dengan rendemen sebesar 18,05. Ekstrak disimpan dalam eksikator untuk melindungi dari uap air udara.
D. Hasil Pembuatan Fraksi Etil Asetat Buah Ketapang
Pembuatan fraksi etil asetat menggunakan proses ekstraksi dengan menggunakan dua pelarut yang tidak saling campur. Ekstrak kental etanol yang
didapat dilarutkan terlebih dahulu dengan 100 mL air hangat, dan kemudian disebut sebagai fraksi air. Tujuan dari proses separasi adalah menghilangkan
memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh
ekstrak yang lebih murni Anonim, 2000. Proses separasi dilakukan dengan menggojok fraksi air dalam corong pisah menggunakan pelarut etil asetat. Etil
asetat merupakan pelarut yang paling baik untuk aglikon flavonoid dan dianjurkan untuk digunakan dalam proses pemurnian Robinson, 1995.
Pada saat pemisahan fraksi etil asetat berada di atas sedangkan fraksi air berada di bawah. Hal ini disebabkan karena berat jenis air 0,997 lebih besar dari
etil asetat 0,898. Fraksi air diekstraksi dengan etil asetat sebanyak 100 mL, ekstraksi diulang 9 kali. Etil asetat yang ditambahkan sebanding dengan air yang
ditambahkan ketika pertama akan mempartisi, sebanyak 100 mL. Ekstraksi dilakukan berulang dengan jumlah pelarut yang sedikit dimaksudkan untuk
mengefektifkan separasi artinya senyawa yang diinginkan akan didapat dalam jumlah yang lebih banyak. Sembilan kali ekstraksi merupakan hasil optimasi.
Pada saat menggojog, kekuatan yang diberikan tidak terlalu keras hanya penggojogan lemah saja untuk menghindari terjadinya emulsi, karena proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemisahan akan berlangsung lebih lama ketika terbentuk emulsi. Selanjutnya, fraksi air dibuang dan fraksi etil asetat dikentalkan diuapkan di atas penangas air
sampai didapat ekstrak kental etil asetat, yang selanjutnya disebut fraksi etil asetat. Berat fraksi etil asetat 4,28 g, dengan rendemen 2,85.
E. Hasil Uji Kualitaif Flavonoid dengan metode KLT
Gambar 9 . Struktur rutin
Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif terhadap fraksi etil asetat untuk mengetahui apakah di dalam buah ketapang mengandung flavonoid. Sebagai
pembanding digunakan rutin yang merupakan senyawa golongan flavonoid. Rutin merupakan glikosida flavonol yang pada umumnya terdapat dalam tanaman, dan
terdiri atas kuersetin aglikon dan disakarida rutinosa. Metode yang digunakan adalah metode KLT, dengan selulosa sebagai fase diam dan n-butanol-asam
asetat-air BAA 4:1:5 vv sebagai fase gerak. Fase diam tidak menggunakan silika gel GF 254 karena dapat membentuk ikatan dengan flavonoid. Hal ini
menyebabkan flavonoid tidak dapat terelusi dengan baik. Ikatan yang terjadi adalah ikatan dengan Ca kalsium yang terdapat pada gipsum perekat pada
silika gel GF 254. Fase geraknya BAA karena disarankan untuk pemeriksaan awal keberadaan flavonoid. Penjenuhan menggunakan kertas saring. Tujuan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penjenuhan chamber adalah untuk mempercepat elusi sehingga waktu yang digunakan lebih singkat.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
1 2 1 2
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
A B
C
Gambar 10 Foto kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat dengan fase diam: selulosa,
fase gerak: n-butanol-asam asetat-air 4:1:5vv, deteksi: uap amonia, pengembangan: 10cm. Keterangan:A: cahaya tampak, B: UV 365, C: UV 254
1: rutin, 2: fraksi etil asetat
Deteksi bercak menggunakan uap amonia. Warna kedua bercak tidak nampak ketika dilihat pada cahaya tampak baik sebelum maupun setelah diuapi
amonia. Warna kedua bercak nampak ketika dilihat pada UV 365 dan UV 254 setelah diuapi amonia. Kedua bercak memberikan warna kuning tua ketika
diamati baik pada UV 365 dan UV 254. hRf rutin: 63 dan hRf fraksi etil asetat: 64. Hal tersebut diatas menunjukkan dalam fraksi etil asetat terdapat flavonoid,
dapat dilihat dari warna bercak yang sama dan hRf yang berdekatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
hRf
Gambar 11 Foto kromatogram uji kualitatif flavonoid pada fraksi etil asetat dengan fase diam: selulosa,
fase gerak: n-butanol-asam asetat-air 4:1:5 vv, deteksi: pereaksi semprot besi III klorida, pengembangan: 10 cm.
