Pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di kelas.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang kurikulum 2013, kesiapan guru dalam pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan arah pengembangan pembelajaran. Penelitian terhadap pemahaman guru Fisika ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dengan melakukan penyajian data, reduksi data, dan pada akhirnya ditarik kesimpulan dari data tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013, yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. (2) Kesiapan yang dipersiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan menggunakan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal. Seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru sesuai dengan kurikulum 2013 dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan adanya guru yang masih terpaku pada metode ceramah. (3) Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.

Kata kunci: pemahaman, kurikulum 2013, implementasi, karakter, RPP,metode, media pembelajaran, evaluasi, moral, budaya membaca, meneliti.


(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the comprehension of physics teachers of senior high schools in mimika about curriculum 2013, the readiness of the teachers in the learning process, implementation in the classroom, an the target of learning development. This reaearch is done using the qualitative descriptive research method. The subject whom described in the research are 4 physics teachers in mimika who are applying the curriculum 2013. Instrument of this research is the researcher herself. Researcher uses interview method to collect the data. The data then analysed and grouped by doing the data serving, data reduction. After that, the data is finally concluded.

Based on the research that has been done, the conclusion is: (1) The subjects (4 physics teachers in mimika) havent fully understood about curr 2013 yet. They only understand the materials in curr 2013.the physics teachers in mimika understand that curr 2013 gives priority to pupils' competences, and demands the pupils to be autonomous. But most of the teachers are focusing on character building in curr 2013. The comprehension that focuses on the character building makes the learning purpose unclear, (2) The readiness of physics teachers in mimika to start the learning process has already appropriate with the syllabus and "RPP"-although it hasnt reached the maximum level yet-, such as preparing the materials, methods, and media used in the learning process. But not every teacher fully applies curr 2013. There are still some teachers use the symposium-like method with minimum usage of media, (3) Curriculum 2013 implementation in learning physics in mimika's senior high schools has been done for 10th, 11th, and 12th grade. Most of the teachers could apply the scoring system well, but the comprehension about pupils' attitude isn't good yet. The way to determine the score of pupils' ability is the problem due to lack of infrastructure. The other problem is moral value substitution in KI I, reading and researching culture. In spite of that, there are some teachers that still trying to apply the 3 points of curr 2013 well.

Keywords: comprehension, curriculum 2013, implementation, character, RPP, methods, learning media, evaluation, moral, cultural reading, researching.


(3)

PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES

PEMBELAJARAN DI KELAS SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana (121424006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES

PEMBELAJARAN DI KELAS SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana (121424006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii


(6)

iii


(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“The only thing that is constant is change -” ― Heraclitus

“Our dilemma is that we hate change and love it at the same time; what we really want is for things to remain the same but get better. “

-Sydney J. Harris

Karya tulis yang berpengaruh sangat besar dalam hidup saya ini, saya persembahkan juga buat yang paling berpengaruh dalam hidup saya: Tuhan Yesus Mama saya, Maria Christina J. Papa saya, Yohanes Indriastata Pramana


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Penulis,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Agatha Ayang Puspitaningrum Pramana

NIM : 121424006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMAHAMAN GURU FISIKA SMA KABUPATEN MIMIKA TENTANG PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengahlikan ke bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal:

Yang menyatakan,


(10)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang kurikulum 2013, kesiapan guru dalam pembelajaran, implementasi di dalam kelas, dan arah pengembangan pembelajaran. Penelitian terhadap pemahaman guru Fisika ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA di Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Kemudian data yang dikumpulkan tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dengan melakukan penyajian data, reduksi data, dan pada akhirnya ditarik kesimpulan dari data tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) guru Fisika SMA Kabupaten Mimika belum sepenuhnya memahami konsep kurikulum 2013, yang dikuasai sebatas materi yang terdapat pada kurikulum 2013. Guru Fisika SMA Kabupaten Mimika mengetahui kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mengutamakan kompetensi peserta didik, kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri. Namun sebagian guru lebih berfokus pada pendidikan karakter yang terkandung dalam K-13. Pemahaman yang berfokus pada pendidikan karakter ini berdampak pada tujuan belajar yang tidak jelas. (2) Kesiapan yang dipersiapan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika untuk memulai pembelajaran sudah sesuai dengan menggunakan acuan silabus dan RPP walaupun belum maksimal. Seperti menyiapkan materi, metode, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan tidak semua guru sesuai dengan kurikulum 2013 dibuktikan dengan penggunaan media yang minim dan adanya guru yang masih terpaku pada metode ceramah. (3) Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Mimika sudah dilakukan di kelas X, XI, dan XII. Sistem penilaian sudah bisa dilakukan dengan baik oleh sebagian besar guru. Namun pemahaman guru mengenai penilaian sikap peserta didik belum tepat. Dalam penilaian, kendala yang dihadapi guru adalah menilai keterampilan peserta didik, disebabkan oleh sarana prasarana yang belum memadai. Kesulitan lain yang dihadapi adalah dalam subtitusi nilai moral pada KI I, budaya membaca, dan budaya meneliti. Walau begitu sudah ada guru yang berusaha menjalankan ketiga hal yang menjadi ke-khas-an dari kurikulum 2013 tersebut dengan baik.

Kata kunci: pemahaman, kurikulum 2013, implementasi, karakter, RPP,metode, media pembelajaran, evaluasi, moral, budaya membaca, meneliti.


(11)

viii

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the comprehension of physics teachers of senior high schools in mimika about curriculum 2013, the readiness of the teachers in the learning process, implementation in the classroom, an the target of learning development. This reaearch is done using the qualitative descriptive research method. The subject whom described in the research are 4 physics teachers in mimika who are applying the curriculum 2013. Instrument of this research is the researcher herself. Researcher uses interview method to collect the data. The data then analysed and grouped by doing the data serving, data reduction. After that, the data is finally concluded.

Based on the research that has been done, the conclusion is: (1) The subjects (4 physics teachers in mimika) havent fully understood about curr 2013 yet. They only understand the materials in curr 2013.the physics teachers in mimika understand that curr 2013 gives priority to pupils' competences, and demands the pupils to be autonomous. But most of the teachers are focusing on character building in curr 2013. The comprehension that focuses on the character building makes the learning purpose unclear, (2) The readiness of physics teachers in mimika to start the learning process has already appropriate with the syllabus and "RPP"-although it hasnt reached the maximum level yet-, such as preparing the materials, methods, and media used in the learning process. But not every teacher fully applies curr 2013. There are still some teachers use the symposium-like method with minimum usage of media, (3) Curriculum 2013 implementation in learning physics in mimika's senior high schools has been done for 10th, 11th, and 12th grade. Most of the teachers could apply the scoring system well, but the comprehension about pupils' attitude isn't good yet. The way to determine the score of pupils' ability is the problem due to lack of infrastructure. The other problem is moral value substitution in KI I, reading and researching culture. In spite of that, there are some teachers that still trying to apply the 3 points of curr 2013 well.

Keywords: comprehension, curriculum 2013, implementation, character, RPP, methods, learning media, evaluation, moral, cultural reading, researching.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya perkenaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penyusunan tugas dengan judul pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Romo Paul Suparno selaku pembimbing skripsi atas kerjasama yang baik selama penyusunan skripsi ini. Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampikan kepada beliau yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan memberikan arahan dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukan. Selanjutnya tidak lupa juga saya mengucapkan terimaksih atas bantuan dalam memperlancar penyusunan skripsi ini, kepada

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP serta staf dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah membantu melengkapi keperluan administrasi skripsi ini.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas dukungan dan bantuannya. 4. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika atas bantuan serta dukungan dan motivasinya.

