Subjek Penelitian Metode Pengambilan Sampel Analisis Data

53 diperoleh menunjukkan semakin dalam taraf modelingnya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin dangkal tarafnya.

D. Subjek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah para biarawan biarawati yang tinggal di berbagai komunitas biara di Yogyakarta dan sekitarnya. Masing-masing biara akan diambil beberapa anggota sebagai sampelnya. Nantinya, akan terkumpul cukup banyak responden sehingga diharapkan dapat dianggap mewakili populasi yang ada. Karakteristik responden adalah biarawan-biarawati yang berada dalam tahap pembinaan di novisiat mengingat pendidikan di tingkat novisiat adalah pendidikan dasar atau awal bagi pembentukan karakter seorang biarawan biarawati sesuai yang dikehendaki tarekatnya. Hal ini dirumuskan oleh Prasetyo 2001 bahwa pendidikan di tingkat novisiat bertujuan untuk: 1. Tahun Pertama Penanaman dan pendalaman hidup dalam dimensi transendental, dengan pemupukan dimensi kontemplatif hidup seturut spiritualitas dan karisma kongregasi. 2. Tahun Kedua Peningkatan kesungguhan dan kejujuran dalam membina diri semaksimal mungkin atas dasar nilai-nilai hidup dalam roh yang secara khusus dikontemplasikan selama novisiat tahun pertama. 54

E. Metode dan Alat Pengumpul Data

1. Pengembangan Alat Ukur Penelitian

a. Metode Pengumpulan data

Pengambilan data akan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada para responden. Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti Narbuko dan Achmadi, 2004. Prosedur yang dipilih dalam penelitian ini adalah kuesioner langsung, yakni pengiriman pemberian kuesioner skala secara langsung kepada orang yang akan dimintai pendapat dan keyakinannya, atau diminta untuk menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. Tipe yang digunakan adalah tipe pilihan yakni meminta responden untuk memilih salah satu jawaban dari sekian jawaban yang telah disediakan Hadi, 2004.

b. Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini, alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala sikap dengan model Interval Tampak Setara Method of Equal- Appearing Intervals dari Thurstone. Skala interval tampak setara merupakan salah satu model penskalaan stimulus yang artinya bahwa stimulus atau pernyataan diletakkan pada suatu kontinuum psikologis yang akan menunjukkan derajat favorable atau tak favorable-nya pernyataan yang bersangkutan Azwar, 2002. Jenis skala ini dianggap sesuai dengan karakteristik variabel penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 yang melihat taraf, tingkat, atau derajat kedalaman suatu komunikasi interpersonal dan modeling .

