Silabus dan RPP Metode Pembelajaran Saintifik

adanya dilakukan pelatihan kepada guru di daerah dan kesediaan guru untuk siap belajar kembali.

C. Kesiapan Guru Dalam Pembelajaran Fisika 2013

Persiapan guru dalam pembelajaran Fisika SMA Kabupaten Mimika terdiri dari beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.

1. Silabus dan RPP

Menurut para guru Fisika SMA Kabupaten Mimika dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP menjadi lebih sulit. Seorang Guru X menyatakan: “Saya rasa lebih berat ya. Di situ yang berat. Soalnya kan harus ada mencari, harus mengumpulkan, habis itu mengkomunikasikan. Mencari saja sudah susah kan. Disuruh anak-anaknya, meskipun kita sudah bikin RPP, mencari ini ini ini ini, tapi dia tidak” wawancara tanggal 18 Februari 2016. Kesulitan seperti yang diungkapkan ini dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh guru. Dari hasil wawancara, terlihat bahwa tidak semua guru Fisika SMA Kabupaten Mimika membuat RPP yang akan dipakai sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Namun sebagian guru Fisika lain mengungkapkan secara jelas bahwa dalam pembelajaran di kelas RPP digunakan sebagai acuan, walau tidak sebagai patokan namun tetap diusahakan. Ketidaksesuaian pembelajaran dengan RPP yang telah disusun oleh guru Fisika disebabkan oleh kemampuan peserta didik yang tidak merata sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lama. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan pembelajaran sesuai dengan RPP dianggap kurang. Di sisi lain guru harus mengejar agar peserta didik dapat mempelajari seluruh materi yang telah ditargetkan dalam waktu tertentu. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan Ujian Nasional UN yang diberlakukan di seluruh Indonesia. Nilai dari UN tidak menjadi syarat kelulusan peserta didik dalam studi, namun beberapa institusi Negara seperti TNI dan POLRI menjadikan nilai UN sebagai syarat untuk mengikuti pendidikan lanjutan di dalamnya. Kebijakan institusi-institusi yang seperti demikian menambah beban moral guru sehingga mereka tidak lagi mengejar pembelajaran yang ideal efektif dan efisien dan hanya terpaku pada ketercapaian target materi yang diajarkan.

2. Metode Pembelajaran Saintifik

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada guru Fisika SMA Kabupaten Mimika, pada umumnya guru Fisika sudah menerapkan metode scientific dalam pembelajaran dengan baik walaupun terdapat kendala dalam penerapannya. Metode scientific atau pendekatan ilmiah di mana metode dalam pengajarannya yang terdiri dari mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan seperti yang dipaparkan beberapa guru sudah diterapkan. Hal ini yang membedakan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP di mana pada KTSP pembelajarannya berfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Namun salah satu guru memaparkan masih memilih metode ceramah dan mencatat secara monoton. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling efektif dengan situasi dan kondisi pendidikan di Kabupaten Mimika. “ya lumayan sering pakainya itu sama saya jelaskan saja di depan. Kembali ke yang klasik saja mbak. Soalnya ya bagaimana ya sudah rahasia umum kalau di sini sumber daya nya agak kurang dari yang di pulau lain jadi butuh sekali dibimbing. ” wawancara kepada guru Z, tanggal 18 Februari 2016 Hal-hal yang mempengaruhi guru untuk tetap memakai guru metode ceramah adalah kemampuan kognitif peserta didik yang tidak dapat membentuk pengetahuannya sendiri. Kesulitan untuk membangun konsep dalam kognitif peserta didik, menjadi hambatan besar dalam penerapan model belajar discovery learning, di mana model belajar tersebut menuntut anak untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Dari kendala pada kemampuan kognitif perserta didik tersebut, guru beranggapan bahwa peserta didik sebaiknya dituntun secara intens melalui komunikasi verbal. Namun di sisi lain, komunikasi 1 arah yang diterapkan oleh guru justru akan menghambat peserta didik untuk menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya. Ditambah lagi jika suasana belajar tidak menyenangkan monoton bagi guru dan peserta didik, akan sangat sulit bagi guru untuk mengetahui sejauh mana perubahanperkembangan pengetahuan peserta didik. Di lain pihak, peserta didik akan sungkan untuk mengajukan hal-hal yang kurang dipahami dan mengemukakan pendapat. Kesulitan dalam eksplorasi berbagai metode pembelajaran oleh guru tidak hanya seputar kondisi peserta didik, namun juga keterbatasan sarana-prasarana pendukung di sekolah. Kurangnya kelas dengan jumah peserta didik yang membludak menyulitkan guru dalam mengatur kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Keterbatasan alat peraga yang disediakan juga menjadi faktor yang membatasi eksplorasi metode oleh guru. Praktikum tetap bisa dilakukan untuk pemenuhan penilaian, namun tidak maksimal dan terkesan seadanya.

3. Media Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013