5. Staf dan karyawan administrasi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang meluangkan waktunya untuk keperluan administrasi penelitian sampai dengan penyelesaian skripsi ini.


(13)

x

6. Boni Silaban, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai subyek penelitian yang sangat membantu.

7. Indah Setyaningsih, S.Pd selaku guru Fisika SMAN 1 Mimika sebagai subyek yang sangat membantu.

8. Maslan Lumban Gaol, S.Pd selalu guru Fisika SMA Tiga Raja Timika sebagai subyek yang sangat membantu.

9. Ludia Sampe Bawan, A.Md selaku guru Fisika SMA Advent Timika sebagai subyek yang sangat membantu.

10. Para sahabat yang membantu dan memberi masukkan hingga sampai ketitik ini, Bernadetta Savitri Sutasoma, Tri Pasinggi, Ratna Mintarsih, Brigitta Dwi Utami, Elsa Wora, Mega Banik, dan seluruh kawan-kawan Pendidikan Fisika 2012.

11. Partner diskusi segala bidang, Trias Widhiargo yang dengan sabar dan pantang menyerah memberi semangat juga bantuan langsung dalam terwujudnya skripsi ini.

12. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada kedua Orang tua saya, Bapak Yohanes I. Pramana dan Ibu Maria Christina yang selalu mendukung dan memberi semangat, doa, dan nasehat yang tak putus-putusnya untuk masa depan saya. Dan adik saya, Agnes Arinta yang mendukung penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Penulis


(14)

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...………….... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………..……...… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….……….….. v

HALAMAN PERNYATAAN PSETUJUAN PUBLIKASI ………... vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ……….. viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pemahaman ... 6

B. Kurikulum dan Implementasi ... 7

C. Standart Proses Pembelajaran ... 10

D. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran ... 27

E. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian …………... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 34


(15)

xii

B. Subjek Penelitian ... 34

C. Tempat Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV DATA DAN ANALISA ……….……. 38

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 38

B. Pemahaman Guru terhadap Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ………….………..…..….. 42

C. Kesiapan guru Dalam Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ……... 47

D. Implementasi Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 ... 53

E. Keterbatasan Penelitian ………... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

A. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1. Pedoman wawancara ……….……... 36 Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara ……… 38


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal LAMPIRAN I : Surat Permohonan Ijin

Melakukan Penelitian dari Universitas . . . 69

LAMPIRAN II : Surat Pernyataan Melakukan Penelitian dari Sekolah . . . 73

LAMPIRAN III : Transkrip Wawancara . . . 77

LAMPIRAN IV : Contoh Coding dan Pengkategorian Hasil Wawancara . . . 121


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang terhitung baru saja diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini diharapkan mampu membawa kebaruan pada wajah Pendidikan Indonesia. Sejak tahun 2013 lalu Kementrian Pendidikan Nasional menurunkan mandat kepada beberapa sekolah yang dirasa telah siap untuk beralih dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013 (Dokumen Kurikulum 2013, 2013) . Oleh sebab itu, kurikulum ini masuk dalam masa percobaan dengan menjadikan sekolah-sekolah yang menerapkannya sebagai sekolah Percobaan. Keputusan ini diambil karena Kurikulum 2013 dinilai mampu membangun peserta didik menjadi pribadi yang lebih mandiri.

Dalam perjalanannya pada tahun 2015, Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan membebaskan sekolah-sekolah seluruh Indonesia untuk memilih tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau kembali pada kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keputusan tersebut dirasa meringankan sekolah-sekolah yang belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Walau begitu, pada kenyataannya tidak sedikit sekolah baik Swasta maupun Negeri –diluar sekolah Percontohan- yang tetap memilih berpegang pada Kurikulum 2013.


(19)

Kurikulum 2013 – yang selanjutnya disebut K-13 - sendiri merupakan kurikulum yang pada tahun 2014 sudah diterapkan pada beberapa kelas di tingkat pendidikan Sekolah Dasar, Menengah Pertama, dan Menengah Atas. K-13 menitik beratkan penilaiannya pada tiga aspek yaitu: (a) aspek pengetahuan, (b) aspek keterampilan, serta (c) aspek sikap dan perilaku. Karena itu dalam penerapan K-13, banyak materi pada pembelajaran yang dirampingkan maupun ditambahkan. Pun dalam penerapannya, banyak materi pada satu mata pelajaran yang disisipkan dalam materi mata pelajaran lain. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan peserta didik di Indonesia dalam mempelajari suatu materi dapat tersusun secara utuh dari berbagai sisi disiplin ilmu. Selain itu dengan K-13, diharapkan pengetahuan peserta didik di Indonesia setara dengan pengetahuan peserta didik tingkat Internasional.

Dalam Kurikulum 2013 terdapat sistem pengajaran baru di mana peserta didik jurusan tertentu diperbolehkan mengikuti pembelajaran di kelas jurusan yang berbeda dengan syarat tertentu. Dengan ini peserta didik dapat lebih aktif dalam membangun pengetahuannya dalam proses pembelajaran serta membuka kesempatan bagi peserta didik tingkat Menengah Atas - yang telah penjurusan - agar dapat memperdalam ilmu yang digemari atau bahkan ikut dalam pembelajaran ilmu yang dipelajari jurusan lain.

Diterapkannya K-13 tentu membawa banyak sekali perubahan dalam persiapan hingga teknik pengajaran, mulai dari pembuatan instrumen kegiatan belajar-mengajar hingga proses pembelajaran di kelas itu sendiri. Pembelajaran harus memiliki standar di mana ke-tiga aspek yang ingin ditekankan dapat diamati secara jelas sehingga dapat dinilai ketercapaiannya. Hal ini membawa banyak


(20)

sekali pendapat tentang penerapan K-13 pada proses pembelajaran di kelas khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Beberapa tenaga pengajar memilih untuk “Pro” namun yang lain memilih “Kontra” terhadap kurikulum ini.

Pada pelaksanaan Kurikulum 2013 di daerah, masih menyisakan berbagai persoalan. Meski tujuan kurikulum itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul dalam penerapan Kurikulum 2013 antara lain keterbatasan pengetahuan yang diperoleh oleh guru, sekolah, dan lembaga yang bertanggungjawab, penerapan yang dinilai terlalu mendadak dan kesiapan semua perangkat pendukung yang belum matang. Kurikulum 2013 berdampak kepada tuntutan kompetensi guru, dimana guru dituntut memiliki kemampuan yang relevan dengan karakteristik kurikulum. Diharapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh para guru dapat memperlancar dalam implementasi kurikulum 2013.

Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di tanah Papua dengan tingkat kelulusan tertinggi pada ujian nasional tingkat sekolah Menengah yang dilangsungkan setiap tahun. Mimika juga dikenal dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Hal ini dapat menjadi indikator bagaimana kualitas sumber daya manusia di kabupaten Mimika. Walau begitu kabupaten Mimika masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Kuatnya adat budaya sedikit banyak menjadi kebiasaan hidup yang membentuk karakter masyarakat – khususnya pelajar -. Karakter masyarakat Indonesia Timur yang di dalamnya termasuk Papua – lebih spesifik lagi, Mimika - cenderung lebih keras dan kukuh. Karakter ini dibawa sejak masih menyandang status pelajar.


