Sementara itu berkaitan dengan pengaturan lalu lintas pelayaran kapal perang pada masa damai secara umum dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan
pengaturan lalu lintas pelayaran kapal-kapal lain. Hukum laut internasional memberikan hak yang hampir tidak berbeda antara kapal perang dan kapal
lainnya, yakni memperoleh hak berlayar freedom of navigation di wilayah laut tertentu.
Satu-satunya permasalahan yang berkaitan dengan pengaturan lalu lintas pelayaran kapal perang pada masa damai yang hingga saat ini belum terselesaikan
dan menjadi kontroversi, adalah masalah hak lalu lintas damai kapal perang diwilayah laut teritorial.
Kapal perang jelas diciptakan sebagai kendaraan atau peralatan militer yang fungsinya khusus digunakan diwilayah laut baik pada saat perang maupun
damai, sehingga kapal perang pada umumnya tidak melintas selain pada wilayah laut. Pengaturan internasional yang selama ini telah ada bertujuan agar
kepentingan Negara bendera kapal perang dan Negara pantai tidak saling benturan. Pengaturan ini berkaitan denga status hukum kapal perang pada saat
melintasi wilayah laut tertentu khususnya pada masa damai. Tetapi seberapa berlaku dan efektifnya dalan pelaksanaaan dan peraktek adalah masyarakat
internasional masih perlu dipertanyakan.
B. Perumusan Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini rumusan permasalahan yang ingin penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimanakah paham imunitas Negara dan Act Of State menurut
ketentuan-ketentuan hukum internasional ? 2.
Bagaimanakah pengaturan lalu lintas pelayaran kapal perang pada masa damai menurut ketentuan hukum internasional ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk menjelaskan mengenai paham imunitas Negara dan Act Of State menurut ketentuan hukum internasional.
2. Untuk menjelaskan mengenai pengaturan lintas pelayaran kapal perang
pada masa damai dalam konvensi hukum laut tahun 1982.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan permohonan penulis di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan tentang ”Masalah Imunitas dan
Penangkapan Lintas Pelayaran Kapal Perang Pada Masa Damai Ditinjau dari Hukum Internasional” belum pernah ditulis sebelumnya. Meskipun berdasarkan
tinjauan kepustakaan, beberapa permasalahan mengenai imunitas dan penangkapan lintas pelayaran kapal perang sebelumnya sudah pernah ditulis ke
dalam beberapa buku namun substansi buku tersebut berbeda dengan apa yang hendak penulis uraikan dalam skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, skripsi ini adalahkarya penulis yang asli sesuai
dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Secara Etimologi Imunitas merupakan suatu hak kekebalan hukum kepala Negara yang memiliki kemampuan untuk mengambil tindakan-tindakan yang
dianggap penting di dalam kehidupan suatu Negara serta meningkatkan harkat dan martabat negaranya di lingkungan internasional.
17
Teori imunitas ini terbatas menjelaskan bahwa Negara hanya dapat menuntut imunitas kedaulatannya apabila
bertindak sebagai suatu Negara atau kesatuan politik yang berdaulat dan melahirkan suatu tindakan politik yang berupa tindakan.
18
Penangkapan Lintas dalam Pelayaran Kapal perang dimana “kapal perang”
berarti suatu kapal yang dimiliki oleh angkatan bersenjata suatu Negara yang memakai tanda luar yang menunjukkan ciri khusus kebangsaan kapal tersebut, di
bawah komando seorang perwira yang diangkat untuk itu oleh Pemerintah Negaranya dan yang namanya terdapat di dalam daftar dinas militer yang tepat
17
Bakhti, Yudha Andiwirasta. “Imunitas Kedaulatan Negara di Forum Pengadilan Asing, 1999, Alumni, Bandung, hal. 14
18
Bakhti, Yudha Andhiwirasta, Op Cit. hal. 172-173
Universitas Sumatera Utara
atau daftar serupa, dan yang diawaki oleh awak kapal yang tunduk pada disiplin angkatan bersenjata reguler.
19
Di samping itu, dalam penyusunan sistem pengaturan nasional di laut harus dilakukan secara terintegrasi dalam penataan kegiatan-kegiatan di laut,
dalam upaya mencapai tujuan nasional dan sekaligus menghilangkan kemungkinan adanya persepsi yang berbeda mengenai wawasan nusantara dan
pengimplementasiannya.