Keterangan: A: cahaya tampak, B: UV 365, C: UV 254
1: rutin, 2: fraksi etil asetat
Penyemprotan dengan besi III klorida memberikan kromatogram dengan
empat bercak, tiga bercak berasal dari fraksi etil asetat dan yang satu adalah rutin yang digunakan sebagai pembanding. Rutin dengan warna coklat kekuningan
memberikan hRf: 68. Untuk fraksi etil asetat ketiga bercak memberikan warna yang berbeda-beda. Bercak a berwarna ungu dengan hRfa: 69, untuk bercak b dan
c berwarna biru tua dengan hRfb: 85 dan hRfc: 95. Hal tersebut diatas menunjukkan dalam fraksi etil asetat terdapat flavonoid, dapat dilihat dari hRf
yang berdekatan antara bercak a dan rutin. Bercak b dan c diperkirakan masuk dalam golongan flavonol kuersetin atau erictodiol.
Kesimpulan dalam analisis kualitatif ini adalah dalam buah ketapang terdapat flavonoid yang tersari dalam fraksi etil asetat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Optimasi Metode 1. Penentuan waktu operasi
Penentuan waktu operasi operating time bertujuan untuk mendapatkan waktu pengukuran absorbansi dengan nilai stabil. Waktu operasi ditentukan pada
saat terbentuknya warna yang stabil, ditandai dengan nilai absorbansi yang stabil dari senyawa yang diukur. Penentuan waktu operasi dilakukan dengan mengukur
absorbansi larutan kontrol dengan tujuan mendapatkan waktu operasi senyawa kromogen MDA-TBA tanpa adanya gangguan senyawa lain. Pengukuran
absorbansi setelah larutan kontrol diinkubasi pada suhu 80
o
C kemudian didinginkan 5 menit dibawah air mengalir. Waktu pengukuran absorbansi kontrol
adalah 30 menit. Hasil pengukuran absorbansi menunjukkan pada menit ke 0 sampai menit ke 30 memberikan nilai absorbansi yang stabil, yaitu 0,981.
Kestabilan nilai absorbansi menunjukkan bahwa jumlah kromogen MDA- TBA relatif stabil. Reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA dipercepat dengan
adanya panas. Pada penelitian ini, panas yang diterima larutan berasal dari pemanasan dengan waterbath pada suhu 80
o
C. Setelah 30 menit melalui tahap pemanasan, larutan didinginkan selama 5 menit sehingga suhu larutan sama
dengan suhu lingkungan . Ketiadaan panas ini memperlambat reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 12. Kurva hubungan waktu menit dengan absorbansi kromogen MDA-TBA
Pada metode deoksiribosa, proses degradasi deoksiribosa menjadi MDA terjadi pada saat larutan campuran diinkubasi pada suhu 37
o
C. Selanjutnya penambahan TCA menyebabkan larutan dalam suasana asam pH rendah. MDA
kemudian akan bereaksi dengan TBA membentuk kromogen MDA-TBA. Selain memberikan suasana asam TCA menghambat proses oksidasi vitamin C sehingga
proses reduksi Fe
3+
menjadi Fe
2+
terhambat pula. Terhambatnya reaksi ini mengakibatkan terhambatnya pembentukan radikal hidroksil sehingga terjadi
penurunan kecepatan degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil. Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fe
3+
EDTA + Asam Askorbat Fe
2+
EDTA + Asam Dehidro Askorbat Fe
2+
EDTA + H
2
O
2
Fe
3+
EDTA +
-
OH +
.