(21)

Melihat karakter dari pelajar Mimika, kurikulum 2013 sesuai dengan kebiasaan belajar para pelajar. Karakter para pelajar yang keras membuat pelajar lebih senang mengeksplor pengetahuannya sendiri dibanding “disetir” oleh guru. Selain itu penilaian pada 3 hal utama yang ditekankan oleh Kurikulum 2013 mau tidak mau akan menekan kebiasaan buruk yang disebabkan oleh karakter peserta didik yang keras. Namun sebelum dapat berjalan dengan baik, guru dituntut memiliki pemahaman yang benar tentang kurikulum 2013 dan bagaimana implementasinya dalam proses belajar-mengajar. Adapun 3 SMA di kabupaten Mimika yang memilih tetap menggunakan kurikulum 2013 sebagai pegangan; SMA Negeri 1 Mimika, SMA Advent Timika, dan SMA YPPK Tiga Raja. Setiap sekolah memiliki 1 sampai 2 guru Fisika yang berstatus sebagai guru tetap.

Guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Sehingga sangatlah perlu untuk mengetahui bagaimana pemahaman para guru tentang kurikulum 2013 dan arah pengembangan pembelajaran khususnya di SMA kabupaten Mimika. Untuk mengetahui hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Mimika, Papua. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti adalah 4 orang guru Fisika SMA kabupaten Mimika yang melaksanakan kurikulum 2013.


(22)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang: 1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013.

2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013. 3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.

C. Tujuan

Mengetahui pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang: 1. Pemahaman guru terhadap pembelajaran dalam kurikulum 2013.

2. Kesiapan guru dalam pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013. 3. Implementasi pembelajaran Fisika di kelas dalam kurikulum 2013.

D. Kegunaan

1. Bagi Pemerintah Kementrian Pendidikan dan Budaya

a. Mengetahui dan membantu sekolah terlebih para tenaga pengajar yang pemahaman tentang penerapan K-13 belum sesuai.

b. Mengkaji kembali seberapa siap sekolah-sekolah di kabupaten Mimika dalam menerapkan K-13.

2. Bagi Tenaga Pengajar

a. Membangun kembali pemahaman tentang penerapan K-13 dalam proses pembelajaran di dalam kelas.


(23)

1 BAB II

LANDASAN TEORI A. Pemahaman

Pemahaman dapat diartikan sebagai suatu proses perbuatan memahami atau memahamkan dari apa yang diterima (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2011:998). Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan berbagai hal yang ada di lingkungannya. Beberapa ahli berpendapat, pemahaman (comphrehension) yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari, dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain (Sudaryono, 2012:43).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang diterima. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dalam studi ini pemahaman dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap pembelajaran Fisika kurikulum 2013 di SMA Kabupaten Mimika.


(24)

B. Kurikulum dan Implementasi 1. Konsep Dasar Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunani Kuno, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari Siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul setelahnya telah beralih dari penekanan terhadap isi menjadi penekanan terhadap pengalaman belajar. 2. Teori Implementasi Kurikulum

a. Pengertian Implementasi Kurikulum

Pelaksanaan atau implementasu dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Fullan (Miller dan Seller, 1985: 246) mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses peletakan dalam praktik suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. Sedangkan Hasan (dalam Majid 2014: 14) menyatakan implementasi kurikulum adalah usaha merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan.

Dari pelbagai definisi tentang definisi implementasi kurikulum, maka implementasi juga dapat dikatakan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (writen curriculum) dalam bentuk pembelajaran.


(25)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu proses sebenarnya adalah penerapan atau tindak lanjut dari kurikulum sebagai rencana. Maka kegiatan ini sebenarnya merupakan suatu tindakan yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Oleh karena itu dalam penerapan kurikulum hal-hal yang mempengaruhinya adalah: (1) kesiapan guru, (2) kondisi sekolah atau kesediaan sarana prasarana, (3) manajemen Kepala sekolah, (4) lingkungan sekolah, (5) komite sekolah, dan (6) pembiayaan pendidikan.

c. Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas;

Pelaksanaan kurikulum di sekolah dan jenjang pendidikan (Dokumen Kurikulum 2013, 2013 : 18).

a) Juli 2013: kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs), dan X (SMA/MA, SMK/MAK).

b) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, X, dan XI.

c) Juli 2015: Seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah melaksanakan sepenuhnya kurikulum 2013.

d. Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum

Kurikulum mempunyai dua sisi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari dari pedoman tersebut dalam bentuk kegiatan pembelajaran.


(26)

e. Perencanaan Pengajaran

Sebelum guru memulai pengajaran, guru harus membuat keputusan-keputusan tertentu. Keputusan yang dibuat contohnya seperti materi yang diajarkan, alokasi waktu, sejauh mana pemahaman siswa, dan metode yang diberikan. Saran-saran untuk membuat keputusan perencanaan pengajaran harus dipikirkan secara hati-hati sebab inilah sebenarnya yang akan lebih mengarahkan kepada apa yang harus dikerjakan oleh guru.

f. Pelaksanaan Pengajaran

Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada strategi pembelajaran berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan pengajaran, kegiatan yang perlu dilakukan guru menurut Sudjana dalam Majid (2013: 138) adalah:

1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai; 2) Membahas pokok materi pelajaran;

3) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh konkrit;

4) Menggunakan alat bantu pengajaran;

5) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok meteri pelajaran. g. Penilaian Pengajaran

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran, perlu dilaksanakan penilaian sebagai feedback. Menurut Trowbridge & Bybee (1990, 28-29) keputusan-keputusan yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu:


(27)

1) Apakah perlu menggunakan tes standar?

2) Bagaimana membuat tes yang akurat? Yakni dapat mewakili isi dan keterampilan yang sempat dipelajari Siswa.

3) Tingkat kognitif apa yang akan diukur?

C. Standar Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan guru sebagai pengajar adalah belajar sebagai proses. Artinya, pada dasarnya belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Oleh karena itu belajar merupakan proses dari perubahan itu sendiri. Untuk sampai pada perubahan yang lebih ke arah positif tadi, peserta didik memerlukan motivasi dari lingkungan sekitarnya, mulai dari kondisi kelas dan dorongan dari guru.

Menurut Majid (2013: 56) dorongan yang perlu dilakukan oleh guru adalah:

1. Kondisi/ Peristiwa Belajar

Agar dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka mengajar harus ditujukan untuk mempengaruhi proses pembelajaran internal. Mengajar adalah serangkaian peristiwa eksternal yang secara sadar/sengaja dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal. Pembelajaran internal ini dapat diransang dengan pembelajaran eksternal yang dilakukan oleh guru. Maka untuk memacu pembelajaran internal, yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:


(28)

Ada berbagai macam teknik yang dapat menarik perhatian peserta didik, antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perangkat untuk mendapatkan perhatian, seperti penggunaan media pembelajaran berupa video. Namun cara terbaik adalah dengan menarik minat peserta didik.

Guru mengetahui dengan baik semua kesulitan untuk dapat memotivasi siswa agar memiliki minat terhadap pengajaran yang mereka berikan. John Keller (dalam Majid, 2013) telah mencoba menjelaskan hal ini dengan mengembangkan Model Motivasi ARSC (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model ARCS ini meningkatkan daya tarik motivational dari bahan ajar. Model ini didasarkan pada penelitian yang berkaitan dengan motivasi yang menunjukkan bahwa seseorang termotivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan jika dianggap berhubungan dengan pemuasan kebutuhan pribadinya, dan jika ada harapan positif untuk sukses.