c. Langkah-Langkah Penyusunan Skala

Skala Interval Tampak Setara Method of Equal-Appearing Intervals dapat disusun melalui beberapa tahapan. Penyusunan skala ini dimulai sejak penyelesaian blue print. Langkah-langkah tersebut meliputi Suryabrata, 1999; 1 Menentukan objek sikap Obyek sikap dalam penelitian ini telah ditentukan, yaitu kedalaman komunikasi interpersonal dan kedalaman modeling. 2 Mengembangkan menghimpun sekelompok pernyataan aitem mengenai objek sikap dan Validasi Skala Langkah berikutnya ialah menyusun sejumlah aitem mengenai variabel X dan Y, atau kedalaman komunikasi interpersonal dan kedalaman modeling mengingat penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan dua variabel penelitian. Dengan demikian, akan terdapat dua rangkaian skala yang masing-masing berisi sejumlah aitem.yang nantinya akan diujicobakan kepada sejumlah anggota pengira atau panel. Validasi skala dalam penelitian ini menggunakan validitas isi content validation. Dalam pengukuran psikologis, validitas dikonsepkan sebagai sejauh mana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Azwar,2003. Penelitian ini menggunakan validitas isi yang terdiri atas validitas tampang face validation dan validitas logik logic validation untuk menguji sejauh mana alat ukur penelitian mampu mengukur sejauhmana aspek-aspek yang dibutuhkan telah tercakup dalam alat ukur penelitian. Validitas tampang dilihat dengan melihat penampilan skala sehingga dapat disimpulkan apakah skala yang disusun memberi kesan mengukur sifat yang mau diukur. Validitas logik adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atas blue print yang disusun atau lewat professional judgement. Validitas ini dapat ditunjukkan dengan adanya professional judgements oleh ahli yang mengerti pada bidang kajian penelitian ini, dalam hal ini dosen pembimbing bertindak sebagai professional yang akan mengestimasinya. 3 Mengambil data dari sekelompok panel Uji Coba Alat Ukur Dua rangkaian skala yang sudah selesai diberikan kepada panel. Tugas anggota panel adalah membaca dengan seksama setiap pernyataan satu persatu dari kedua rangkaian aitem yang telah disusun dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat favorable atau tak favorable-nya isi setiap pernyataan menurut kontinuum yang bergerak dari titik paling kiri yakni 1 sampai titik paling kanan yakni 11. Arah kiri menunjukkan kecenderungan tak favorabel sedangkan arah kanan menunjukkan arah favorabel. Dalam penilaian itu, mereka tidak boleh dipengaruhi oleh rasa “setuju” atau “tidak setuju” mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 pada isi pernyataan, melainkan semata-mata mendasarkan pada penilaiannya pada sifat favorable-nya Azwar,2002. Penilaian kelompok pengira ditunjukkan dengan titik yang dipilih sebagai derajat favorabelnya suatu aitem. Uji coba alat ukur bentuk Interval Tampak Setara dapat dilakukan kepada panel dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Dari berbagai penelitian terdahulu, hasil penilaian uji coba antara dua kelompok panel independen yang masing-masing berjumlah 15 orang saja bisa mendapatkan korelasi 0,99 Edwards, 1957. Pada penelitian ini, uji coba dilakukan dengan memilih 29 orang kelompok panel yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Uji coba alat ukur penelitian dilakukan antara tanggal 2 hingga 10 Juli 2007. Kelompok pengira yang dipilih adalah para mahasiswa Fakultas Psikologi yang telah menempuh mata kuliah Psikologi Sosial, Psikologi Komunikasi, dan Penyusunan Skala Psikologi dengan pertimbangan bahwa dengan tiga persyaratan itu mereka telah cukup memahami variabel penelitian dan prosedur dalam memberikan penilaian. Tugas masing-masing panel adalah untuk memberikan penilaian mengenai derajat bobot favorabel dan tak favorabelnya pernyataan-pernyataan