Korelasi antara Kedalaman Komunikasi Interpersonal

42 peran untuk memunculkan modeling atas pemimpinnya itu. Sears 1999 memiliki kesimpulan bahwa semakin baik penilaian seseorang terhadap komunikator, semakin mudah orang itu mengubah sikapnya. Konteks perilaku modeling dalam biara adalah bagian dari rangkaian proses formatio para anggota biara. Formatio dalam biara kita mengerti sebagai proses pembentukan karakter pribadi seorang anggota biara. Dalam proses itu, setiap anggota biara akan didampingi oleh pemimpin biara itu. Oleh karena itu selama formatio masih berlangsung, proses belajar melalui modeling senantiasa mungkin terjadi.

D. Korelasi antara Kedalaman Komunikasi Interpersonal

Anggota dan Pemimpin Biara dengan Kedalaman Modeling Anggota Terhadap Pemimpin Biara Dalam keseharian hidup di biara, para biarawan dan biarawati melakukan komunikasi antara satu dengan yang lain, salah satunya komunikasi dengan pemimpin mereka. Komunikasi itu tentu memiliki taraf kedalaman yang berbeda- beda; ada yang dangkal, ada pula yang sedang, dan ada yang mendalam. Dengan komunikasi yang mendalam, anggota biara dapat mengungkapkan segala perasaan dan permasalahan yang dia hadapi. Hal ini dapat terjadi saat bimbingan rohani misalnya. Apabila pemimpin bisa mendengarkan dengan sungguh-sungguh, ia merasa dipahami dan dimengerti secara penuh. Beda lagi dengan yang lain ketika ia merasa sungkan karena memiliki pengalaman merasa kurang dapat diterima oleh pemimpinnya sehingga komunikasi mereka menjadi dangkal. Pengalaman 43 yang berbeda-beda ini membuat berbeda-beda pula kedalaman komunikasi interpersonal dengan pemimpin mereka. Komunikasi interpersonal yang mendalam antara pemimpin biara dengan anggotanya menuntut adanya sikap saling percaya, terbuka, dan jujur. Dengan komunikasi semacam ini, mereka akan saling mudah memahami dan menerima apa yang disampaikan lawan bicaranya. Tahap inilah yang dapat digunakan oleh pemimpin biara untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan bagi para anggotanya. Dengan komunikasi yang mengandalkan penerimaan tanpa syarat, keduanya akan mudah untuk saling memberi dan menerima, anggota memberikan informasi perkembangan panggilan beserta permasalahan, pemimpin dapat memberikan masukan atau arahan untuk pengolahan panggilan anggotanya. Keadaan di seperti ini cukup membuka peluang terjadinya modeling terlebih lagi apabila komunikasi ini dibangun antara seorang pemimpin dengan anggotanya bisa dibaca: bawahnnya maka anggota akan dengan penuh kepercayaan menerima apa yang disampaikan pemimpinnya itu. Hal ini memiliki kemungkinan yang besar karena pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku dan kepercayaan kelompok Sears, dkk, 2004. Keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dari pemimpin biara juga dapat memunculkan anggapan bahwa pemimpin mereka memiliki sifat ramah, terbuka, pengertian, menerima, dan sebagainya. Padahal, sifat-sifat positif seperti ramah dan terbuka juga menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh dalam memunculkan perilaku modeling Alwisol, 2006. Berbagai sikap yang ada dalam pemimpin seperti ini dapat menjadi teladan bagi anggotanya. Hal tersebut sesuai 44 dengan apa yang diungkapkan oleh Meadow 1989 bahwa “teladan menggambarkan bagaimana seseorang terpengaruh oleh apa yang dilihat dari apa yang dilakukan oleh orang lain”. Dengan alur pemikiran semacam ini, peneliti berpandangan bahwa anggota biara akan dengan mudah menerima pendapat dari pemimpin mereka ketika mereka mampu membangun komunikasi dengan penuh keterbukaan, kejujuran, saling percaya, dan santun. Oleh karena itu, semakin dalam komunikasi interpersonal semakin bebas pula orang dapat saling mengungkapkan dan menerima perasaan, pendapat, ide, gagasan, usulan dan hal lain dari lawan bicara bdk. kedalaman komunikasi interpersonal taraf hubungan puncak, Supratiknya, 1995 sehingga memunculkan modeling. Modeling nantinya dapat berbentuk meniru perilaku model, pola pikir, penambahan dan pengurangan hasil belajar sebelumnya, dinamika emosi, nilai-nilai keutamaan, nilai-nilai spiritualitas, dan lainnya. Dengan mempercayai dan menerima apa yang disampaikan oleh pemimpinnya, para anggota biara dapat mengikuti baca: meniru berbagai pandangan, ide, perilaku, cara hidup, dan nilai-nilai pemimpinnya yang mungkin selama ini belum ada dalam dirinya. Semakin dalam komunikasi interpersonal yang dibangun, semakin modeling sampai kepada internalisasi nilai-nilai dari model. Pemahaman tersebut dapat kita mengerti dengan bagan di bawah ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 Bagan 1 Munculnya Perilaku Modeling Dalam Komunitas Biara Hipotesis Berdasar pada pemahaman tersebut di atas, peneliti memiliki hipotesis bahwa dalam penelitian ini akan ditemukan adanya korelasi positif antara kedalaman komunikasi interpersonal dengan kedalaman modeling: semakin mendalam komunikasi interpersonal yang dibangun, semakin dalam pula taraf kedalaman modeling. Sebaliknya, semakin dangkal komunikasi interpersonalnya, semakin dangkal pula modeling yang dilakukan. KOMUNIKASI INTERPERSONAL Mendalam dengan anggota Munculnya persepsi positif anggota terhadap Pemimpin biara Adanya penerimaan ide, pola berpikir, gaya hidup, MODELING terhadap pemimpin biara Timbulnya perasaan nyaman dan diterima oleh pemimpin Proses tukar menukar ide, gagasan, informasi, tentang 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian: Penelitian Korelasional

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional correlational research. Penelitian korelasional mengacu pada upaya menghubungkan antara dua atau lebih variabel penelitian. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan menentukan seberapa besar variasi- variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau beberapa faktor lain berdasarkan koefisien korelasi Narbuko dan Achmadi, 2004, dan Danim, 2002. Danim 2002 menambahkan bahwa penelitian korelasional tidak dimaksudkan untuk menelaah hubungan sebab akibat. Hal ini juga ditekankan oleh Winarsunu 2004 bahwa betapa pun kuatnya taraf korelasi yang ditemukan, penelitian ini tidak menunjukkan mekanisme sebab-akibat. D’amato dalam Latipun, 2004 menegaskan bahwa prinsip model penelitian ini adalah menghubungkan sejumlah variabel tetapi tidak melakukan manipulasi terhadapnya. Maksudnya adalah bahwa variabel-variabel tersebut terjadi bukan karena perlakuan peneliti melainkan telah ada sebelumnya. Penelitian ini mengambil dua variabel penelitian, dimana variabel pertama disebut dengan Variabel X dan variabel kedua kita sebut dengan Variabel Y. Dalam penelitian korelasional, dua variabel akan diukur secara sistematis, dan korelasi di antara keduanya dapat ditaksir, sehingga kita akan dapat memprediksikan seberapa besar suatu variabel berdasar variabel yang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI