membuat peserta didik berselancar di dunia maya. Namun ada guru yang belum menanamkan budaya membaca dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh
karakter peserta didik yang dirasa belum cocok dengan budaya membaca, sehingga guru beranggapan jika dipaksakan akan menghambat proses belajar-mengajar.
Terlihat bahwa dalam hal ini guru masih terfokus pada pengajaran materi, bukan pada mendidik, membentuk karakter peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa
membaca penting untuk dibudayakan dalam proses pendidikan. Peserta didik perlu dilatih serta dibiasakan agar akrab dengan budaya membaca. Membaca akan
merangsang kemampuan berpikir peserta didik dan membuka wawasan mereka secara luas.
3. Pengembangan Budaya Meneliti
Dari wawancara yang dilakukan oleh guru SMA di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa budaya meniliti sudah dapat dilakukan walaupun tidak di semua
sekolah. Guru beranggapan bahwa meneliti merupakan kegiatan menemukan hal baru. Sementara dalam Fisika sendiri sudah ditemukan berbagai rumus atau fakta
yang dapat langsung dipelajari oleh peserta didik. Beranjak dari pemahaman tersebut, menurut guru kurang tepat diterapkan kepada peserta didik di sekolah. Hal
ini dikarenakan peserta didik masih sangat membutuhkan bimbingan dari guru sehingga sulit diajak mencari tahu sendiri. Selain itu karakter peserta didik yang
ingin instan membuat peserta didik menjadi lebih malas. Hal yang menghambat budaya meneliti dapat berkembang pada diri peserta
didik adalah karakter instan dan sikap belajar mandiri yang belum kuat. Karakter instan adalah karakter di mana peserta didik lebih suka segala sesuatu yang bersifat
“pintas” tanpa melalui proses yang seharusnya. Selain kendala pada peserta didik, pemahaman guru yang kurang tepat akan kurikulum 2013 juga menghambat guru
dalam membantu peserta didik menumbuhkan jiwa meneliti. Beberapa guru justru mengaitkan budaya meneliti dengan pendidikan karakter kurikulum 2013.
Pendidikan karakter dirasa tidak begitu cocok untuk menumbuhkan budaya meneliti peserta didik. Akhirnya, yang dilakukan untuk dapat menumbuhkan
budaya meneliti peserta didik adalah memberi pengarahan secara verbal, namun tetap dirasa sulit untuk dilakukan. Pemahaman yang tercampur aduk antara
pendidikan karakter dan budaya meneliti dapat disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap esensi, muatan, dan tujuan kurikulum 2013.
Yang menarik adalah budaya meneliti dalam kurikulum 2013 ini tidak hanya berorientasi pada peserta didik, namun juga pada Pendidik.
“Kalau saya terus terang, modul saya belum ada. Belum bikin untuk anak- anak. Jadi saya pake KTSP. Kalau pendidik nya juga kan belajar juga.
Tahun ini oh saya seperti ini, tahun kedua saya tau saya musti seperti ini ”
wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016. Dari uraian di atas terlihat bahwa guru ikut belajar dalam pembelajarannya.
Pembelajaran yang dimaksud adalah meneliti kondisi peserta didik setiap angkatan dan terus memperbaikinya. Selain itu guru melakukan penyesuaian kekurangan
media pembelajaran di lapangan dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Namun untuk penelitian seperti penyusunan karya ilmiah belum dilakukan oleh Gur. Karya
ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas PTK dirasa sebagai kepentingan administrasi kenaikan pangkat.
4. Proses Evaluasi