4. Metode pengujian daya antioksidan
Terdapat beberapa metode pengujian aktivitas antioksidan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Uji kualitatif untuk mengetahui apakah suatu
senyawa memiliki aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan metode kromatografi baik kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas. Metode ini
dapat untuk memisahkan campuran antioksidan yang kompleks sekalipun. Pereaksi semprot yang digunakan untuk deteksi dapat dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu : a.
senyawa-senyawa yang dapat membentuk warna ketika tereduksi kalium permanganat, ferri-sianida, ferri-dipiridil, dan asam fosfomolibdat;
b. senyawa yang dapat berikatan dengan senyawa fenol, seperti senyawa
diazo, pereaksi diazo, magnesium sulfat, aldehid aromatik-anisaldehid, vanillin dan pereaksi Gibbs yang membentuk indofenol akan membentuk
garam berwarna dalam kondisi basa; c.
radikal bebas stabil yang menerima radikal hidrogen dari antioksidan 1,1- difenil-2-pikrilhidrazil;
d. senyawa-senyawa yang membentuk senyawa adisi yang berwarna
palladium klorida dan pentadium klorida Davidek, 1997. Uji aktivitas antioksidan dapat dilakukan secara spektrofotometri.
Beberapa uji kuantitatif untuk mengetahui aktivitas suatu antioksidan antara lain: 1. pengujian panangkapan radikal radical scavenging test,
dilakukan dengan cara mengukur penangkapan radikal sintetik dalam pelarut organik polar seperti metanol atau etanol pada suhu kamar. Radikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sintetik yang sering digunakan adalah DPPH 2,2’- difenil-1-pikril hidrazil dan ABTS 2,2’-azinobis 3-etil benzotiazolin-asam sulfonat.
Dasarnya adalah kemampuan suatu senyawa untuk menangkap radikal DPPH. DPPH memberikan warna violet pada panjang gelombang 517 nm.
Penangkapan radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan
jumlah elektron yang diambil. Reaksi yang terjadi DPPH
•
+ AH Æ DPPH-H + A
•
DPPH
•
+ R Æ DPPH-R 1.
pengujian amtivitas antioksidan dengan system linoleat tiosianat, dasar : pengukuran intensitas warna kompleks feritiosianat yang terbentuk
dari reaksi ion feri dengan amonium tiosianat. Ion feri terbentuk dari oksidasi ion fero oleh peroksida ysng berasal dari oksidasi asam linoleat.
Kompleks feritiosianat yang berwarna merah diukur absorbansinya pada panjang gelombang 490 nm. Semakin tinggi absorbansinya warna merah
yang terbentuk semakin pekat menunjukkan semakin banyak peroksida yang teerbentuk. Dengan adanya senyawa yang berperan sebagai
antioksidan intensitas warna ynag terbentuk semakin rendah. 2.
pengujian dengan asam thiobarbiturat, dasar uji ini adalah reaksi malondialdehid dengan asam thiobarbiturat
menghasilkan kromogen merah muda yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm. Malondialdehid terbentuk dari asam
lemak bebas tidak jenuh dengan paling sedikit mempunyai tiga ikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rangkap. Adanya senyawa yang bersifat antioksidan akan menghambat terbentuknya malondialdehid dari asam lemak bebas tidak jenuh.
3. pengujian dengan sistem
β-karoten-linoleat pengujian ini dilakukan dengan mengamati kecepatan pemucatan warna
β- karoten. Karotenoid dapat meredam oksigen yang reaktif menghasilkan
oksigen yang lebih stabil. Energi dari oksigen tersebut dipindahkan ke senyawa karotenoid. Energi tersebut dilepaskan melalui interaksi
rotasional dan vibrasional antara karotenoid dengan pelarut untuk mengembalikan karotenoid ke ground state. Reaksi yang terjadi:
O
2
reaktif + karotenoid Æ O
2
stabil + karotenoid karotenoid Æ karotenoid + energi termal
D. Deoksiribosa