Pemahaman oleh guru mengenai keterkaitan nilai moral dan Fisika yang kurang jelas dapat disebabkan oleh pemahaman guru bahwa nilai moral hanya
berkaitan erat dengan mata pelajaran Agama. Guru tersebut belum memahami bagaimana Fisika yang sangat eksak dapat mendukung nilai moral. Hal ini
menunjukkan bahwa guru hanya berpusat pada pengajaran materi, bukan pada pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implemetasi kurikulum 2013 khususnya untuk Kompetensi Inti I KI I pada SMA di Kabupaten Mimika sudah
dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk mensubtitusi nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam KI I ke dalam pembelajaran. Kendala yang
dialami dalam implementasi KI I dalam kurikulum 2013 adalah dalam pemahaman guru tentang bagaimana KI I dapat ditanamkan dalam pembelajaran Fisika,
sementara Fisika adalah ilmu pasti yang penekanannya adalah logika.
2. Pengembangan Budaya Membaca
Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penekanan guru terhadap budaya membaca kepada peserta didik di SMA Kabupaten Mimika sudah
dilaksanakan, walaupun tidak semua guru mampu untuk menerapkan atau menekankan budaya membaca kepada peserta didiknya. Kendala yang dialami
dalam budaya membaca ini adalah karakter peserta didik di lapangan kurang pas dengan budaya membaca. Di sini yang dipahami adalah muatan dalam
pembelajaran Fisika lebih condong ke arah teori menghitung semata sehingga hanya memerlukan latihan untuk berkembang, bukan dengan memahami konsep
melalui membaca teori-teori dari buku atau bahan bacaan lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah memahami bahwa untuk meningkatkan budaya membaca pada peserta didik, buku yang digunakan
sebaiknya merupakan buku bacaan bebas, bukan buku matapelajaran. Guru juga menumbuhkan budaya membaca pada peserta didik dengan penugasan menyusun
makalah. Cara ini dinilai memaksa peserta didik agar banyak membaca, sehingga budaya membaca akan tumbuh secara alami. Selain itu, berselancar di dunia maya
pun dinilai oleh guru akan merangsang peserta didik untuk membaca sebanyak- banyaknya. Beribu sumber dan berita yang dimuat di dunia maya membebaskan
peserta didik untuk mencari apa yang menjadi kebutuhan belajarnya, sehingga peserta didik dapat diminta untuk membaca secara maksimal.
Dari hasil analisis, terlihat masih ada guru Fisika yang belum menanamkan budaya membaca dalam pengajarannya. Hal ini disebabkan oleh karakter peserta
didik yang dirasa belum siap untuk menerima budaya membaca. Guru tersebut memahami bahwa jika budaya membaca dimasukkan ke dalam pembelajaran fisika
yang memiliki materi cukup banyak, pembelajaran akan berjalan pelan, sehingga prosesnya semakin panjang dan terlambat.
“Tapi kalau di kelas reguler itu 1 atau 2 orang yang mau, yang lainnya malas tau. Kalau sudah malas, kalau sudah sampai disuruh-suruh ga mau ya
kembali kita lagi yang ngomong to. Tapi memang ada kelas tertentu, mayoritas mau seperti itu mau seperti itu harus sesuai prosedur. Tapi kelas
yang malas tau, ya ndak selesai-selesai itu materinya to. Ndak kelar-kelar mate
rinya” wawancara pada guru X, tanggal 18 Februari 2016. Dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru
Fisika SMA di Kabupaten Mimika telah menanamkan budaya membaca dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika. Penanaman budaya membaca dilakukan dengan
berbagai cara, baik dengan penugasan membuat makalah hingga penugasan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuat peserta didik berselancar di dunia maya. Namun ada guru yang belum menanamkan budaya membaca dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh
karakter peserta didik yang dirasa belum cocok dengan budaya membaca, sehingga guru beranggapan jika dipaksakan akan menghambat proses belajar-mengajar.
Terlihat bahwa dalam hal ini guru masih terfokus pada pengajaran materi, bukan pada mendidik, membentuk karakter peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa
membaca penting untuk dibudayakan dalam proses pendidikan. Peserta didik perlu dilatih serta dibiasakan agar akrab dengan budaya membaca. Membaca akan
merangsang kemampuan berpikir peserta didik dan membuka wawasan mereka secara luas.
3. Pengembangan Budaya Meneliti