Menurut Keller (dalam Majid, 2013), keempat kondisi tersebut harus dipenuhi agar orang menjadi dan tetap termotivasi:

1) Perhatian

Mendapatkan perhatian Siswa merupakan prasyarat untuk belajar. guru harus memperhatikan bagaimana cara untuk mendapatkan dan mempertahankan perhatian Siswa.

2) Relevansi

Hal ini terkait dengan bagaimana membuat pengajaran menjadi relevan dengan kebutuhan peserta didik di masa kini dan masa depan.


(29)

Keyakinan dapat mempengaruhi ketekunan dan prestasi peserta didik. 4) Kepuasan

Ini meliputi membuat peserta didik merasa senang dengan prestasi mereka. Ini juga penting untuk membuat siswa sadar bahwa mereka memiliki kontrol atas perilaku yang mengarah pada reward.

b. Memberitahukan Tujuan Pembelajaran Kepada peserta Didik

Siswa harus diberitahu jenis kinerja apa yang akan digunakan untuk menentukan apakah mereka telah belajar dan apa yang harusnya mereka pelajari. Namun pada umumnya peserta didik harus diberitahu upaya apa yang harus mereka upayakan untuk dipelajari.

c. Merangsang Pengulangan Kembali Prasyarat Belajar

Menurut teori pemrosesan informasi kognitif, pembelajaran yang paling baru tergantung pada hubungan yang dibuat dengan pelajaran sebelumnya. Ketika pembelajaran baru akan segera dilakukan, informasi sebelumnya harus dapat diakses secara internal sehingga dapat dijadikan bagian dari peristiwa belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang apa yang telah diketahui atau mengulang kembali.

d. Menyajikan Material Ajar

Peristiwa ini terjadi ketika informasi baru disajikan kepada peserta didik. Misalnya, ketika peserta didik harus belajar serangkaian fakta baru maka fakta-fakta tersebut harus dikomunikasikan kepada mereka dalam berbagai bentuk. Elemen penting lainnya adalah guru sebaiknya memberikan berbagai contoh dan


(30)

non contoh. Hal ini akan membantu dalam proses pembedaan yag selanjutnya mendukung perolehan konsep.

e. Menyediakan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar biasanya berupa komunikasi antara guru dan peserta didik yang dapat membantu peserta didik untuk pencapaian tujuan. Komunikasi ini merangsang arah pemikiran dan membantu menjaga peserta didik berada pada proses pembelajaran, yang mengarah pada situasi belajar yang lebih efisien. Beberapa siswa mungkin membutuhkan bimbingan intensif dalam belajar, tetapi beberapa lainnya mungkin lebih menyukai metode belajar mandiri dengan bimbingan yang sangat sedikit.

f. Membangun Kinerja (Praktik)

Peristiwa selanjutnya memungkinkan peserta didik berkomunikasi dengan guru tentang apakah mereka bisa atau tidak melakukan keterampilan yang tengah mereka pelajari. Maka semua item praktik harus sesuai dengan kinerja dan kondisi yang ditunjukkan dalam tujuan pembelajaran. Menurut Majid (2014 : 147) item praktik yang baik harus memenuhi unsur-unsur berikut:

1) Harus secara jelas menentukan format praktik dan sifat respon Siswa; 2) Harus relevan dengan tujuan;

3) Harus mendapat kinerja yang tepat sesuai dinyatakan dalam tujuan;

4) Harus menghadirkan ketentuan yang tepat sebagaimana dinyatakan dalam tujuan;

5) Praktik secara individual maupun kelompok perlu dilakukan;


(31)

g. Memberikan Umpan Balik

Peserta didik tidak cukup hanya dibekali dengan latihan praktik, mereka harus diberi umpan balik mengenai kinerja mereka. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk lisan, tulisan, komperisasi, atau dalam bentuk yang lain. Hal ini juga harus diberikan sesegera mungkin setelah praktik dilakukan.

Umpan balik juga dapat digunakan sebagai penguat positif ketika peserta didik melakukan kinerja dengan benar. Menurut Majid (2014: 149) umpan balik yang baik harus mencakup hal-hal berikut:

1) Harus memberikan komentar tentang kinerja peserta didik; 2) Harus diberi segera dan sesering mungkin;

3) Jika sempat beri kesempatan pada Siswa untuk mengoreksi kesalahan mereka sendiri;

4) Harus mempetimbangkan penggunaan berbagai jenis umpan balik: pengetahuan tentang hasil yang benar, analisis, pemberian motivasi. h. Menilai Kinerja

Dalam peistiwa ini, guru menunjukkan kinerja dari peserta didik untuk menentukan apakah pembelajaran yang diinginkan telah terjadi. Siswa dinilai apakah instruksi tersebut telah memenuhi rencana yang diinginkan.

i. Meningkatkan Retensi dan Transfer

Banyak orang merasa ketika tes selesai begitu juga pembelajaran, namun sebagai langkah terakhir adalah penting untuk mengetahui cara-cara untuk meningkatkan peluang bahwa keterampilan yang telah diajarkan akan digunakan


(32)

dengan baik oleh peserta didik ketika mereka menggunakannya di luar konteks pembelajaran.

Karena belajar pada umumnya merupakan situasi khusus, cara terbaik untuk membantu dalam retensi dan transfer adalah menyediakan konteks yang berarti untuk menyajikan pengajaran guru. Jika keterampilan yang harus dipelajarai merupakan keterampilan yang digunakan dalam dunia nyata, guru harus menciptakan sebuah “ruang kelas” lingkungan belajar yang mendekati konteks dunia nyata sedekat mungkin, sehingga ketika peserta didik masuk ke dunia nyata, perubahan tidak akan terlalu besar.

2. Pembelajaran yang Berorientasi pada Standar Proses

Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan guru serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan awasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Standar proses sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007, meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses


(33)

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM pada Bab IV memuat tentang konsep dan strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Konsep dan Strategi Pembelajaran

Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik unuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi potensi yang diharapkan. b. Strategi Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung

Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsug. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam


(34)

kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.

Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengembangan nilai dan sikap dalam proses pembelajaran langsung oleh matapelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di dalam dan di luar sekolah dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1) Mengamati;

2) Bertanya;

3) Mengumpulkan informasi; 4) Mengasosiasi;


(35)

c. Perencanaan Pembelajaran 1) Hakikat RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran dan metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar. RPP menjadi persiapan untuk guru sebelum memasuki kelas. RPP bersifat sebagai pegangan apa yang akan dilakukan guru di dalam kelas. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok. Namun pengembangan RPP secara berkelompok harus dikoordinasikan dan disupervisi terlebih dahulu oleh pengawas atau Dinas Pendidikan.

2) Prinsip-prinsip Pengembangan RPP

Berbagai prinsip dalam mengembangkan RPP adalah sebagai berikut (Majid, 2014 : 154):

a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.


(36)

b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan, baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, dan gaya belajar.

c) Kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik;

d) Mendorong partisipasi aktif peserta didik;

e) Menghasilkan peserta didik manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran yang dirancang dalam RPP berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreatifitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar.

f) Mengembangkan budaya membaca dan menulis;

g) Proses pengembangan RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan, dan bereksplorasi dalam berbagai bentuk tulisan.

h) Memberikan umpan balik dan tidak lanju;.

i) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. Pemberian remidi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan. Hasilnya dianalisis dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.