dalam skala yang hendak disusun tanpa dipengaruhi rasa setuju atau tidak setuju mereka terhadap isi masing- masing pernyataan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Di bawah ini blue print yang dipakai pada skala ujicoba atas kedua variabel penelitian; Tabel 1 Blue Print Skala Kedalaman Komunikasi Interpersonal Untuk Uji coba No Karakteristik Tingkat Kedalaman Komunikasi Interpersonal Jumlah Aitem Proporsi 1 Kedalaman Tingkat 1 Taraf Hubungan Puncak 12 20 2 Kedalaman Tingkat 2 Taraf Hati Perasaan 12 20 3 Kedalaman Tingkat 3 Taraf Menyatakan Gagasan Pendapat 12 20 4 Kedalaman Tingkat 4 Taraf Membicarakan Orang Lain 12 20 5 Kedalaman Tingkat 5 Taraf Basa-basi 12 20 Format skala sikap kedalaman komunikasi interpersonal uji coba ini berupa 60 pernyataan dengan pertanyaan pada setiap aitem “Menurut Anda, sejauh mana derajat favorabel atau tak favorabel pernyataan tersebut?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Tabel 2 Blue Print Skala Kedalaman Modeling Untuk Uji Coba No Karakteristik Tingkat Kedalaman Modeling Jumlah Aitem Proporsi 1 Kedalaman Tingkat 1 Modeling Simbolik 15 25 2 Kedalaman Tingkat 2 Modeling Kondisioning 15 25 3 Kedalaman Tingkat 3 Modeling Mengubah Tingkah Laku Lama 15 25 4 Kedalaman Tingkat 4 Modeling Tingkah Laku Baru 15 25 Format skala sikap kedalaman modeling uji coba ini berupa 60 pernyataan dengan pertanyaan pada setiap aitem “Menurut Anda, sejauh mana derajat favorabel atau tak favorabel pernyataan tersebut?” . 4 Menghitung nilai skala S untuk masing-masing pertanyaan Berdasarkan penilaian setiap anggota kelompok panel kepada setiap aitem, masing-masing aitem akan dicari nilai atau harga skalanya, yang dilambangkan dengan huruf “S”, Nilai S menunjukkan bobot favorabel atau tak favorabelnya suatau aitem atau pernyataan. Semakin tinggi nilai S, aitem tersebut dianggap semakin favorable, sebaliknya nilai S yang semakin kecil menunjukkan bahwa aitem tersebut semakin tak favorabel. Namu demikian, tidak semua hasil penilaian dari panel dapat dianalisis melainkan yang 60 dianggap valid saja. Hal ini sesuai dengan Thurstone dan Chave yang menyisihkan hasil penilaian panel yang menempatkan 25 atau lebih dalam kategori yang sama Suryabrata, 1999. Hal ini juga digunakan sebagai dasar untuk memilih hasil penilaian panel mana yang akan dipakai untuk dianalisis atau tidak. Pada penelitian ini, 29 orang panel diminta untuk menilai dua skala yang diujicobakan, dengan kata lain setiap satu orang panel menilai dua skala ujicoba penelitian. Skala ujicoba kedalaman komunikasi interpersonal meloloskan 21 hasil penilaian panel yang dianggap layak untuk dianalisis, sisanya berjumlah 8 hasil penilaian dianggap tidak layak. Untuk skala kedalaman modeling, 10 hasil penilaian panel dianggap gugur, sehingga hanya ada 19 hasil penilaian panel saja yang akan dianalisis atau yang dianggap valid. 5 Menghitung penyebaran “rating” Q Kelompok Panel Setelah mendapat skor S harga skala, dilihat pula variasi distribusi penilaiannya, yang dilambangkan dengan huruf “Q”. Nilai Q merupakan indikator penyebaran penilaian dari kelompok pengira. Semakin besar nilai Q, penilaian kelompok pengira semakin bervariasi, artinya pengira tidak sependapat mengenai derajat favorabel dan tak favorabelnya aitem yang bersangkutam Azwar, 2002. Aitem yang baik adalah yang memiliki nilai Q yang kecil, karena para panel sependapat tentang favorabel atau tidaknya suatu aitem. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Berikut ini daftar tabel hasil penghitungan nilai skala S dan rating Q dari proses uji coba terhadap kelompok panel; Tabel 3 Hasil Nilai Skala S dan distribusi Penilaian Q Skala Ujicoba Kedalaman Komunikasi Interpersonal Anggota dan Pemimpin Biara Kategori Taraf Aitem Nilai Skala S Sebaran Q Aitem 1 9.3 1.5 Aitem 6

