Klasifikasi tumbuhan senggani Morfologi Nama Daerah Kandugan Kimia

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tumbuhan senggani

Melastoma polyanthum Bl. Senggani dapat tumbuh liar pada tempat yang cukup mendapat sinar matahari, seperti lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tumbuhan hias. Tumbuhan ini bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dari permukaan laut Dalimartha, 1999.

1. Klasifikasi tumbuhan senggani

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Clasis : Dicotyledoneae Subclasis : Dialypetalae Ordo : Mytales Familia : Melastomaceae Genus : Melastoma Spesies : Melastome polyathum Bl. Van Steenis, 1975; Tjitrosoepomo, 1989

2. Morfologi

Senggani termasuk tumbuhan perdu, tinggi 0,5-4 m. Cabang yang muda bersisik. Daun bertangkai, berhadapan, memanjang atau bulat telur memanjang dengan ujung runcing, bertulang daun 3,2-20 kali 1-8 cm, kedua belah sisi berbulu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bunga bersama-sama 5-18, pada ujung dan di ketiak daun yang tertinggi, berbilang 5 4-6. Tabung kelopak berbentuk lonceng, bersisik, taju dengan sejumlah gigi kecil. Daun pelindung bersisik, langsing, 5 kali 2 mm, tidak menutupi kuncup. Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 2-3 cm, ungu merah, jarang putih. Benang sari 10 8-12, memanjang dari penghubung sari di bawah ruang sari pada benang sari yang panjang 6-16 mm, pada yang pendek 2-7 mm. Bakal buah beruang 5 4-6, dihubungkan oleh bingkai terhadap tabung kelopak. Buah buni berbentuk periuk, membuka melintang secara tidak teratur, dimana terlepas bingkai biji yang merah tua. Biji berbentuk kerang. Senggani dapat tumbuh di padang rumput, semak hutan kecil, 5-2000 m Van Steenis, 1975. 3. Sinonim Tumbuhan ini sering disebut tidak tepat sebagai Melastoma malabathicum Bl. Van Steenis, 1975. Sinonim senggani yaitu: Melastoma malabathicum L., Melastoma candidum D. Don. Melastoma septemnervium Lour., non Jacq., Melastoma dodecandum Lour. Melastoma repens Desr., Melastoma sanguineum Sims. Melastoma decemfidum Roxb., dan Melastoma affine D. Don. Melastoma polyanthum Bl. yang umumnya paling banyak digunakan di Indonesia Lily, 1980.

4. Nama Daerah

Nama daerah dari tumbuhan senggani antara lain: Senggani, Kluruk, Sengganen Jawa, Senduduk Melayu, Harendong Sunda, Kemaden Madura Dalimartha, 1999. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Kandugan Kimia