(37)

k) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodari pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk sikap dan eterampilan, dan keragaman budaya.

l) Menerapkan teknik informasi dan komunikasi;

m) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informai dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

d. Proses Pembelajaran

Tahap kedua dalam standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari.

c) Mengantarkan peserta didik pada suatu permasalahn atau suatu tugas untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan


(38)

d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan pserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru memberikan umpan balik, dan latihan lanjutan pada pserta didik.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperlihatkan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain, yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahun dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.


(39)

Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event):

a) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. guru memfasilitasi peserta didi untuk melakukan pengamatan elatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda (objek) atau kejadian.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. guru perlu membimbang peserta didik agar dapat mengajukan pertanyaa. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi awal untuk mencari informasi lebih lajut dan beragam dari sumber yang ditentuka guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.


(40)

c) Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi. Dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena dengan lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

Informasi tersebut menjadi dasar dari proses selanutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan bahkan mengambil kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan.

d) Mengkomunikasikan Hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama peserta didik dan/ atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap hasil dan proses pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai


(41)

dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaan pada pertemuan berikutnya.

a. Evaluasi dan Pelaksanaan Program Remedial, Pengayaan, Percepatan 1) Pelaksanaan Evalusi

Penting untuk diingat bahwa ketuntasan belajaran ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan harus ditetapkan oleh guru. Standar ini harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi tersebut adalah lulus dan tidak lulus (Gentie & Lalley : 2003).

Sedangkan sistem evaluasinya menggunaka ujian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:

a) Ujian dengan sistem blok (KD).

b) Tiap blok terdiri dari satu atau lebih kompetendi dasar (KD).

c) Hasil ujian dianalisis dan ditindak-lanjuti melalui program remedial, program pengayaan, dan program percepatan.

d) Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotorik.

e) Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti: pengamatan, kuesioner, dan sebagainya.

Sistem penilaian mencakup: jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan disusun dalam sub-sub KD sebagai alat diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar,


(42)

meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan daerah.

2) Pelaksanaan Program Remedial a) Cara yang dapat ditempuh

Dalam pelaksanaan program remedial dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

(1) Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai “tutor”.

(2) Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun penyederhanaan itu dilakukan oleh guru melalui:

 Penyederhanaan isi/materi untuk KD tertentu.  Penyederhanaan cara penyajian.

 Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan. b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Remedial

(1) Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum dikuasai. (2) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau sejumlah KD dalam satu kesatuan.


(43)

(3) Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.

3) Pelaksanaan Program Pengayaan a) Cara yang ditempuh

Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, di dalam kelas akan ada peserta didik yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. peserta didik seperti ini perlu mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk program pengayaan (Direktorat Pembinaan SMA, 2010) adalah:

(1) Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang tujuannya memperluas wawasan bagi KD tertentu;

(2) Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll;

(3) Memberikan soal-soal tambahan yang bersifat pengayaan;

(4) Membantu guru membimbing peserta didik lain yang belum mencapai ketuntasan.

b) Materi dan Waktu Pelaksanaan Program Pengayaan

(1) Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang telah dipelajari. (2) Waktu pelaksaan program pengayaan adalah (Direktorat Pembinaan

SMA, 2010):

 Setalah mengikuti tes/ujian KD tertentu;


(44)

 Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir pada semester tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya juga yang berkaitan dengan KD-KD yang terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada semester tertentu.

4) Pelaksanaan Program Percepatan

Dalam kelas selalu memungkinkan terdapat peserta didik yang luar biasa cerdas dan mampu menyelesaikan KD-KD lebih cepat dengan nilai yang baik pula. peserta didik seperti ini memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan bantuan seperti program remedial dan pengayaan, sebab mungkin akan justru mengganggu optimalisasi belajarnya. Bentuk layanan terbaik yang harusnya diberikan adalah program percepatan (akselerasi) secara alami dan bukan dalam bentuk kelas akselerasi.

D. Pendekatan Saintifik (Ilmiah) dalam Pembelajaran

Sejalan diawalinya penerapan kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah, atau pendekatan saintifik, atau scientific approach menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktifitas peserta didik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan


(45)

ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah diyakini merupakan jembatan perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation (Ditjen Dikmen, 2013). Model-model ini menuntun siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan teori konstruktivisme hasil belajar merupakan skor yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme yaitu siswa sendiri yang bertanggung jawab untuk membangun pengetahuan dalam pikirannya melalui kegiatan ilmiah, guru hanya sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator pada model Problem Based Learning tercermin dari penyampaian masalah-masalah yang terkait materi pelajaran di awal pembelajaran dan siswa harus mencari


(46)

jawabannnya secara individu atau berkelompok. Guru hanya memberi bimbingan seperlunya jika siswa mengalami kesulitan.

Pendekatan scientific dimaksud untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (modul Diklat Kurikulum 2013, 2013).

E. Ruang Lingkup , Teknik, dan Instrumen Penilaian

Dalam penilaian dan pengajaran di dalam kelas, pembelajaran yang diterapkan oleh guru harus memenuhi poin yang terkandung dalam Kompetensi Inti (KI), seperti yang dikutip dari dokumen Kompetensi Dasar SMA/MA yang diterbitkan oleh Kemendikbud pada tahun 2013.

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.


(47)

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).


(48)

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbag sehingga dapat digunakan untuk menentuka posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

2. Teknik dan instrumen penilaian

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesimbungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunaka berupa lembar penilaian diri.


(49)

3) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik.


(50)

(1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

(2) Projek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

(3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.


(51)

1 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini memaparkan pemahaman guru Fisika terhadap pengertian dan implementasi pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 di SMA Kabupaten Mimika. Penelitian kualitatif ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini menggunakan penelitian terapan (applied research), penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.

B. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah 4 orang guru Fisika SMA Kabupaten Mimika yang menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Subjek yang diambil terdiri dari guru Fisika SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja Timika, dan SMA Advent yang dapat mewakili untuk mendapatkan informasi penelitian mengenai pemahamanan guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang pengertian dan implementasi kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas.


(52)

C. Tempat Penelitian

Penelitian pemahaman guru Fisika SMA Kabupaten Mimika tentang implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di dalam kelas dilaksankan di daerah Kabupaten Mimika khususnya pada 4 orang guru Fisika dari SMA Negeri 1 Mimika, SMA YPPK Tiga Raja Timika, dan SMA Advent.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Instrumen berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk menjaring data tentang pemahaman guru terhadap mata pelajaran Fisika kurikulum 2013 dan implementasi kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran Fisika. Untuk mengingat hasil wawancara peneliti menggunakan rekaman.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara (interview) yang dilakukan dengan mewawancari guru Fisika SMA Kabupaten Mimika.

Jenis wawancara pada penelitian ini adalah Wawancara Bebas Terpimpin. Jenis wawancara bebas terpimpin adalah wawancara di mana pewawancara melakukan interview dengan menggunakan pedoman berupa garis besar pertanyaan. Pada tabel 3.1 berikut dituliskan pedoman pertanyaan yang digunakan.


(53)

Tabel 3.1. Pedoman wawancara

No Butir-butir Pertanyaan

1 Pengertian K.13 Apa konsep dasar K.13? (Student Centered)

2 Moral spiritual Bagaimana moral spiritual ditanamkan?

3 Budaya membaca Bagaimana guru mengembangkan budaya membaca buku teks dan meneliti pada peserta didik dan guru sendiri?

4 Meneliti Bagaimana cara guru

menyesuaikan kurikulum dengan keadaan siswa?

