Karakteristik Model yang Mempengaruhi Terjadinya Modeling

30

4. Karakteristik Model yang Mempengaruhi Terjadinya Modeling

Ada beberapa karakteristik model yang mempengaruhi seseorang melakukan modeling antara lain usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan Alwisol, 2006. Usia adalah menyangkut seberapa jauh jarak umur antara pengamat dengan model, semakin sedikit perbedaan umurnya semakin besar peluang terjadinya modeling. Ia memberi contoh bahwa anak kecil akan lebih tertarik meniru model yang seumuran dengannya dibanding dengan mereka yang memiliki umur jauh di atasnya. Sedangkan status sosial adalah seberapa tinggi atau rendah seseorang memiliki kedudukan dalam lingkungan masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat misalnya pemimpin, cenderung memiliki potensi untuk dijadikan model daripada mereka yang tidak memilikinya. Seks menyangkut jenis kelamin pihak yang dijadikan model. Jenis kelamin model yang sama dengan pengamat lebih sering dijadikan model. Menurut Alwisol 2006, anak gadis akan lebih suka mengimitasi ibu daripada ayahnya. Kehangatan menunjukkan sikap mau menerima orang lain secara akrab misalnya, anak kecil tentu akan mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka. Kemampuan menunjukkan berbagai kelebihan yang dimiliki model. Seseorang akan meniru model yang memiliki prestasi lebih baik darinya. Selain berbagai karakteristik tersebut di atas, masih ada beberapa karakteristik yang ditulis Hergenhahn dan Olson 1997 seperti dihormati oleh banyak orang, memiliki kekuasaan, dan memiliki sifat menarik juga cenderung dijadikan model. Kita mengerti apabila model tentu dianggap memiliki ‘nilai lebih’ dibandingkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 orang yang menjadi pengamat observer. Berarti di sana, ada persepsi positif terhadap figur yang dijadikan modelnya. Perilaku modeling dapat terjadi dimanapun sekelompok masyarakat itu berada; rumah, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, dan tentu juga di sebuah komunitas biara. Modeling terjadi karena ada beberapa karakteristik model yang turut menentukan. Biasanya, berbagai karakteristik model tersebut disesuaikan dengan karakteristik pengamat yang akan melakukan modeling. Artinya ialah bahwa observer atau pengamat perlu mempertimbangkan kembali apakah karakteristik model, seperti kemampuan, gaya hidup, pola berpikir, dan sebagainya itu, berada dalam jangkauannya; pengamat melihat keadaan dirinya apakah ia mampu melakukan peniruan terhadap apa yang ada dalam diri modelnya. Peneliti memahami bahwa faktor keramahan dan keterbukaan yang ada pada seseorang juga memiliki kekuatan dalam memunculkan modeling pada orang lain pengamat karena hal ini juga memunculkan persepsi positif dalam diri pengamat atas diri model. Keramahan dan keterbukaan itu dapat kita lihat dengan sejauh mana seseorang mampu menerima orang lain secara hangat lewat komunikasi dan hidup sehari-hari; keterbukaannya, kesediaan membangun kepercayaan, kejujuran, dan sebagainya. Dalam konteks penelitian ini, peneliti memiliki kerangka berpikir bahwa seorang pemimpin dalam suatu kelompok yang mampu membangun keramahan dan keterbukaan dalam komunikasi interpersonalnya memiliki peluang bagi terjadinya modeling para anggotanya. 32

C. BIARA