20
Mengenai Penangkapan lintas dalam penangkapan di atur di dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 yang terdiri atas enam bagian. Tiap- tiap begian
tersebut terdiri atas beberapa pasal yang secara keseluruhan dalam Bab XIII ini terdiri dari 27 pasal Pasal 238-265. Konvensi Hukum Laut PBB 1982 diratifikasi
Undang- Undang No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan “United Nations Convention on The Law of The Sea”. Dalam Undang- Undang No 17 Tahun 1985
hanya terdapat dua pasal, yaitu menyatakan bahwa aturan ini mengesahkan Konvensi Hukum Laut Internasional PBB United Nations Convention on The
Law of The Sea dan undang- undang mulai berlaku pada saat diundangkan. Dalam Laut Teritorial berlaku hak lintas laut damai bagi kendaraan-
kendaraan air asing. Kendaraan air asing yang menyelenggarakan lintas laut damai di Laut Teritorial tidak boleh melakukan ancaman atau penggunaan
kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik
19
Lihat Pasal 29 Unclos
20
MF Prapat, Sistem Nasional di Laut dalam Rangka Pengimplementasian Wawasan Nusantara, Pengembangan Pemikiran dan Hasil Lokakarya, FH UNPAD, Bandung, 1980, hal 96
Universitas Sumatera Utara
negara pantai serta tidak boleh melakukan kegiatan survey atau penelitian, mengganggu sistem komunikasi, melakukan pencemaran dan melakukan kegiatan
lain yang tidak ada hubungan langsung dengan lintas laut damai. Pelayaran lintas laut damai tersebut harus dilakukan secara terus menerus, langsung serta
secepatnya, sedangkan berhenti dan membuang jangkar hanya dapat dilakukan bagi keperluan navigasi yang normal atau kerena keadaan memaksa force
majeure atau dalam keadaan bahaya atau untuk tujuan memberikan bantuan pada orang, kapal atau pesawat udara yang berada dalam keadaan bahaya.
Terkait dengan implementasi hak lintas damai bagi kapal asing tersebut, Negara pantai berhak membuat peraturan yang berkenaan dengan keselamatan
pelayaran dan pengaturan lintas laut, perlindungan alat bantuan serta fasilitas navigasi, perlindungan kabel dan pipa bawah laut, konservasi kekayaan alam
hayati, pencegahan terhadap pelanggaran atas peraturan perikanan, pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran,
penelitian ilmiah kelautan dan survei hidrografi dan pencegahan pelanggaran peraturan bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan.
Dari sejarah dapat kita ketahui bahwa system wilayah perairan Indonesia yang berlaku sebelum lahirnya Konsepsi Nusantara yang diumumkan Pemerintah
pada tanggal 13 Desember 1957, adalah sistem wilayah perairan yang sangant dipengaruhi oleh ajaran kebebasan laut yang diwariskan oleh kolonial yang
menyebabkan terpecah-pecahnya wilayah perairan yang pada gilirannya dapat menyebabkan terpecahnya kesatuan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia sebagai suatu Negara yang terletak antara dua samudera dan dua benua yang komposisi geografisnya terdiri dari pulau-pulau dan laut-laut, mempunyai
kepentingan yang sangat besar atas perkembangan-perkembangan hukum laut dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan
kemampuan laut sekarang ini. Situasi yang demikian itu telah menyebabkan Indonesia harus
mengembangkan konsepsi-konsepsinya sendiri dalam menghadapi masalah lautan, konsepsi mana tidak selalu sama dan sejalan dengan konsepsi-konsepsi
yang tradisionil. Dalam beberapa hal konsepsi-konsepsi Indonesia tersebut malah merupakan tantangan terhadap pandangan-pandangan tradisonil yang dalam
berbagai hal justru tidak atau kurang cocok dengan situasi dan kondisi Indonesia itu.
Dalam sejarah laut terbukti telah mempunyai berbagai-bagai fungsi, antara lain sebagai sumber makanan bagi umat manusia, sebagai jalan raya perdagangan,
sebagai tempat pertempuran-pertempuran, dan sebagai alat pemisah atau pemersatu bangsa. Fungsi laut tersebut seharusnya dirasakan oleh Indonesia.
Indonesia sebagai suatu Negara kepulauan dengan penduduk pantai yang besar jumlahnya, sangat banyak mengambil manfaat dari kekayaan ikan di sepanjang
pantainya sebagai salah satu sumber bahan makanan yang sangat bermanfaat dan penuh dengan protein
Indonesia dimasa sejarahnya yang gemilang dimasa silam telah mengenal masa kesatuannya dengan mempergunakan lautnya sebagai unsure pemersatu.
Indonesia kemudian di dalam sejarah dunia terkenal sebagai inceran dunia Barat
Universitas Sumatera Utara
yang datang ke kawasan ini melalui laut, mula-mula untuk berdagang tetapi kemudian berubah untuk penaklukan dan penjajahan.
Indonesia kini telah melihat bahwa justru karena laut dimasa ynag silam telah dipergunakan oleh kekuatan-kekuatan penjajah sebagai alat pemisah, maka
Indonesia kini ingin mengembalikan fungsi-fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa.Inilah yang merupakan salah satu pokok perjuangan bangsa Indonesia
dewasa ini, yaitu mengembangkan fungsi laut di antara dan di sekitar pulau-pulau Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa dan untuk keperluan pembangunan
bangsa, tidak lagi sebagai alat pemecah bangsa atau sebagai sumber kekayaan bagi bangsa-bangsa lain yang telah maju teknologinya sebagai mana halnya
dengan di masa kolonial yang silam.
F. Metodologi Penulisan