Jika dilihat dari tabel diatas, nilai uji-t berpasangan berbeda rata-rata konsep  diri  pra  tindakan  dengan  siklus  I  sebesar  -6,10.  Artinya  ada
peningkatan  konsep  diri  anak  setelah  diberikan  tindakan  dengan  rata- rata peningkatan sebesar 6,10. Nilai t hitung sebesar -6,588 dengan Sig
0,00.  Karena  Sig    0,05  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  rata-rata konsep  diri  anak  pada  pra  tindakan  dan  siklus  I  terdapat  perbedaan.
Kemudian, dapat dinyatakan bahwa perilaku mempengaruhi konsep diri anak secara signifikan.
Nilai  uji-t  berpasangan  berbeda  rata-rata  antara  konsep  diri  pada siklus  I  dengan  konsep  diri  anak  pada  siklus  II  sebesar  -5,50.  Artinya
ada  peningkatan  konsep  diri  anak  setelah  diberikan  tindakan  dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,50. Nilai t hitung sebesar 6,906 dengan
Sig 0,00. Sig  0,05 maka dapat disimpulkan rata-rata konsep diri anak pada siklus I dan siklus II adanya perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa
perlakuan mempengaruhi konsep diri anak secara signifikan.
C. Pembahasan
Bimbingan  kelompok  menggunakan  metode  sosiodrama  adalah bimbingan  yang  dirancang  untuk  memberikan  kesempatan  kepada  anak
untuk  mengekspresikan  diri  dan  melatih  anak  untuk  bisa  lebih  percaya diri.  Metode  sosiodrama  dalam  bimbingan  kelompok  membantu  anak
untuk lebih percaya diri, mengurangi rasa malu, lebih komunikatif dengan
orang  lain,  dan  berani  tampil.  Penggunaan  metode  sosiodrama  dapat membantu anak-anak untuk bisa meningkatkan konsep diri mereka.
Melalui  sosiodrama  ini  anak  dilatih  untuk  bisa  mengembangkan kepribadiannya,  anak  diajarkan  juga  cara  berekspresi  yang  pas.  Melalui
sosiodrama ini, peneliti ingin memberikan sesuatu yang berbeda dari yang lain  dimana  anak  menjadi  senang  dengan  adanya  bimbingan  kelompok.
Hal  ini  sependapat  dengan  Romlah  2006:  3  yang  menyatakan  bahwa seorang  guru  pembimbing  dalam  proses  bimbingan  dan  konseling  tentu
tidak  dapat  lepas  dari  metode-metode  dalam  bimbingan  kelompok. Bimbingan  kelompok  adalah  proses  bantuan  yang  diberikan  pada  diri
siswa  dalam  situasi  kelompok.  Anak  tidak  menjadi  bosan  dengan bimbingan  yang  hanya  ceramah  saja.  Di  awal  penelitian,  sudah
menjelaskan kepada anak-anak Panti Asuhan Ghifari bahwa penelitian ini mengenai  peningkatan  konsep  diri  remaja  Panti  Asuhan  Ghifari  melalui
layanan  bimbingan  kelompok  dengan  menggunakan  metode  sosiodrama. Jadi ditegaskan bahwa dalam bimbingan akan banyak bermain drama.
Menurut  Winkel  2004:  572  sosiodrama  sangat  sesuai  sebagai kegiatan  dalam  rangka  program  bimbingan  kelompok.  Sosiodrama
merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan  yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami
dalam  pergaulan  sosial.  Metode  sosiodrama  ini  memberikan  kesempatan anak  untuk  bisa  belajar  bagaimana  cara  mengekspresikan  dirinya,
bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan yang bagaimana pula untuk
bisa membuat diri sendiri menjadi lebih percaya diri tampil di depan orang lain.  Terlihat  dari  pra  tindakan,  ada  beberapa  anak  yang  sangat  pasif  dan
tidak  mau  berbaur  dengan  teman  yang  lain.  Tetapi  setelah  dilakukan beberapa  pertemuan  dapat  dilihat  bahwa  anak  yang  tadinya  malu-malu
untuk  tampil,  sekarang  menjadi  lebih  berani  untuk  berbicara,  dan  lebih percaya  diri.  Anak  mampu  belajar  bagaimana  caranya  mengekspresikan
rasa marah, kecewa yang sesuai dengan peran yang dimainkan, anak juga mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengeluarkan pendapatnya di
dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Selain  itu,  pada  bimbingan  kali  ini  peran  peneliti  adalah  membantu
anak-anak  yang  menjadi  subyek  penelitian  untuk  bisa  meningkatkan konsep  diri  mereka  yang  masih  belum  baik.  Burn  1993  berpendapat
bahwa  konsep  diri  adalah  hubungan  antara  sikap  dan  kenyataan  tentang diri  kita  sendiri.  Dapat  disimpulkan  bahwa  konsep  diri  adalah  gagasan
tentang  diri  sendiri  yang  mencakup  keyakinan,  pandangan  dan  penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara
kita  melihat  diri  sendiri  sebagai  pribadi,  bagaimana  kita  merasa  tentang diri  sendiri,  dan  bagaimana  kita  menginginkan  menjadi  manusia
sebagaimana yang kita harapkan. Hal ini juga terlihat dari hasil angket dan hasil  observasi  yang  sudah  dilakukan.  Berdasarkan  data  yang  diperoleh
anak  yang  memiliki  konsep  diri  rendah  berusaha  untuk  menjadi  pribadi yang  lebih  baik,  anak  menyadari  bahwa  perlunya  meningkatkan  konsep
diri  yang  ada  di  dalam  diri  mereka,  agar  mereka  mampu  bersosialiasi dengan orang lain tanpa ragu-ragu, cemas, dan menutup diri.
