Antioksidan Radikal Bebas dan Antioksidan

penyakit-penyakit degeneratif, keganasan kematian sel-sel vital tertentu, yang pada akhirnya akan menyebabkan proses penuaan dan kematian bagi individu tersebut Gitawati, 1995. Ada beberapa zat yang dapat mengurangi reaksi radikal bebas dengan memutuskan rantai reaksi, yaitu antara lain 1 enzim antioksidan superoksid dimutase SOD, katalase, glutation peroksidase, dan SOD mimics, 2 spin trap, dan 3 komponen yang memutuskan rantai Setiati, 2003.

2. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar lebih rendah dibanding bahan yang dapat dioksidasi, sangat memperlambat atau menghambat oksidasi dari bahan tersebut. Antioksidan dapat berperan sebagai spesies oksigen reaktif radikal bebas bergabung dengan zat lain untuk menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Secara alamiah tubuh memproduksi antioksidan yang mampu melindungi sel dari radikal bebas Sibuea, 2004. Peningkatan spesies oksigen reaktif ini juga dapat menimbulkan berbagai bentuk kerusakan jaringan, padahal spesies oksigen reaktif ini bertanggung jawab terhadap aksi xenobiotik tubuh Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004. Beberapa efek merugikan yang ditimbulkan akibat peningkatan spesies oksigen reaktif yaitu pada sistem biologi meliputi peroksidasi membran lipid, bahaya oksidasi asam nukleat dan karbohidrat, serta oksidasi sulfhidril dan bagian lain dari protein. Pertahanan terhadap spesies oksigen reaktif dilakukan secara enzimatik maupun non enzimatik. Antioksidan enzimatik meliputi superoksid dismutase SOD, catalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatik umumnya dapat menangkap radikal bebas, baik organik maupun anorganik Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004. Menurut Setiati 2003, antioksidan dibedakan menjadi antioksidan eksogen dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau sering disebut antioksidan primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang disintesis dalam tubuh yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru. Antioksidan eksogen atau yang dikenal juga sebagai antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E tokoferol, vitamin C askorbat, karoten, asam urat bilirubin, dan albumin. Selain itu terdapat juga antioksidan tersier yang memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh radikal bebas, contohnya enzim yang memperbaiki DNA dan metionin sulfoksida reduktase. Menurut tempat aksinya pada fase air ataupun lipofil dari membran, antioksidan dibagi menjadi water-soluble dan lipid-soluble. Vitamin C dan urate termasuk dalam antioksidan hidrofil. Sedangkan retinoid, karotenoid, flavonoid, dan vitamin A termasuk dalam antioksidan lipofil Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004. Flavonoid telah dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan polifenol yang banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan beberapa minuman seperti teh hijau dan anggur merah. Di dalam keluarga polifenol, flavonoid ternyata mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat yang mencapai 20 kali sifat antioksidan vitamin E Sitompul, 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Secara umum dapat dikatakan bahwa senyawa turunan flavonoid mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya gugus fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonanasi inti aromatik Cuvelier, 1991 cit Hertiani, 2000.

D. Nyeri