dapat diartikan seperti kemampuan menyelesaikan masalahsoal. Cara tersebut bisa jadi dikarenakan guru berpikir peserta didik akan kesulitan dalam pengerjaan tugas
proyek dan praktikum. Kesulitan pengerjaan tersebut berkaitan dengan keterbatasan sarana-prasarana di sekolah, sehingga guru mencari alternatif lain dengan penilaian
seperti yang dijelaskan di atas. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru Fisika
SMA di Kabupaten Mimika telah memahami bagaimana pelaksanaan penilaian pada kurikulum 2013. Namun dalam pelaksanaan, guru mengalami kesulitan
menilai keterampilan peserta didik sehingga guru mencari alternatif lain dalam menilai keterampilan peserta didik. Hal ini dapat menyebabkan pergeseran
pemahaman jika dilaksanakan secara terus menerus dan kendala yang dialami tidak segera di atasi.
D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013
Implementasi kurikulum adalah bagaimana menjelaskan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
seperangkat kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Tugas guru dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai
yang diinginkan.
1. Penanaman Nilai Moral
Menurut sebagian besar guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika, fisika menjadi penguat yang baik dalam meningkatkan nilai moral peserta didik. Nilai
moral yang dimaksud oleh adalah kesadaran peserta didik akan nilai ketuhanan dan rasa syukur. Guru mengungkapkan dalam pembelajaran Fisika yang dilaksanakan
di kelas terdapat hal-hal yang baik untuk memperkuat keimanan peserta didik, seperti mengaitkan materi dan media yang digunakan dengan campur tangan
Tuhan. “E menurutnya mam sih tidak ya, kalau KI itu kan bagaimana kita bersyukur
kepada Tuhan begitu, jadi didukung sama pelajaran Fisika juga. Nah, kita belajar Fisika itu juga kan tentang alam. Nah untuk sains. Jadi bagaimana
kita menghubungkan semua alam ini, jadi kita bersyukur
” wawancara kepada guru Y, tanggal
17 Februari 2016.
Selain itu dari hasil wawancara yang lain terlihat bahwa guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika memahami bahwa nilai moral bukan hanya sebatas kepercayaan
akan Tuhan, namun juga bagaimana penerapan keimanan kepada Tuhan dalam sikap peserta didik di sekolah, baik bersikap kepada guru dan teman sebayanya.
Namun ada guru yang menilai bahwa keterkaitan fisika dengan nilai moral kurang jelas. Penanaman nilai moral yang dipahami oleh guru tersebut adalah
dengan menekankan kedisiplinan saat peserta didik berada di sekolah secara umum, tidak spesifik terkandung dalam pembelajaran fisika di kelas.
“Kalau yang kita lakukan, senin kan sudah pasti. Setiap senin kan upacara. Pembinaan karakter juga. Kemudian kalau di sini kan sebelum
pembelajaran itu harus diarahkan dulu anak-anak. Ya diperingatkan kalau misalnya ada yang bolos. Harus briefing ulang... Fisika mendukung nilai
moral. Nilai kan memang agak rumit. Saya juga bingung dengan pemerintah tentang ini. Tapi mungkin me
reka mungkin sudah mengkaji ya” wawancara kepada guru W tanggal
18 Februari 2016.
Pemahaman oleh guru mengenai keterkaitan nilai moral dan Fisika yang kurang jelas dapat disebabkan oleh pemahaman guru bahwa nilai moral hanya
berkaitan erat dengan mata pelajaran Agama. Guru tersebut belum memahami bagaimana Fisika yang sangat eksak dapat mendukung nilai moral. Hal ini
menunjukkan bahwa guru hanya berpusat pada pengajaran materi, bukan pada pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implemetasi kurikulum 2013 khususnya untuk Kompetensi Inti I KI I pada SMA di Kabupaten Mimika sudah
dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk mensubtitusi nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam KI I ke dalam pembelajaran. Kendala yang
dialami dalam implementasi KI I dalam kurikulum 2013 adalah dalam pemahaman guru tentang bagaimana KI I dapat ditanamkan dalam pembelajaran Fisika,
sementara Fisika adalah ilmu pasti yang penekanannya adalah logika.
2. Pengembangan Budaya Membaca