74 variabel yang diukur mengikuti suatu distribusi normal atau tidak. Cara ini dapat
dilakukan dengan bantuan program One Sample Kolmogorov Smirnov Test pada SPPS versi 11.5. Pada penelitian ini, hasil uji normalitas menunjukkan taraf
signifikansi yang didapat oleh variabel Kedalaman Komunikasi Interpersonal
sebesar 0.151 0,05 dan variabel Kedalaman Modeling sebesar 0,124 0,05
yang berarti bahwa hasil penelitian kedua variabel penelitian itu mengikuti distribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel penelitian, yaitu hubungan antara kedalaman komunikasi interpersonal
dan kedalaman modeling, mengikuti fungsi linear. Cara ini dapat ditempuh dengan bantuan program SPSS 11.5. Pada pengujian ini didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0.015 0.05 yang berarti bahwa hubungan yang ada di
antara kedua variabel penelitian mengikuti fungsi garis linear.
D. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Subyek dalam penelitian ini sebanyak 66 orang novis baik suster, frater, maupun bruder. Berikut di bawah ini disajikan deskripsi data hasil penelitian
kedua variabel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75 Tabel 8
Deskripsi Hasil Penelitian
Skor Mean SD
Teoretis Empiris Variabel N
Max Min Max Min Teoretis Empiris Teoretis
Empiris Kedalaman
Kom.Interpersonal 66 10 0 8.99
3.63 5.0
7.04 7,07 0.94
Kedalaman Modeling
66 9.3 0 9.00 5.24
4.65 6.53
6,58 0.88
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa skala kedalaman komunikasi interpersonal menghasilkan skor teoretis tertinggi yang mungkin dicapai oleh
subyek penelitian sebesar 10, sedangkan skor teoretis terendah adalah 0. Dari skor ini, didapatkan hasil mean teoretis adalah 10 – 0 : 2 = 5. Berdasar data yang
diperoleh dari penelitian, didapatkan skor tertinggi skor tertinggi empiris sebesar 8,99, dan skor terkecil skor terkecil empiris 3,63 sehingga didapatkan mean
empiris sebesar 7,04. Skor ini didapat dari jumlah keseluruhan skor yang didapat dari subyek dibagi jumlah subyek yang ikut dalam penelitian. Dari sini dapat
dilihat bahwa rata-rata empiris lebih tinggi dari pada rata-rata teoretisnya. Hal ini berarti bahwa secara umum responden sudah memiliki komunikasi interpersonal
yang cukup mendalam. Standar deviasi teroretis sebesar 7,07 lebih besar daripada standar deviasi empirisnya yakni sebesar 0,94. Hal ini menunjukkan skor sikap
para responden penelitian yang cenderung homogen atau tidak terpaut jauh satu dengan yang lain. Dengan melihat mean empiris yang cenderung lebih besar dari
mean teoretis, dan standar deviasi yang cenderung kecil, peneliti menemukan bahwa responden sudah memiliki komunikasi interpersonal pada taraf mendalam
76 dimana kemendalaman taraf komunikasi interpersonal ini ada secara merata di
antara responden penelitian. Skala kedalaman modeling terdiri atas 20 aitem yang dipilih berdasar
prosedur yang sama dengan skala kedalaman komunikasi interpersonal. Skor teoretis tertinggi yang mungkin didapatkan dari skala ini adalah 9,3 dan skor
teoretis terendah yang mungkin adalah 0 sehingga mean teoretis yang didapat sebesar 9,3 – 0 : 2 = 4,65. Skor empiris tertinggi sebesar 9 dan skor empiris
terendah sebesar 5,24. Cara yang sama juga digunakan untuk mendapatkan mean empiris dari skala kedalaman modeling. Mean empiris dari variabel ini sebesar
6,53. Karena mean empiris juga lebih besar dari mean teoretisnya, berarti responden juga memiliki kedalaman modeling yang cukup tinggi. Dengan kata
lain, secara umum responden memiliki perilaku modeling pada taraf yang cukup mendalam. Standar deviasi teroretis sebesar 6,58 juga lebih besar daripada standar
deviasi empirisnya yakni sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa skor responden penelitian pada skala ini juga cenderung homogen. Dengan melihat
mean empiris yang cenderung lebih besar dari mean teoretis, dan standar deviasi yang cenderung kecil pada variabel kedua ini, peneliti juga dapat menyatakan
bahwa perilaku modeling pada taraf mendalam sudah ada secara merata pula di antara responden penelitian.
2. Hasil Uji Hipotesis