“pintas” tanpa melalui proses yang seharusnya. Selain kendala pada peserta didik, pemahaman guru yang kurang tepat akan kurikulum 2013 juga menghambat guru
dalam membantu peserta didik menumbuhkan jiwa meneliti. Beberapa guru justru mengaitkan budaya meneliti dengan pendidikan karakter kurikulum 2013.
Pendidikan karakter dirasa tidak begitu cocok untuk menumbuhkan budaya meneliti peserta didik. Akhirnya, yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan
budaya meneliti peserta didik adalah memberi pengarahan secara verbal, namun tetap dirasa sulit untuk dilakukan. Pemahaman yang tercampur aduk antara
pendidikan karakter dan budaya meneliti dapat disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap esensi, muatan, dan tujuan kurikulum 2013.
Yang menarik adalah budaya meneliti dalam kurikulum 2013 ini tidak hanya berorientasi pada peserta didik, namun juga pada Pendidik.
“Kalau saya terus terang, modul saya belum ada. Belum bikin untuk anak- anak. Jadi saya pake KTSP. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga.
Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini ”
wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016. Dari uraian di atas terlihat bahwa guru ikut belajar dalam pembelajarannya.
Pembelajaran yang dimaksud adalah meneliti kondisi peserta didik setiap angkatan dan terus memperbaikinya. Selain itu guru melakukan penyesuaian kekurangan
media pembelajaran di lapangan dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Namun untuk penelitian seperti penyusunan karya ilmiah belum dilakukan oleh Gur. Karya
ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas PTK dirasa sebagai kepentingan administrasi kenaikan pangkat.
4. Proses Evaluasi
Pada umumnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memakai sistem klasikal. Cara klasikal digunakan ketika ujian remedial diikuti beberapa peserta
didik. Berkaitan dengan soal yang diujikan dalam remedial, terdapat guru yang memilih soal yang diujikan sama persis dengan soal pada ujian sebelumnya hanya
angka-angka yang diganti. Terdapat juga guru yang memberikan soal dengan KD yang belum dituntaskan peserta didik pada ujian sebelumnya dalam remedial,
sehingga tidak semua soal dengan KD yang harus dimiliki peserta didik diuji kembali. Hal ini mempengaruhi soal ujian remedial untuk setiap peserta didik. Soal
yang diberikan kepada setiap peserta didik menjadi berbeda. Pendapat lain mengungkapkan bahwa pelaksaan remedial dapat terjadi setelah peserta didik diberi
arahan oleh guru. Pelaksanaan remedial pun dapat dilaksanakan bersamaan dengan peserta didik yang mengikuti pengayaan.
Pelaksanaan pengayaan bagi peserta didik yang memiliki nilai KKM di atas standar, kurang digambarkan dengan baik. Diungkapkan bahwa terjadi proses tutor
sebaya oleh peserta didik dengan nilai ujian di atas standar KKM kepada peserta didik yang nilai ujiannya di bawah nilai KKM. Namun sebagian besar guru Fisika
SMA Kabupaten Mimika tidak menjalankan pengayaan secara jelas. Peserta didik yang memperoleh nilai ujian di atas KKM pada umumnya diminta belajar sendiri
dengan membaca buku secara mandiri. Pelaksanaan pengayaan juga menjadi tidak jelas karena remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam 1 ruang. Guru berpikir
bahwa pengayaan hanya merupakan tindakan sampingan bagi peserta didik, bukan sebagai treatment untuk memperkuat pemahaman peserta didik. Selain itu,
pengayaan juga dipandang dapat menghambat proses pembelajaran, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta didik dengan nilai di atas KKM diminta untuk meneruskan belajar untuk materi yang akan dipelajari selanjutnya.
Sebagian guru juga memaparkan bahwa evaluasi pembelajaran bukan hanya terjadi saat ujian remedial. Dalam pembelajaran keseharian guru juga mengambil
nilai dari keaktifan peserta didik yang kemudian dapat digunakan untuk menambah nilai peserta didik. Guru memahami bahwa evaluasi adalah tindakan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan kognitif peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pelaksanaan ujian
remedial di SMA Kabupaten Mimika dilaksanakan dengan baik. Guru memahami bahwa sebaiknya ujian remedial diberikan secara klasikal jika jumlah peserta yang
belum lulus lebih dari separuh jumlah keseluruhan peserta didik di kelas. Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika juga memahami bahwa sebaiknya sebelum
dilakukan ujian klasikal, peserta didik diberikan review materi, atau paling tidak dapat dilakukan ujian remedial tanpa review jika kertas jawaban sebelumnya belum
dibagikan. Namun untuk pelaksanaan pengayaan sebagian besar guru belum dapat melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan analisis yang dibahas, pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian implementasi kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, dapat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1.
Pengertian dasar kurikulum 2013 Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami
konsep kurikulum 2013. Yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum
yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yag
berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas.
2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika kurikulum 2013
Kesiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan acuan silabus dan RPP walaupun belum
maksimal, seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru melakukan
sesuai dengan kurikulum 2013. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan terdapat guru yang masih terpaku pada metode ceramah.
3. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah
bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang
dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam
subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-
an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Implementasi kurikulum 2013 pada SMA di Kabupaten Mimika masih banyak kekurangan. Dapat dilihat bahwa belum semua guru paham dengan
kurikulum 2013 khususnya guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika. Kurangnya informasi yang diperoleh oleh setiap guru, faktor tersebut yang juga dapat
menghambat keberhasilan suatu kurikulum. Ini merupakan gambaran untuk lebih memperhatikan kejadian di lapangan dan meningkatkan sosialisasi di sekolah-
sekolah agar kurikulum 2013 dapat berjalan dengan pengetahuan yang relevan dan berjalan dengan baik. Walaupun demikian terdapat guru Fisika SMA Kabupaten
Mimika mendukung dengan baik impelementasi kurikulum 2013 di sekolahnya. Tentunya dengan perbaikan-perbaikan yang diharapkan para guru.
“Tujuannya bagus, saya rasa kalau saya biasa bilang begini. Kalau memang anaknya beriman, pasti mau dibimbing. Kalau mau dibimbing pasti akan
pintar. Ya daripada, kalau saya pribadi mending lanjut. Kita mau tunggu SDMnya siap kapan? Jadi lebih baik dari sekarang. Mungkin sekarang
belum terlalu paham, belum sesuai dengan yang diinginkan. Yang kedua kan mungkin sedikit-sedikit nanti lama-lama kan bisa. Daripada dibekukan,
kita ga tau kapan SDMnya siap. Kalau 5 tahun lagi kan paling sudah siap. Semua kan dari bawah. Dari bawah nanti siap ke atas juga siap. Kalau
pendidik nya juga kan belajar juga. Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini. Daripada dibekukan ya nanti kaget
lagi. Yang sebelumnya mungkin kan sudah belajar selanjutnya bisa dicoba kan.
“ wawancara tanggal 18 Februari 2016
E. Keterbatasan Penelitian