OH Radikal hidroksil yang terjadi akan menyerang deoksiribosa dengan cara
abstraksi pemisahan hidrogen dan membentuk suatu radikal deoksiribosa kemudian dengan adanya oksigen akan secara cepat diubah menjadi radikal gula
peroksil. Selanjutnya radikal gula peroksil akan mengalami serangkaian reaksi yang meliputi disproposionasi, penataan ulang, eliminasi air dan pemecahan
ikatan C-C menjadi malondialdehid MDA dan produk yang lain Purwantoko, 2007.
Selain memberikan suasana asam, penambahan TCA berfungsi sebagai katalis pembentukan kromogen MDA-TBA. Adanya H
+
mengakibatkan pengubahan salah satu gugus keton pada TBA menjadi lebih reaktif sehingga
TBA dapat bereaksi dengan MDA.
N N
O O
S H
H H
N N
O O
S H
H H
H
H
+ H
Gambar 13. Reaksi pembentukan gugus enol pada TBA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O H
2
C OH
H HO
OH H
OH
O OH
H
2
C
HO H
OH
H
2
O
O OH
H
2
C
HO H
OH
H
O O
H
2
C
HO H
OH H
H
OH O
H
2
C
O OH
H
H OH
O H
2
C OH
H
2
O
H
- H
2
O
OH O
H
2
C OH
oksidasi
H O
O H
HO OH
O
H O
O H
H OH
H O
O H
malondialdehid OH
deoksiribosa
Gambar 14. Reaksi pembentukan MDA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
N N
O O
H
H H
H S
N N
O O
H
H H
H S
H O
H O
N N
O O
H
H H
S OH
H O
TBA TBA
MDA
+H
N N
O H
H S
H
OH S
N N
O H
H H
H
H O
O S
N N
O H
H S
N N
O H
H H
OH H
H
OH O
O
+H
+H
N N
O O
H
H S
H H
S N
N
O H
H H
O N
N
O H
H S
H S
N N
O O
H
H O
+H
N N
OH H
H S
N N
OH H
H S
H OH
HO N
N
OH S
N N
OH HS
OH HO
+
+ H
- H
2
O
- H
2
O
+
+ H + H
MDA-TBA warna merah muda
Gambar 15. Mekanisme reaksi pembentukan MDA-TBA Purwantoko, 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Senyawa MDA yang dihasilkan dari reaksi degradasi deoksiribosa merupakan senyawa yang tidak berwarna. Reaksi pengkoplingan MDA dengan
TBA membentuk kromogen yang berwarna merah muda. Warna ini terbentuk karena ada perpanjangan gugus kromofor dan penambahan gugus auksokrom.
N N
N N
S
OH HO
OH
OH HS
gugus kromofor gugus auksokrom
Gambar 16. Struktur kromogen MDA-TBA
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Menurut Kunchandy dan Rao 1998, panjang gelombang serapan maksimum teoritis kromogen MDA-TBA adalah 532 nm. Penentuan panjang
gelombang serapan maksimum dalam penelitian ini dilakukan untuk verifikasi terhadap panjang gelombang serapan maksimum teoritis karena terdapat beberapa
kondisi percobaan yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan. Perbedaan itu antara lain perbedaan waktu, iklim dan perbedaan
individu yang melakukan. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum menggunakan larutan
kontrol, yaitu larutan tanpa penambahan sampel dengan tujuan mendapatkan panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA yang berwarna merah
muda tanpa gangguan senyawa lain yang ada dalam sampel. Dari hasil scanning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dilakukan pada panjang gelombang 400-600 nm didapatkan panjang gelombang maksimum untuk kromogen MDA-TBA dalam penelitian ini adalah
532,2 nm. Panjang gelombang yang didapat mendekati panjang gelombang teoritis yaitu 532nm. Selisih panjang gelombang teoritis dengan hasil penelitian
adalah 0,2 nm, selisih nilai ini masih memenuhi selisih yang diperbolehkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu kurang dari 2 nm. Karena hal diatas, panjang
gelombang yang diperoleh dapat digunakan dalam penelitian.