Berdasarkan  deskripsi  hasil  penelitian  yang  telah  diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa peneliti dapat melaksanakan langkah-
langkah bimbingan dengan metode sosiodrama dengan baik. Hasil analisis data  menunjukkan  bahwa  pelaksanaan  layanan  bimbingan  kelompok
dengan  metode  sosiodrama  dapat  meningkatkan  konsep  diri  remaja  Panti Asuhan  Ghifari  Yogyakarta.  Peningkatan  konsep  diri  anak  ini  dapat
diketahui  dari  hasil  observasi  selama  proses  bimbingan  kelompok berlangsung,  selain  itu  juga  dapat  diketahui  dari  hasil  angket  yang
dibagikan  pada  saat  pra  tindakan,  siklus  I  dan  siklus  II  dapat  dilihat sebagai berikut :
1.  Pada Pra Tindakan anak yang memiliki konsep diri sangat rendah SR berjumlah  1  dengan  persentase  6  dan  konsep  diri  sedang  S
berjumlah 5 dengan persentase 29. Tindakan pada siklus I konsep diri anak  lebih  banyak  pada  kategori  tinggi  T  dan  sangat  tinggi  ST.
Enam  anak  yang  memiliki  konsep  diri  sedang  S  saat  dilakukan tindakan  siklus  I.  Pada  data  observasi  perilaku  pra  tindakan
memperoleh hasil 194. 2.  Pada siklus I persentase anak dengan kategori tinggi T mencapai 53
akan  tetapi  peneliti  belum  puas  karena  masih  ada  kategori  anak  yang sedang  S  35.  Peneliti  melakukan  tindakan  siklus  II  untuk
meningkatkan  anak  yang  memiliki  kategori  sedang  S.  Pada  data observasi perilaku memperoleh hasil 118.
3.  Beberapa anak pada siklus I memiliki kategori konsep diri sangat tinggi ST  berjumlah  2  anak  dengan  persentase  12.  Peneliti  melakukan
tindakan siklus II kategori konsep diri sangat tinggi ST berjumlah 10 anak  dengan  persentase  59.  Pada  observasi  perilaku  siklus  II
diperoleh data 54. Rata-rata peningkatan capaian skor konsep diri anak yang  awalnya  adalah  32,7  setelah  dilakukan  tindakan  siklus  I  dan  II
menjadi 44,3. Melihat rata-rata capaian skor terjadi peningkatan konsep diri anak.
Berdasarkan  hasil  observasi  konsep  diri  yang  menunjukkan  pada siklus I 65,08 dengan kualifikasi “sedang”, tetapi pada siklus II konsep diri
anak  Panti  Asuhan  Ghifari  meningkat  menjadi  90,46  dengan  kualifikasi sangat  “tinggi”.  Perhatian  tersebut  terlihat  dari  anak  yang  antusias  untuk
mengikuti  bimbingan,  aktif  dalam  kelompok,  berani  tampil  dan  tidak malu-malu,  lebih  percaya  diri  saat  memainkan  drama.  Anak  lebih
bersemangat  dalam  mengikuti  bimbingan  kelompok  dan  berani  untuk mengungkapkan  pendapatnya.  Dari  hasil  wawancara  yang  dilakukan
dengan pengasuh dan anak, dapat diperoleh keterangan secara umum, anak lebih bisa mengenali kepribadiannya, kekurangan yang dimiliki, anak juga
mengerti sifat-sifat yang ada di dalam dirinya untuk diperbaiki agar konsep diri mereka dapat meningkat.
Hasil  ini  menunjukkan  bahwa  sudah  terjadi  peningkatan  pada  konsep diri  masing-masing  anak  yang  peneliti  bimbing  selama  kurang  lebih
sebulan sehingga target dalam penelitian sudah tercapai. Berdasarkan hasil angket, observasi dan hasil wawancara yang dicapai oleh anak pada setiap
tindakan  terlihat  bahwa  terjadi  peningkatan  konsep  diri  dengan menggunakan metode sosiodrama.
D. Keterbatasan Penelitian