20 keyakinan, atau bahkan iman mereka dengan perasaan bebas dan saling
menerima. Dua pandangan tersebut dapat dikatakan serupa karena sebagian besar
karakteristik muncul pada tingkatan yang sama. Namun demikian, penelitian ini akan menggunakan model taraf kedalaman komunikasi interpersonal dari John
Powell dalam Supratiknya 1995 yang membagi taraf kedalaman komunikasi interpersonal ke dalam lima tingkatan. Yang menjadi pertimbangan adalah bahwa
taraf komunikasi yang disusun oleh John Powell memiliki pembagian yang lebih banyak dan sekaligus memberikan informasi yang lebih luas dibandingkan yang
disusun oleh Hardjana sehingga memungkinkan untuk dapat dilihat variasi taraf kedalaman komunikasi yang lebih besar.
B. Kedalaman Modeling
1. Pengertian Modeling
Ilmu psikologi memahami bahwa manusia senantiasa berkembang karena proses belajar yang dilaluinya dalam seluruh perjalanan hidupnya. Salah satu
bentuk belajar seorang individu adalah mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan jalan meniru sikap dan perilaku orang lain yang menjadi model. Cara
belajar seperti ini menjadi salah satu kajian diskusi para ilmuwan psikologi tentang proses yang lebih luas atas proses belajar yang dialami oleh seseorang
lewat pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, seperti apa yang disebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 dengan imitasi, modeling, observational learning, peniruan, dan mungkin istilah
lainnya. Apakah modeling itu? Beberapa sumber menganggap adanya kesamaan arti
antara modeling dan imitasi. Ada pula yang menganggap imitasi sebagai salah satu bentuk modeling. Kamus Psikologi, karangan J.P. Chaplin 2003 yang
diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, mendefinisikan imitasi sebagai meniru perbuatan orang lain dengan sengaja, sedangkan modeling diartikan dengan
belajar memberikan reaksi dengan jalan mengamati orang lain yang tengah mereaksi. Definisi tersebut tidak begitu jelas maksudnya karena tidak ada
penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Akan tetapi, di dalam kamus tersebut, modeling juga dapat diartikan sebagai imitasi, peniruan, atau menirukan.
Pengertian mengenai modeling juga diuraikan oleh Alwisol 2006. Ia menerjemahkan kata modeling dengan kata ‘peniruan’ meskipun istilah dalam
Bahasa Indonesia ini dirasa tidak cukup mampu mencakup keseluruhan makna dari modeling itu sendiri. Namun demikian, penggunaan istilah “peniruan’ ini
dapat mewakili arti modeling. Ia mengartikan modeling sebagai usaha meniru dan atau mengulangi kembali apa yang dilakukan oleh orang lain model dengan
jalan menambah dan atau mengurangi tingkah laku yang dapat dilihat, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, serta melibatkan adanya proses
kognitif Alwisol, 2006. Dengan demikian, modeling tidak semata-mata dimengerti sebagai meniru perilaku model secara persis, melainkan juga melihat
dinamika yang ada dalam tataran kognitif individu yang melakukannya, seperti menambah, mengurangi, menggabungkan, dan sebagainya, sehingga muncul
22 perilaku yang baru. Bagaimana bentuk-bentuk modeling itu terjadi, akan diuraikan
pada sub bab berikutnya. Bandura 1986 mengungkapkan berbagai macam rumusan yang mencoba
menjelaskan mengenai arti modeling. Dalam bukunya, setidaknya terdapat 3 dasar pendekatan untuk memahami makna dari modeling. Menurutnya, dalam konsep
lama atau tradisional, banyak di antara pemikir yang mengartikan modeling sebagai imitasi. Mereka melihat bahwa modeling adalah proses dimana seseorang
berusaha mengikuti perbuatan-perbuatan orang lain. Seiring waktu berjalan, pemahaman tradisional ini dirasa membatasi power yang ada dalam proses itu
Anggapan ini muncul karena modeling bukan hanya dipandang sebagai meniru perilaku secara persis apa yang dilakukan oleh orang lain, melainkan ada proses
pengolahan dalam diri pengamat sehingga dapat menciptakan perilaku baru dengan sedikit atau banyak variasi nantinya. Beralih kepada pandangan tradisi
kalangan psikodinamik, beberapa tokoh kepribadian dan perkembangan mengintepretasikan modeling sebagai identifikasi. Mereka menganggap
identifikasi berasal dari proses adopsi terhadap pola-pola perilaku, representasi simbolik model, motif-motif, nilai, idealisme-idealisme, dan kesadaran yang ada
dalam diri orang lain. Sedangkan menurut teori sosial-kognitif, modeling menunjukkan berbagai macam proses penyesuaian psikologis karena cukup
banyak mempengaruhi dinamika seseorang jika dibandingkan dengan istilah imitasi yang terasa lebih sempit maknanya. Oleh karenanya, wilayah
pembelajaran melalui modeling dibagi ke dalam lima bentuk fenomena, seperti yang diuraikan secara khusus pada sub bab yang kedua di bawah ini.
23
2. Kedalaman Modeling