5 Metode dalam pembelajaran (Pendekatan Saintifik)

Metode apa yang digunakan oleh guru?

6 Teknologi informasi Apakah dalam proses KBM memakai media pembelajaran elektronik?

7 Penguasaan bidang adminstrasi

Bagaimana merancang RPP dan penerapannya?

8 Penilaian aspek (kognitif, afektif dan psikomotor)

Bagaimana proses penilaian dilakukan?

9 Evaluasi Bagaimana evaluasi dilakukan? (remedial dan pengayaan)


(54)

Yang diperhatikan selama proses wawancara ini adalah tempat, waktu, situasi, dan data wawancara itu sendiri. Data wawancara berupa rekaman suara yang kemudian akan ditranskripsi menjadi kalimat.

E. Teknik Analisis Data

Dalam 3 tahap dalam menganalisis data: 1. Coding

Proses pertama dalam analisis data wawancara dalam penelitian kualitatif adalah peng-coding-an.

2. Kategori

Proses kedua dalam analisis yaitu peng-kategori-an. Dalam tahap ini, basis data bukan lagi per subyek tetapi per poin pertanyaan.

3. Membuat Kesimpulan

Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan. Dalam bagian ini, ditilik terlebih dahulu bagaimana perdapat yang paling banyak muncul dari para subyek, dalam poin yang ditanyakan.


(55)

1 BAB IV

DATA DAN ANALISA

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian terdapat 4 orang guru yang menjadi subyek penelitian. Pengambilan data atau wawancara dilakukan selama 2 hari berturut-turut yaitu pada 17 – 18 Februari 2016. Sekolah yang diteliti merupakan sekolah-sekolah yang masih menjalankan kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian dan durasi wawancara:

Tabel 4.1. Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara

Sekolah Tanggal Guru Waktu Durasi

X 17 Februari 2016 ke-1 11:23 WIT – 11:48 WIT 33’

Y 18 Februari 2016

ke-2 10:03 WIT - 10:33 WIT 30’ 4”

ke-3 10:35 WIT 10:56 WIT

20’ 14”

Z 18 Februari 2016 ke-4 11:41 WIT 12:36 WIT 55’ 20”

1. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-1

Subyek penelitian pertama yang diwawancarai adalah seorang Guru dari SMA Swasta Katolik dan telah mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 2010. Selain mengampu matapelajaran Fisika, Guru ke-1 juga merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum.


(56)

Wawancara dilakukan di laboratorium komputer sekolah dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi Sekolah – khususnya laboratorium komputer - tergolong hening, dikarenakan wawancara bertepatan dengan persiapan ujian try out sekolah yang akan dilakukan esok hari, di mana try out dilakukan di laboratorium komputer. Pemakaian laboratorium bersangkutan dengan disesuaikan kondisi ujian try out dengan kondisi Ujian Nasional di mana ujian yang dilaksanakan berbasis komputer. Sekolah X menjadi satu-satunya SMA di Kabupaten Mimika yang melaksanakan ujian berbasis komputer tersebut.

Durasi wawancara terbilang singkat. Hal ini disebabkan Guru ke-1 harus menyiapkan ruang ujian untuk esok hari. Di tengah-tengah wawancara pun terdapat gangguan berupa panggilan telepon dan seorang guru yang memiliki keperluan dengan Guru ke-1 sehingga wawancara harus berhenti sejenak.

Di luar gangguan telepon dan panggilan guru lain, wawancara terbilang lancar. Guru ke-1 menjawab dengan santai walaupun sebelum wawancara dimulai Guru terlihat gugup. Hal tersebut dapat diketahui dari Guru ke-1 yang terus bertanya kepada pewawancara mengenai pertanyaan yang akan diberikan. Hal ini dapat disebabkan oleh jarangnya penelitian serupa yang dilakukan di sekolah-sekolah Kabupaten Mimika.

2. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-2

Subyek penelitian kedua yang diwawancarai adalah seorang Guru dari SMA Negeri favorit di Kabupaten Mimika. Guru ke-2 juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum. Jabatan tersebut membuat Guru ke-2 terlihat


(57)

sangat bersemangat menceritakan bagaimana kurikulum 2013 dijalankan di Sekolahnya.

Wawancara dilakukan di ruang guru saat jam istirahat. Kondisi Sekolah – khususnya ruang guru – tergolong sangat ramai. Ruang guru penuh dengan senda gurau para guru, suara tv yang menyala, dan canda peserta didik di luar ruangan. Hal ini mengakibatkan pewawancara kesulitan mendengarkan jawaban Guru ke-2 atas pertanyaan yang diberikan. Keriuhan selama wawancara berlangsung juga menyebabkan konsentrasi Guru-2 terganggu. Di tengah wawancara, Guru ke-2 melakukan tindakan seperti mendekatkan kursi Guru dengan pewawancara, mengecilkan volume tv, dan meminta para guru di ruang tersebut (jumlah guru di ruangan sekitar 20 orang guru) untuk tenang. Selain terganggunya komunikasi selama wawancara, tindakan Guru ke-2 membuat pewawancara menjadi sungkan sehingga tidak leluasa bertanya.

Durasi wawancara terbilang singkat. Hal ini disebabkan Guru ke-2 harus mengisi kelas pada jam berikutnya. Di luar gangguan ruang yang bising, Guru ke-1 terlihat menjawab dengan gugup, tergesa-gesa, dan kurang jelas. Terlihat dari jawaban Guru ke-2 yang kurang menjawab pertanyaan, terdapat banyak topik yang bergeser dan sungkan dijawab, dan di akhir-akhir wawancara jawaban Guru semakin singkat.

3. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-3

Guru ketiga yang diwawancarai masih dari Sekolah yang sama dengan Guru-2 yaitu SMA Negeri Kabupaten Mimika. Guru ke-3 baru mengajar di Sekolah tersebut selama 1 tahun. Sebelumnya Guru ke-3 pernah bertugas di salah satu SMA


(58)

di pulau Jawa da kemudian pindah ke SMA Swasta Islam di Timika. Sistem kurikulum yang digunakan di sekolah sebelumnya yaitu KTSP membuat Guru ke-3 kesulitan beradaptasi dengan kurikulum 201ke-3 yang dijalankan Sekolahnya saat ini.

Berbeda dengan wawancara kepada Guru ke-2, walau masih tergolong ramai, wawancara dengan Guru ke-3 sedikit lebih tenang. Hal ini dikarenakan wawancara dilakukan setelah jam istirahat selesai dan Guru ke-3 tidak memiliki jam mengisi kelas. Namun begitu, durasi wawancara terbilang sangat singkat. Hal ini disebabkan jawaban Guru ke-3 yang sulit untuk diberikan pertanyaan lanjutan. Guru 3 cenderung menyerahkan pertanyaan untuk ditanyakan kepada Guru ke-2 karena tidak paham tentang kurikulum ke-2013 dan mengaku belum pernah mengikuti pelatihan guru.

Situasi selama wawancara berlangsung terbilang lancar. Guru ke-3 menjawab dengan santai walaupun sebelum wawancara dimulai, Guru terlihat gugup. Hal ini terlihat dari Guru ke-3 yang sebelumnya menunda-nunda wawancara dengan mempersilakan Guru ke-2 diwawancarai terlebih dahulu.

4. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru ke-4

Subyek penelitian terakhir yang diwawancarai adalah seorang Guru dari SMA Swasta Kristen dan mulai mengajar di sekolah tersebut pada tahun 2012. Namun sebelumnya Guru ke-4 telah mengajar sejak tahun 2008.

Wawancara dilakukan di ruang kelas khusus untuk peserta didik dengan daya saing belajar di atas rata-rata Sekolah. Kondisi Sekolah – khususnya ruang dilakukan wawancara - tergolong hening, dikarenakan wawancara dilakukan


(59)

setelah jam sekolah selesai. Hal ini menyebabkan durasi wawancara menjadi panjang karena tidak ada agenda selanjutnya yang harus dihadiri Guru ke-4.

Wawancara terbilang kondusif dengan jumlah orang di dalam ruangan sebanyak 4 orang; pewawancara, Guru ke-4, dan 2 orang peserta didik yang sedang mengerjakan tugas. Adanya peserta didik di dalam ruangan yang sama tidak mengganggu berjalannya wawancara. Dengan antusias Guru ke-4 bercerita secara “lepas” dan leluasa.

B. Pemahaman Guru Terhadap Pembelajaran Fisika Kurikulum 2013 1. Pemahaman Mengenai Sifat Dasar Kurikulum 2013

Dari hasil wawancara dengan Guru ke-1, Guru ke-2, dan Guru ke-3 (lihat Lampiran 3) didapatkan hasil bahwa pemahaman guru SMA di Kabupaten Mimika hanya sebatas mengetahui bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bertitik berat pada pendidikan karakter. Guru berpendapat bahwa kurikulum 2013 memberatkan guru pada penanaman nilai sikap semata sehingga tidak begitu fokus pada faktor kognitif. Hal ini dianggap kurang relevan dan kurang cocok dengan kondisi dan lingkungan di Papua, khususnya Timika.

Berbeda dengan yang dipahami guru, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri, kurikulum 2013 juga merupakan kurikulum yang mengeksplor kamampuan yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan minat mereka. Sedang yang dimaksud dengan penekanan karakter dalam kurikulum, mengacu pada kompetensi inti yang terkandung dalam kurikulum. Karakter ini dimaksud untuk membangun kemauan, mengembangkan potensi dan kreativitas, serta meningkatkan daya saing peserta didik di era global.


(60)

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi, kurikulum yang dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampaunnya sesuai dengan minat dan kemampuan yang mereka miliki. Pembelajaran kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang dimana perencanaan, pelaksanaan dan penilaian mengarah pada kompetensi tertentu.

Dari hasil wawancara terlihat juga bahwa sebagian besar guru tidak mengaitkan kurikulum dengan bidang studi yang diampu. Guru memahami kurikulum 2013 hanya sebagai “pembungkus” kurikulum sekolah, namun tidak masuk ke dalam pengajaran bidang studi itu sendiri. Padahal melalui kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran Fisika secara umum dapat membekali peserta didik dengan sangat baik, di samping dalam kegiatan akademik peserta didik juga dibekali dengan keterampilan lainnya. Dalam pembelajaran Fisika, peserta didik memiliki kompetensi karena Fisika tidak hanya diajarkan melalui pembelajaran teori tetapi juga pembelajaran praktek. Dalam segi materi pun kurikulum 2013 lebih sedikit dan benar-benar memperhatikan kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran Fisika.

Sayang sebagian besar guru Fisika belum benar-benar dapat membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP, dengan menganggap perbedaan kedua kurikulum tersebut sebatas penekanan pada nilai karakter dan instrument penilaian.

Alokasi waktu yang ditambah menjadikan pembelajaran Fisika dapat berjalan dengan optimal. Sebaliknya yang diungkapkan Guru ke-2, alokasi waktu untuk


(61)

pelajaran Fisika justru kurang. Guru ke-2 berpendapat bahwa pembagian waktu dibandingkan dengan pelajaran yang lain tidak seimbang.

“Bayangkan, agama itu 3 jam, PKn itu 2 jam, fisika hanya 4 jam. Padahal dia jurusan IPA. .. Sangat sangat kurang. Apalagi dihubungkan dengan kemampuan anak. Jadi kalau di sini karena saya ini kurikum, kelas X itu kan hanya 3 jam fisikanya. Ada celah untuk menambah jam, saya tambahkanlah fisikanya 1 jam” (Wawancara tanggal 18 Februari 2016).

Dari hasil pemaparan di atas diketahui bahwa belum seluruh guru Fisika memiliki pemahaman yang seragam dan benar-benar memahami tentang kurikulum 2013. Sebagian kecil mengerti dengan baik, namun sebagian besar lainnya tidak. Seperti yang terlihat dari kutipan hasil wawancara kepada guru Z:

“hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengar-dengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya rasa penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya. Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Bo*i yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah”. (wawancara tanggal 18 Februari 2016)

Faktor yang mempengaruhi tidak seragamnya pemahaman guru terhadap K13 yaitu informasi yang diberikan kurang merata sehingga ada sebagian guru yang sudah mendapatkan informasi yang cukup, tetapi ada juga yang belum mendapatkan informasi dengan baik. Sosialisasi yang diberikan juga kurang maksimal dan waktu yang tersedia hanya sedikit, sehingga guru belum dapat memahami sepenuhnya tentang kurikulum 2013. Para guru hanya mendapat informasi secara garis besar saja dan tidak mendalam.


(62)

Dalam “mengakrabkan” guru dan kurikulum 2013, banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satu upaya adalah melakukan sosialisasi kurikulum 2013 ke daerah-daerah, tetapi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan, masih banyak langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para guru khususnya untuk guru Fisika SMA Kabupaten Mimika.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pemahaman guru Fisika terhadap kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran Fisika masih kurang baik karena belum dapat benar-benar membedakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta masih belum benar-benar mengerti hal-hal utama dalam kurikulum 2013

2. Pemahaman Mengenai Kompetensi Inti

Dari hasil wawancara kepada salah seorang guru, terlihat bahwa pemahaman Guru tersebut mengenai ke-4 KI yang ada di dalam K13 tidak begitu jelas. Namun guru tersebut mengetahui bahwa terdapat poin mengenai sikap, kognitif, dan keterampilan, walau hanya saja garis besar. Berbeda dengan Guru ke-1 dan guru ke-4 yang terlihat mengetahui secara jelas isi dari setiap KI. Kedua guru tersebut menyebutkan bahwa KI I berkaitan dengan nilai moral, di mana tidak hanya mengenai keimanan tetapi juga berkaitan dengan bagaimana sikap peserta didik dalam lingkungan belajarnya bersama teman dan kepada guru. Kedua guru juga menggambarkan bahwa KI II dapat terlihat sebagaimana peserta didik bekerja sama dengan teman sebaya baik dalam belajar individual maupun dalam diskusi kelompok. Sementara KI III tentang bagaimana kemampuan kognitif peserta didik


(1)

tempati mengajar-, saya rasa di Advent sebelum K13, untuk tiap awal dan akhir pembelajaran, diawali dengan doa itu sudah lama ya. Baru kalua di Sekolah lain mungkin Cuma di awl pelajaran dan nanti di akhir pelajaran di akhiri dengan doa. Ya itu untuk ke sananya menjadi K13 itu ya. Supaya sikapnya diutamakan. Cuma ya dari segi pendidiknya, boleh, tapi yang dihadapi kan anak didik yang beragam. Saya rasa tidak terlalu pas. Tidak tau kalau di Jawa sana. Tapi kalua di Papua, di Papua kan notabene orangnya keras ya. Jadi ya untuk mengikuti sasarannya, attitude itu tertantang kalua di Papua. Kalua saya pribadi yang itu tertantang. Mau dijadikan itu yang menonjol.