10.0 3.1

Aitem11 9.9 2.2 Aitem16 9.8 1.6 Aitem21 8.4 2.3 Aitem26 9.7 2.4 Aitem31 10.1 1.9 Aitem36 7.9 5.3 Aitem41 9.1 3.0 Aitem46 9.4 5.7 Aitem51 9.7 1.7 Hubungan Puncak Aitem56 9.3 1.8 Aitem 2 9.4 4.0 Aitem7 8.8 2.4 Aitem12 9.1 1.8 Aitem17 9.1 1.5 Aitem22 9.0 4.6 Aitem27 9.9 2.4 Aitem32 9.1 3.2 Aitem37 8.9 2.2 Aitem42 9.7 2.8 Aitem47 10.0 1.5 Aitem52 8.7 1.9 Perasaan Aitem57 9.0 1.2 Aitem 3 6.6 1.6 Aitem8 3.4 2.2 Aitem13 5.0 3.2 Aitem18 4.4 2.1 Aitem23 6.0 2.9 Pendapat Gagasan Aitem28 4.1 2.5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Aitem33 5.9 5.4 Aitem38 4.0 2.6 Aitem43 4.5 3.2 Aitem48 5.4 2.8 Aitem53 4.6 3.0 Aitem58 3.3 4.5 Aitem 4 6.4 3.3 Aitem9 4.1 3.1 Aitem14 3.6 1.9 Aitem19 3.1 1.9 Aitem24 3.4 3.9 Aitem29 3.4 2.9 Aitem34 3.6 2.8 Aitem39 4.9 4.7 Aitem44 4.0 2.3 Aitem49 3.6 1.9 Aitem54 4.0 2.7 Membicarakan Orang Lain Aitem59 3.7 3.1 Aitem 5 3.1 2.2 Aitem10 2.2 2.2 Aitem15 1.9 1.2 Aitem20 2.1 1.3 Aitem25 2.9 1.9 Aitem30 2.3 2.4 Aitem35 3.0 2.3 Aitem40 2.1 1.9 Aitem45 2.2 2.4 Aitem50 2.7 1.6 Aitem55 2.7 2.0 Basa-basi Aitem60 3.6 2.2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Tabel 4 Hasil Nilai Skala S dan distribusi Penilaian Q Skala Ujicoba Kedalaman Modeling Anggota terhadap Pemimpin Biara Kategori Taraf Aitem Nilai Skala S Sebaran Q Aitem 1 9.6 1.9 Aitem 5 8.9 1.0 Aitem9 9.0 2.7 Aitem13 9.3 2.7 Aitem17 9.9 1.4 Aitem21 8.6 4.0 Aitem25 9.6 2.4 Aitem29 5.1 5.4 Aitem33 9.1 1.5 Aitem37 9.8 1.8 Aitem41 9.2 1.8 Aitem45 10.1 1.3 Aitem49 9.8 5.0 Aitem53 9.8 2.5 Simbolik Aitem57 9.0 2.3 Aitem 2 7.8 4.4 Aitem 6 7.8 1.7 Aitem10 7.1 3.8 Aitem14 7.8 2.5 Aitem18 7.8 2.0 Aitem22 7.3 1.4 Aitem26 6.9 3.2 Aitem30 4.0 5.4 Aitem34 3.6 5.3 Aitem38 7.4 3.2 Aitem42 7.8 1.9 Aitem46 6.6 3.7 Aitem50 6.3 5.0 Aitem54 6.8 3.4 Kondisioning Aitem58 6.7 3.5 Aitem 3 3.8 2.7 Aitem7 4.7 3.9 Aitem11 4.4 3.2 Aitem15 4.0 2.3 Aitem19 4.4 2.7 Mengubah tingkah laku lama Aitem23 3.5 3.1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Aitem27 4.7 4.0 Aitem31 3.9 2.8 Aitem35 4.1 2.0 Aitem39 4.1 2.6 Aitem43 4.9 2.3 Aitem47 4.6 2.4 Aitem51 5.0 3.8 Aitem55 3.9 1.9 Aitem59 3.7 2.4 Aitem 4 2.7 2.4 Aitem8 3.0 3.1 Aitem12 2.1 2.2 Aitem16 2.9 2.5 Aitem20 2.4 2.7 Aitem24 2.7 3.0 Aitem28 4.0 6.3 Aitem32 2.9 3.5 Aitem36 2.4 4.3 Aitem40 6.0 5.9 Aitem44 4.5 3.8 Aitem48 3.0 3.2 Aitem52 2.9 2.5 Aitem56 2.9 2.8 Tingkah laku baru Aitem60 2.1 3.9 6 Menyeleksi Sejumlah aitem Nilai S dan Q dari masing-masing aitem nantinya akan dijadikan dasar pertimbangan apakah aitem tertentu akan diikutsertakan dalam alat ukur nantinya. Setelah semua aitem dari dua rangkaian pernyataan diketahui nilai skala S dan distribusi penilaiannya Q, peneliti akan memilih sekitar dua puluh aitem terbaik untuk masing-masing rangkaian, mengingat skala model Interval Tampak Setara tidak memerlukan terlalu banyak pernyataan Azwar, 2002. Pemilihan aitem-aitem terbaik ini didasarkan pada nilai S dan Q dari setiap aitem. Kriteria aitem yang baik adalah pernyataan yang mempunyai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 nilai Q kecil dengan S yang bervariasi. Apabila terdapat dua atau lebih pernyataan mempunyai nilai S sama, hendaknya pernyataan yang diambil adalah yang memiliki nilai Q kecil Azwar, 2002. Dengan nilai Q yang kecil, berarti semakin kecil variasi pendapat anggota kelompok penira akan derajat favotabel dan tak favorabelnya suatu pernyataan aitem. Pada penelitian ini, aitem yang dipilih berjumlah sekitar 20. Berdasar prosedur seleksi aitem yang telah disebutkan, aitem yang dipilih untuk pengukuran sikap kedalaman komunikasi interpersonal dari hasil uji coba berjumlah 20 buah yaitu aitem 1, 6, 9, 10, 12, 15, 18, 21, 23, 25, 36, 37, 44, 48, 49, 50, 52, 53, 57, dan 60. Aitem-aitem tersebut akan disusun kembali secara acak sebagai skala penelitian dengan diberi nomor urut baru 1 sampai dengan 20. Berikut ini tabel sebaran aitem untuk skala