Penetapan selang waktu pemberian rangsang

4. Penetapan selang waktu pemberian rangsang

Selang waktu pemberian rangsang adalah selang waktu antara pemberian zat uji secara per oral dengan pemberian asam asetat sebagai rangsang nyeri secara intraperitoneal. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat bertujuan mengetahui berapa lama waktu zat uji memberikan efek analgesik secara optimal. Zat uji yang digunakan dalam orientasi penetapan selang waktu pemberian asam asetat adalah asetosal dosis 91 mgkgBB. Rentang waktu yang diujikan adalah 5, 10, dan 15 menit. Data jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang serta hasil analisis statistiknya dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6 serta ringkasannya dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang Selang waktu pemberian menit Rata-rata jumlah kumulatif geliat X ± SE Rata-rata penghambatan terhadap geliat X ± SE 5 80,33 ± 6,98 28.4 ± 6,23 10 57,67 ± 6,17 48,29 ± 6,08 15 96 ± 6,36 14,44 ± 5,66 Rata-rata penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 16. 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 20 30 40 50 60 5 10 15 selang waktu menit rata- rat a p en g h am b atan Gambar 16 . Diagram batang rata-rata penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang Ringkasan analisis variansi satu arah penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI. Ringkasan analisis variansi satu arah penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang Sumber variansi Jumlah kuadrat Derajat bebas Rata-rata kuadrat F hitung Probabilitas Antar perlakuan 1736,316 2 868,158 Error percobaan dalam kelompok 646,560 6 107,760 8,056 0,020 Data penghambatan terhadap geliat pada setiap selang waktu diuji secara statistik variansi satu arah untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak. Ringkasan data statistik analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian rangsang dapat dilihat pada tabel VII. 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel VII. Hasil analisis uji Scheffe penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang Selang waktu pemberian menit 5 10 15 5 - tb tb 10 tb - bb 15 tb bb - Keterangan : bb : Berbeda bermakna p 0,05 tb : Berbeda tidak bermakna p 0,05 Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tiap-tiap kelompok selang waktu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan selang waktu pemberian asam asetat memberikan perbedaan yang bermakna pada kemampuan penghambatan geliat. Selang waktu yang dipilih adalah 10 menit karena pada selang waktu ini respon geliat yang diperoleh paling sedikit, sehingga diasumsikan bahwa pada selang waktu ini zat uji memberikan efek analgesik secara optimal. Selain itu, pemilihan selang waktu 10 menit ini bertujuan untuk efisiensi waktu pengamatan. 5. Penetapan dosis asetosal Pada penelitian ini, asetosal digunakan sebagai kontrol positif karena uji daya analgesik dengan metode rangsang kimia ini termasuk dalam uji golongan analgesik non-narkotika, sehingga kontrol positif yang digunakan juga harus obat paten yang mempunyai daya analgesik dan termasuk dalam golongan obat analgesik non-narkotika. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding terhadap kelompok perlakuan dengan zat uji sehingga dapat diketahui pada dosis berapa zat uji memiliki efek analgesik yang setara dengan asetosal biasa digunakan sebagai standar dalam menilai efek obat sejenis. 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis terapi yang biasa digunakan manusia yaitu 500 mg. Pada orientasi dosis asetosal digunakan tiga peringkat dosis yang diperoleh dengan menaikkan dan menurunkan dosis tersebut ¼ kalinya. Jadi, peringkat dosis yang digunakan adalah 375 mg, 500 mg, dan 625 mg. Ketiga dosis tersebut dikonversikan ke mencit sehingga diperoleh dosis 68,25 mgkg BB, 91 mgkg BB, dan 113,75 mgkg BB. Secara teoritis, semakin tinggi dosis analgetika yang digunakan, maka kemampuan untuk menekan nyeri juga semakin besar, respon geliat yang ditimbulkan semakin sedikit. Data jumlah geliat pada penetapan dosis asetosal serta hasil analisis statistiknya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 serta ringkasannya dapat dilihat pada tabel VIII. Tabel VIII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal Dosis asetosal mgkgBB Rata-rata jumlah kumulatif geliat X ± SE Rata-rata penghambatan terhadap geliat X ± SE 68,25 74,67 ± 9,21 32,12 ± 8,23 91 34,00 ± 3,06 69,69 ± 1,86 113,75 20,33 ± 2,40 81,88 ± 1,97 Data penghambatan terhadap geliat pada setiap dosis diuji secara statistik variansi satu arah untuk mengetahui terdapat perbedaan yang bermakna atau tidak antar dosis asetosal tersebut. Ringkasan data statistik analisis variansi satu arah pada penetapan dosis asetosal dapat dilihat pada tabel IX. 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel IX. Ringkasan analisis variansi satu arah penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal Sumber variansi Jumlah kuadrat Derajat bebas Rata-rata kuadrat F hitung Probabilitas Antar perlakuan 3780,438 2 1890,219 Error percobaan dalam kelompok 474,162 6 79,027 23,919 0,001 Dari hasil statistik tersebut diperoleh probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 p 0,05, yaitu 0.001, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga kelompok tersebut. Selanjutnya data diuji lagi dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna di antara ketiganya. Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel X. Tabel X. Hasil analisis uji Scheffe penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal Dosis asetosal mgkgBB 68,25 91 113,75 68,25 - bb bb 91 bb - tb 113,75 bb tb - Keterangan : bb : Berbeda bermakna p 0,05 tb : Berbeda tidak bermakna p 0,05 Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 68,25 mgkgBB berbeda bermakna dengan dosis 91 mgkgBB dan 113,75 mgkgBB, sedangkan dosis 91 mgkgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 113,75 mgkgBB. Dari hasil analisis tersebut dipilih asetosal dosis 91 mgkgBB karena pada dosis tersebut daya analgesik yang diperoleh sudah cukup tinggi yaitu sebesar 69,69. Persen daya analgesik pada dosis ini juga memenuhi syarat aktivitas analgetika menurut 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anonim 1991 yaitu adanya aktivitas analgetika dinyatakan oleh jumlah terjadinya geliat pada hewan uji lebih sedikitnya ≥ 50 dari kelompok kontrol. Rata-rata penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 17. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 68,25 91 113,75 dosis asetosal mgkg BB ra ta -r a ta pe ngha m b a ta n Gambar 17 . Diagram batang rata-rata penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal

C. Pegujian Efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun Senggani