Kandungan kimia tumbuhan senggani pada bagian daun adalah flavonoid, steroid triterpenoid, tanin 4,3 Anonim, 1995. Daun mengandung saponin Dalimartha, 1999. Menurut Sulaiman, et al. 2004, pada analisis phytochemical dari ekstrak daun dan akar senggani mengandung β-sitosterol, α-amyrin, sitosterol 3-O-β-D- glucopiranoside, kuersetin, kuersitrin, dan rutin. a. Flavonoid Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah buni, dan biji Markham, 1982. Kerangka dasar flavonoid dan sistem penomoran untuk turunan flavonoid terlihat pada gambar1. C C C O A B 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 1a 1b Gambar 1. Kerangka flavonoid 1a dan sistem penomoran turunan flavonoid 1b Robinson, 1995 Flavonoid sangat dimungkinkan dalam sejumlah pengobatan tradisional yang substansinya belum diketahui akan tetapi menunjukkan isi zat aktifnya flavonoid. Flavonoid berkhasiat sebagai anti-inflamasi anti alergi, anti- thrombolik, vasoprotektif sebagai penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada mukosa saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat Evans, 2002. Aglikon flavonoid adalah polifenol, sehingga mempunyai sifat kimia senyawa fenol yaitu bersifat agak asam maka dapat larut dalam basa Markham, 1982. Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai scavenger superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid Sitompul, 2003. Beberapa penelitian melaporkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid ditentukan oleh gugus tertentu dalam struktur flavonoid tersebut. Karakteristik struktur flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan antara lain karena adanya 1 gugus katekol O-dihidroksi pada cincin B yang mempunyai sifat sebagai donor proton, 2 gugus pirogalol trihidroksi pada cincin B, 3 gugus 4-oxo pada cincin heterosiklik, 4 gugus 3-OH pada cincin heterosiklik, serta 5 gugus 5-OH dan 7-OH yang potensial pada keadaan tertentu Middleton dkk, 2000 cit Ladoangin, 2004. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas maka terbentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik Cuvelier, 1991 cit Hertiani, 2000. Daun senggani mengandung kuersetin yang merupakan salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis memiliki manfaat yang amat kuat. Flavonol kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang amat potensial Anonim, 2005. Kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki ciri pada strukturnya, yaitu 3’4’-dihidroksi pada cincin B; 2,3-ikatan rangkap pada cincin C; sebuah gugus 3-hidroksil pada cincin C; dan sebuah gugus 5-hidroksil pada cincin A Sibuea, 2004. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI O HO OH O OH OH OH A B C Gambar 2. Struktur kimia kuersetin Anonim, 1989 Dilihat dari struktur kimianya, kuersetin memiliki aktivitas kuat sebagai pemberi hidrogen hidrogen donating karena kandungan hidroksilasi cukup, yakni 5 gugus OH dan empat diantaranya terdapat pada sisi aktif C5, C7, C3’, dan C4’. Selain itu kuersetin memiliki struktur yang mampu sebagai pengkelat logam, yakni gugus karbonil pada C4 dan gugus hidroksil pada C3 dan C5 Sibuea, 2004. Selain untuk menghambat oksidasi dan sitotoksisitas LDL-teroksidasi, kuersetin juga dapat menghambat siklooksigenase yang berperan pada metabolisme asam arakhidonat, sehingga dapat menurunkan agregrasi platelet Sitompul, 2003. Daun Senggani juga mengandung rutin. Rutin kuersetin 3-rutinosida merupakan glikosida flavonol paling umum dan juga penting dalam bidang farmasi karena digunakan untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Struktur kimia rutin dapat dilihat pada gambar 3. O OH OH OH HO O O Glk O Ram Gambar 3. Struktur kimia rutin Harborne, 1984 Rutin merupakan antioksidan kuat. Rutin juga memproduksi perusak radikal oksigen. Rutin dapat membantu dalam menghentikan edema pada vena yang mana merupakan gejala awal dari penyakit vena kronik pada kaki. Rutin juga mempunyai efek anti-inflamasi, efek pencegahan dan penyembuhan, menghambat kanker dan kondisi pre-kanker. Selain itu, dapat mencegah atherosklerosis, mereduksi sitotoksisitas oksidasi LDL-kolesterol, dan menurunkan resiko penyakit jantung. Selain itu senggani juga mengandung kuersitrin yang juga termasuk dalam golongan flavonoid. Kuersitrin sudah diuji mempunyai aktivitas sebagai anti- inflamasi akut dan kronis pada tikus terinduksi trinitrobenzenesulfonic-acid. Pemberian kuersitrin secara peroral dengan dosis 1-5 mgkgBB dapat menurunkan tingkat myeloperoksida dan alkalin fosfat. Peningkatan atau penurunan dosis flavonoid ditandai dengan menurunnya efek. Efek anti-inflamasi akut kuersetin tidak berpengaruh terhadap pengrusakan fungsi netrofil atau penghambatan lipoksigenase. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya proteksi mukosa atau peningkatan perbaikan mukosa sekunder untuk kenaikan pertahanan melawan oksidatif berbahaya dan perbaikan fungsi usus normal. Akibatnya dapat menurunkan resiko terjadinya kerusakan usus pada saat terjadi diare. Berikut ini adalah struktur kimia kuersitrin. Gambar 4. Struktur kimia quercitrin de Medina, Galvez,Romero, dan Zarzuelo, 1996 Flavonoid umumnya larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70. Pada penyarian lebih lanjut digunakan petroleum eter, etanol 80, dan pelarut organik lain, tetapi flavonoid tetap berada dalam lapisan air Harborne, 1984. b. Tanin Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin dapat tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan kayu. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan bengkak edema, radang, dan sekresi pada gastrointestinal dan pada abrasi kulit Harborne, 1984. Secara kimiawi terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan oligomer yang lebih tinggi Harborne, 1984. Tanin yang terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim seperti tannase Evans, 2002. Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau campuran etanol-air Robinson, 1995. c. Steroid triterpenoid Steroid merupakan lemak yang dikarakteristikkan mempunyai kerangka karbon yang dihubungkan dengan empat cincin Anonim, 2006. A B C D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 24 1 24 2 28 29 30 16 Gambar 5. Struktur umum steroid Anonim, 2006 . Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa sebagai hormon kelamin, asam empedu, dan lain-lain, namun pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa ‘fitosterol’ yang mungkin terdapat dalam tiap tumbuhan tinggi tersebut yaitu sitosterol dahulu dikenal sebagai β-sitosterol, stigmasterol, dan kampestrol. HO Et Gambar 6. Struktur kimia β-sitosterol Harborne, 1984. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isoprena. Triterpenoid dapat dibagi menjadi 4 golongan senyawa yaitu triterpenoid sebenanya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Banyak triterpena yang dikenal dalam tumbuhan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut adalah triterpena pentasiklik α-amyrin dan β-amyrin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. HO Me Me Me Me H Me Me H Me Me Gambar 7. Struktur kimia α-amyrin Harborne, 1984. Sebagian besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar, karena itu dapat dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan pelarut seperti benzena atau eter Robinson, 1995. d. Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dipicu oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting misalnya, kortison, estrogen kontraseptik, dll Harborne, 1987. Saponin merupakan surfaktan alami, atau detergent yang banyak ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan. Ekstrak dari tumbuhan ini biasa digunakan sebagai foaming agent pada banyak minuman. Sifat biokimianya juga memiliki aplikasi komersial di bidang industri dan banyak digunakan pada beberapa produk kosmetik dan shampo Anonim, 2004. Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai etanol atau metanol panas 70-95 Robinson, 1995.

6. Khasiat dan Kegunaan