penelitian kedalaman komunikasi interpersonal; Tabel 5 Sebaran Aitem Skala Kedalaman Komunikasi Interpersonal Untuk Penelitian Taraf Taraf Kedalaman Komunikasi Intepersonal Aitem Yang Tidak Dipakai Aitem Yang Dipakai Proporsi Aitem Yang Dipakai 1 Taraf Hubungan Puncak 11, 16, 26, 31, 41, 46, 51, 56 1, 6, 21, 36 20 2 Taraf Hati Perasaan 2, 7, 17, 22, 27, 32, 42, 47 12, 37, 52, 57 20 3 Taraf Menyatakan 3, 8, 13, 28, 33, 38, 18, 23, 48, 20 66 Gagasan Pendapat 43, 58 53 4 Taraf Membicarakan Orang Lain 4, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 54 9, 44, 49, 59 20 5 Taraf Basa-basi 5, 20, 30, 35, 40, 45, 55, 60 10, 15, 25, 50 20 Prosedur yang sama digunakan untuk memilih aitem skala kedalaman modeling. Aitem-aitem yang dipilih antara lain 4, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 16, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 38, 41, 43, dan 54. Aitem-aitem tersebut juga akan diberi nomor urut kembali setelah sebelumnya diacak urutannya. Hasilnya menjadi skala penelitian kedalaman modeling. Berikut ini sebaran aitem ntuk skala penelitian kedalaman modeling; Tabel 6 Sebaran Aitem Skala Kedalaman Modeling untuk Penelitian Taraf Taraf Kedalaman Modeling Aitem Yang Tidak Dipakai Aitem Yang Dipakai Proporsi Aitem Yang Dipakai 1 Taraf Modeling Simbolik 1, 9, 17, 25, 33, 37, 45, 49, 53, 57 5, 13, 21, 29, 41 25 2 Taraf Modeling Kondisioning 2, 10, 14, 18, 30, 34, 42, 46, 50, 58 6, 22, 26, 38, 54 25 3 Taraf Modeling Mengubah Tingkah Laku Lama 3, 7, 15, 19, 35, 39, 47, 51, 55, 59 11, 23, 27, 31, 43 25 4 Taraf Modeling Tingkah Laku Baru 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60 4, 8, 12, 16, 20 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 7 Mengatur pernyataan pernyataan itu secara rambang Setelah terpilih 20 aitem terbaik untuk masing-masing rangkaian, semua aitem tersebut disusun dengan diberi nomor urut baru. Pada tahap inilah sebuah skala interval tampak setara selesai disusun menjadi bentuk skala sikap yang nantinya akan diberikan kepada para responden. Namun dalam penelitian, responden hanya akan diminta untuk menjawab “setuju” atau “tidak setuju” saja dari masing-masing aitem pernyataan kuesioner. Nantinya, hanya aitem yang disetujui oleh responden saja yang akan diperhatikan. Karena setiap aitem telah memiliki nilai skala atau S, variabel yang diukur akan terlihat dari total skor S dari setiap aitem dibagi dibagi jumlah aitem yang dijawab setuju atau dengan mencari median setelah nilai S diurutkan dari yang terkecil. Skor tersebut menunjukkan sikap seseorang atas variabel pengukuran. Dengan kata lain, skor akhir yang didapat dari setiap rangkaian skala itulah yang merupakan nilai sikap mereka, baik kedalaman komunikasi interpersonal maupun kedalaman modeling.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas memiliki definisi keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi Azwar, 2001. Secara sederhana, reliabilitas adalah sejauhmana alat ukur akan menunjukkan hasil yang relatif konsisten dalam pengukurannya. Mengingat penelitian ini hanya dilakukan sekali, penentuan tingkat reliabilitas alat ukur penelitian ini adalah dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 menggunakan konsistensi internal melalui koefisien alpha masing-masing skala yang didapatkan dari penggunaan uji statistik analisis varians dalam SPSS 11.5 for Windows. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin mendekati 1,00, reliabilitasnya semakin tinggi. Sebaliknya koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Hasil final skala penelitian yang disusun menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas skala kedalaman komunikasi interpersonal sebesar 0,7977 sedangkan skala kedalaman modeling sebesar 0,8309. Dengan koefisien sebesar itu, dapat dilihat bahwa kedua skala memiliki tingkat keterandalan reliabilitas yang cukup memuaskan.

F. Metode Pengambilan Sampel

Subjek penelitian diambil melalui purposive sampling. Purposif sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada tujuan tertentu dan didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu yang telah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini, sampel adalah para biarawan-biarawati yang berada pada tingkat pendidikan novisiat yang tinggal di daerah Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Uji - Korelasi. Karena penelitian ini ingin mengetahui korelasi dua variabel penelitian dalam satu saja, maka Uji - Korelasi dipilih sebagai alat untuk pembuktiannya. Program yang dipilih untuk mendukung pengolahan data dari penelitian ini adalah Correlation Product Moment Person dengan bantuan program SPSS 11.5 for Windows. Jika melalui pengujian ini ditemukan adanya korelasi, dapat diartikan bahwa kedua variabel penelitian yang didapat dari subyek penelitian benar-benar memiliki korelasi atau hubungan. 70

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di komunitas-komunitas novisiat yang berada di Yogyakarta. Novisiat adalah salah satu bentuk komunitas biara sekaligus bentuk tahapan formasi baca: pendidikan bagi para calon biarawan-biarawati. Secara umum, sebelum memasuki novisiat, para calon harus melewati tahapan aspiran dan postulan. Aspiran memakan waktu beberapa bulan hingga kurang lebih dua tahun, sedangkan postulan satu hingga dua tahun, tergantung kebijakan masing- masing kongregasi atau ordo. Sebelum menentukan komunitas mana yang dipilih untuk pengambilan data penelitian, peneliti mengumpulkan daftar komunitas biara yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasar informasi yang didapat, ada 10 komunitas novisiat yang ada di daerah ini, namun hanya 9 komunitas yang digunakan sebagai tempat pengambilan data dan satu komunitas yang tidak dipakai mengingat komunitas tersebut hanya memiliki satu anggota saja, yaitu Novisiat Suster RGS di Bantul. Sembilan komunitas tersebut antara lain; a. Novisiat dan Postulat Suster OP Ordo Praedicatorum - Ordo Pewarta Santo Dominikus yang berada di Jl. Melati Wetan 55 Baciro, Yogyakarta b. Novisiat Bruder MTB Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda di Jl. Gedongkuning, Desa Jeruk Legi Rt 13A 35 No 547-B, Banguntapan, Bantul