Gambar 17. Kurva hubungan panjang gelombang nm dengan absorbansi kromogen MDA-TBA
Panjang gelombang serapan maksimum merupakan faktor penting di dalam analisis kimia dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menentukan panjang gelombang maksimum dalam penelitian ini adalah untuk mencari panjang gelombang saat kromogen MDA-TBA dapat memberikan
serapan yang optimum. Panjang gelombang yang didapat akan digunakan untuk mengukur serapan kompleks yang dianalisis.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dapat digunakan untuk identifikasi molekul yang bersifat karakteristik. Panjang gelombang maksimum
tidak tergantung pada struktur molekul suatu senyawa tetapi bergantung pada gugus molekul yang mengabsorbsi radiasi sinar UV-Vis sehingga jika ada dua
senyawa dengan spektra UV-Vis yang sama, belum tentu kedua senyawa tersebut sama. Hal inilah yang menyebabkan panjang gelombang maksimum digunakan
sebagai data sekunder dalam analisis kualitatif. Dalam analisis kuantitatif, pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum
karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Selain itu
kurva serapan disekitar panjang gelombang serapan maksimum tersebut relatif lebih datar sehingga jika dilakukan pengukuran ulang atau replikasi, kemungkinan
kesalahan yang terjadi makin kecil Mulja dan Suharman, 1995.
G. Hasil Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode Deoksiribosa
Metode deoksiribosa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prosedur kerja maupun konsentrasi mengarah pada penelitian Purwantoko 2006.
Berdasarkan penelitian Purwantoko 2006, metode deoksiribosa memilki akurasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
presisi dan linearitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk menguji aktivitas penangkapan radikal hidroksil.
Berdasarkan tabel IV, absorbansi larutan kontrol lebih tinggi daripada larutan sampel karena pada larutan kontrol tidak terdapat senyawa penangkap
radikal hidroksil sehingga deoksiribosa langsung didegradasi oleh radikal hidroksil. Pada larutan sampel, dimungkinkan terdapat senyawa penangkap
radikal hidroksil yang mengakibatkan penurunan jumlah degradasi deoksiribosa. Terbukti dengan adanya penurunan absorbansi kromogen MDA-TBA dari larutan
sampel pada berbagai konsentrasi.
Tabel IV. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat buah ketapang dengan berbagai konsentrasi
Replikasi Konsentrasi fraksi etil asetat buah ketapang mgmL
0,033 0,067
0,100 0,133
0,167 I
1,070 0,448
0,436 0,426
0,405 0,387
II 1,072
0,515 0,448
0,413 0,365
0,330 III
1,071 0,582
0,559 0,509
0,455 0,438
IV 1,070
0,545 0,510
0,461 0,431
0,405 V
1,073 0,577
0,535 0,516
0,478 0,451
VI 1,071
0,582 0,552
0,526 0,486
0,457 Rata-rata
1,071 0,542
0,507 0,475
0,437 0,411
SD 0,001
0,048 0,053
0,049 0,046
0,048
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0.0 0.4
0.8
0.05 0.1
0.15 0.2
konsentrasi mgml ab
s o
rb an
si
1.2
Gambar 18. Kurva hubungan antara penambahan konsentrasi fraksi etil asetat buah ketapang dengan absorbansi kromogen MDA-TBA
Semakin besar konsentrasi fraksi etil asetat yang ditambahkan maka terjadi penurunan absorbansi. Penurunan absorbansi ini disebabkan peristiwa
penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat buah ketapang. Peristiwa ini mengakibatkan penurunan jumlah radikal hidroksil yang akan mendegradasi
deoksiribosa akibatnya terjadi penurunan MDA. Adanya penurunan jumlah MDA mengakibatkan penurunan jumlah kromogen MDA-TBA yang ditunjukkan
dengan penurunan absorbansi larutan dengan sampel pada berbagai konsentrasi dibandingkan dengan larutan kontrol.
Nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat dinyatakan dalam persen scavenging. Nilai persen scavenging dihitung dari selisih
antara purata absorbansi sampel fraksi etil asetat pada konsentrasi tertentu, dibagi purata absorbansi blangko dikalikan 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. Persen scavenging fraksi etil asetat buah ketapang Konsentrasi
Fraksi Etil Asetat mgmL
Scavenging Fraksi Etil Asetat
Buah Ketapang Persamaan Regresi Linear
0,033 46,51
Y= 96,711 X + 43,289 A = 43,289
B = 96,711 r = 0,9985
0,067 49,66
0,100 52,83
0,133 56,61
0,167 59,19
20 40
60 80
0.05 0.1
0.15 0.2
konsentrasi mgml sc
aveng in
g
Gambar 19. Kurva hubungan kenaikan konsentrasi fraksi etil asetat dengan scavenging
Persamaan regresi linear yang didapat adalah Y= 96,711X + 43,289 dengan r = 0,9985 lebih besar dari r tabel db = 4; P’ = 0,05, sebesar 0,811
Muth, 1999, sehingga persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung nilai ES
50
dari fraksi etil asetat buah ketapang. Nilai ES
50
berbanding terbalik dengan kemampuan senyawa untuk menangkap radikal hidroksil. Semakin kecil
nilai ES
50
maka sampel tersebut mempunyai nilai keefektifan sebagai penangkap radikal hidroksil sebagai antioksidan yang lebih baik. Nilai ES
50
fraksi etil asetat
buah ketapang 0,06939 mgmL = 69,39 µgmL. Hal ini menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 69,39 µgmL fraksi etil asetat buah ketapang dapat
menangkap 50 radikal hidroksil yang terdapat dalam larutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika dibandingkan dengan ES
50
fraksi etil asetat teh hijau sebesar 0,22 mgml Dewi, 2007 dan ES
50
fraksi etil asetat teh hitam sebesar 0,22 mgml Leny, 2007, fraksi etil asetat buah ketapang mempunyai nilai keefektifan
sebagai penangkap radikal hidroksil sebagai antioksidan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan nilai ES
50
fraksi etil asetat buah ketapang, yaitu sebesar 69,39 µgmL
lebih kecil dibandingkan ES
50
fraksi etil asetat teh hijau dan teh hitam. Flavonoid yang terdapat dalam fraksi etil asetat buah ketapang dapat
mempengaruhi aktivitasnya sebagai antioksidan. Karena flavonoid yang terkandung dalam fraksi etil asetat dalam bentuk aglikon dan yang terikat gula.
Mekanisme penangkapan radikal hidroksil oleh flavonoid dalam fraksi etil asetat disebabkan karena terdapat gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya.
Gugus ini berperan besar dalam mendonorkan atom hidrogennya ketika diserang oleh radikal hidroksil, flavonoid-flavonoid tersebut akan membentuk radikal
bebas baru yang lebih stabil yaitu radikal fenoksil FIO
•
dan molekul air yang stabil.
FIOH +
•
OH FIO
•
+ H
2
O Radikal fenoksil tersebut akan mengalami efek resonansi pada cincin
aromatiknya, hal inilah yang menyebabkan radikal fenoksil lebih stabil daripada radikal hidroksil. Radikal fenoksil juga akan melakukan terminasi yaitu
penggabungan dengan radikal bebas lain. Reaksi terminasi ini dapat terjadi antara radikal fenoksil dengan radikal hidroksil maupun dengan radikal fenoksil lainnya.
FIO
•
+
•
OH FIO-OH
FIO
•
+ FIO
•
FIO-FIO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fase propagasi dari radikal hidroksil dapat dihambat karena flavonoid memiliki kemampuan menangkap radikal hidroksil. Hal inilah yang menyebabkan
berkurangnya radikal hidroksil yang menyerang deoksiribosa ketika penambahan fraksi etil asetat buah ketapang ke dalam campuran pereaksi fenton dan
deoksiribosa. Setiap konsentrasi fraksi etil asetat meningkat, absorban yang terbaca menjadi menurun. Hal ini menunjukkan semakin meningkat konsentrasi
berarti semakin banyak flavonoid yang terkandung di dalamnya, sehingga radikal hidroksil yang akan menyerang deoksiribosa akan semakin berkurang.
Menyebabkan deoksiribosa yang didegradasi berkurang, sehingga kromogen MDA-TBA yang terbentuk juga semakin sedikit dan menyebabkan ansorbansinya
berkurang.
O O
OH O
O H O
OH
OH O
O O
OH O
O O
OH O
+
H
2
O
G ambar 20. Mekanisme penegkapan radikal hidroksil oleh flavonoid dan efek resonansi yang
terjadi pada flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O OH
O O
O HO
O
O O
O
H. Penentuan Kadar Senyawa Flavonoid Total