik pada saat perang maupun
damai, sehingga kapal perang pada umumnya tidak melintas selain pada wilayah laut. Pengaturan internasional yang selama ini telah ada bertujuan agar
kepentingan Negara bendera kapal perang dan Negara pantai tidak saling benturan. Pengaturan ini berkaitan denga status hukum kapal perang pada saat
melintasi wilayah laut tertentu khususnya pada masa damai. Tetapi seberapa berlaku dan efektifnya dalan pelaksanaaan dan peraktek adalah masyarakat
internasional masih perlu dipertanyakan.
B. Perumusan Permasalahan