G 3 : K13 yang menonjolnya ya di situ, yang nilai sikapnya lebih banyak. Setelah itu psikomotoriknya, kemudian yang ketiga kognitifnya. Jadi ya kalau dulu piramidnya gini, kalau sekarang terbalikkan. Itu yang saya tangkap. Makanya KI I, II, sosial dengan ini kan itu diwajibkan ada dalam setiap pembelajaran. Berarti yang utama itu. Kalau menurut saya seperti itu.

 G4 : hm. Ya saya kurang paham sih K13 itu seperti apa. Tapi dengar-dengar, yang saya tau ya, K13 itu mengacu pada pendidikan karakter siswa. Jadi makanya bisa berdampak juga pada perubahan penilaian. Hal-hal yang kita nilai jadi banyak. Ada menilai sikap moral anak juga. Jadi K13 ada penekanan tambahan ke pendidikan karakter anak. Tapi kalau yang lain sih saya ras penerapannya dalam pembelajaran sih sama saja. Saya tetap mengajar seperti cara saya.

G4 : Menurut saya lho ini ya mbak, pendidikan karakter. Kalau yang lebih jelas mungkin pak Boni yang tau. Kalau saya ya itu tadi. Tidak tau benar tidak tau salah

 Penguasaan KI-KI

 G1 : Susah sih, dari KI 1 sampai KI 4 yang paling susah KI 4 ya. Karena itu proses keterampilan. Dan keterampilannya itu membutuhkan ke ini, kembali ke sarprasnya lagi. Apalagi di sini, di Sekolah kita ini kan siswanya kalo kita tuntut juga siswanya


(2)

untuk membei alat praktikum, mereka akan susah di situ, dananya. Karena itu punya Sekolah itu siswanya ya menengah ke bawah. Kalo KI 1, KI 2, KI 3 sih masih bisa dilakukan.

 G2 : e yang paling memang taulah ya karakter kan kalau di sini karakternya keras. Karakter anak to. Kemudian kalau yang saya lihat yang paling terutama kalau di kelas 12 ya kita fokus ke situ saja, bagaimana dia menjawab soal. Yang paling susah kalau di sini berarti kan kita kan tuntut anak kreatif, tapi kalau basicnya kurang, bagaimana saya mau ajarkan dia misalkan tekanan, kalau perkalian saja masih kendala, pembagian aja masih kendala. Iya kan? E mengelola pembagian pengurangan perkalian itu masih susah. Jadi memang sangat artinya ada kendala dari pengetahuan anak juga. Juga kan nanti di tujuan akhir harus memikirkan bagaimana kelanjutan Sekolahnya. G2 : termasuk kesulita. Kemudian kalau keterampilan, fasilitas di Sekolah ini kan secara umum kalau saya lihat, ketika saya pernah pertemuan di Jakarta, saya tanya ke bagian NTT, ya bagian timur lah kaya Ambon sana, kendalanya sama. Di Sekolah ini masih sangat minim yang namanya mendukung, e mendukung karakter. Jadi setiap Sekolah harus bikin keasi mau bikin kayak apa. Ya carilah yang sesederhana mungkin. Sangat miinimlah. Jadi seandainya pemerintah sudah melihat K13 ini harus dibarengi juga dengan penunjangan fasilitas yang ada. P : Kalau Bapak sendiri di luar itu, kan KI kan

G2 : Moral.

 G 3 : K13 yang menonjolnya ya di situ, yang nilai sikapnya lebih banyak. Setelah itu psikomotoriknya, kemudian yang ketiga kognitifnya. Jadi ya kalau dulu piramidnya gini, kalau sekarang terbalikkan. Itu yang saya tangkap. Makanya KI I, II, sosial dengan ini kan itu diwajibkan ada dalam setiap


(3)

pembelajaran. Berarti yang utama itu. Kalau menurut saya seperti itu.

G 3 : kalau menurut saya ya keimanan. KI I, KI II sosial. Kalau saya pribadi ya keimanan. Kalau saya pribadi ya saya bisa saja bilang saya ini beriman. Tapi dalamnya siapa yang tau? Kalau yang kedua sosial. Kita bisa mendekati, melihat sosialnya bagus, tapi keimanannya kan belum tentu. Menerapkannya itu ya. Padahal itu sebenarnya yang pokok. Kan yang namanya tabiat kan. Sikapnya anak-anak. Dari Guru bias. Tapi mungkin menghadapi siswanya seperti ini ya akhirnya melencng juga. Kalau yang ketiga kan namanya seorang Guru kan profesi jadi wajib punya kemampuan gitu. Bagi saya ya KI 1 yang sudah. Dalam implementasi, penerapannya yang susah.

G3 : kalau saya pribadi di sini. Fisika yang Psiko ya kalau kami di Advent masih terkendala. Karena kalau itu peralatan lab kurang memadai. Di Advent, khususnya di Advent dan saya rasa pada umunya di Papua masih ada kendala di situ. Ya tergantung sarpras yang ada di lab. Peralatan-peralatannya. Kalau ada ya mungkin akan berjalan. A kalau yang lainnya, buku referensi yang kami kurang. Sampai sekarang saja buku yang dibuat berdasarkan dengan K13 mau cari sampe taputar-taputar sampe kepala pusing, di Timika ndak ada. Apalagi kelas XII. Kalau kelas X, XI, mungkin bisa saya copy dari teman. Tapi di Advent ini belum pernah terima bantuan buku dari pemerintah. Kemudian KI III, buku refenrensi. Mau transfer ke anak-anak gimana bukunya aja ga ada. Modulnya, buku pakut aja ga ada. Apakah itu pegangan Guru atau buku paket dalam kelas ga ada. Ya kami donload saja di internet.


(4)

 G4 : Hmm ketercapaian ya. Kalau saya yang penting anak aktif di kelas. Aktif bertanya, aktif mengerjakan tugas, sehingga nanti dia bisa mengerjakan soal ujian. Jadi ya yang paling penting siswa itu mengerti apa materi yang saya ajarkan. Ya bagaimanapun kurikulumnya kan sebenarnya tujuan utamanya itu. Yangpenting anak mengerti dan mampu mengerjakan soal. Pinter. Tapi berkaitan dengan kurikulum 2013 ini kalau yang tentang karakter itu sebenarnya baik sekali juga ya. Jadi siswa tidak sekedar pintar tapi juga berakhlak. Jadi ya yang saya kjar itu anak aktif. Kalau dia aktif bersosialisasi di kelas gitu kan juga dia sudah berkarakter to. Yang jelas mendidik biar dia menjadi manusia yang baik itu sudah pasti. Saya sih pikirnya gini ya mbak. Saya sudah digaji dari uang orang tua murid yang menitipkan anaknya. Jadi saya tidak mau sibuk dengan memikirkan administrasi, arti kurikulum, dll yang paling penting buat saya adalah mendidik dan mengajar. Kita tidak tau besok anak yang kita didik mau jadi apa, akan jadi apa. Tapi kita erusaha apapun jadinya dia, itu yang terbaik buat dia. Jadi berusaha kebutuhannya terpenuhi.


(5)

1

LAMPIRAN V


(6)

1. SMA YPPK Tiga Raja Timika

2. SMA Negeri 1 Mimika Timur