Kode Simbolik REPRESENTASI STEREOTYPE TIONGHOA DALAM NOVEL CLARA NG BERJUDUL DIMSUM TERAKHIR (Studi Semiologi Representasi Stereotype Tionghoa Dalam Novel Clara Ng Berjudul Dimsum Terakhir).

empuk bagi mereka semuaAkhirnya dia mau juga mengalah. Tapi you know-lah, UUD gitu,,,ujung-ujungnya duit.” TANDA DENOTATIF : pada leksia ini menunjukkan adanya tindakan diskriminasi yang timbul karena adanya stereotype yang melekat pada masyarakat mengenai etnis Cina bahwa Cina itu kaya. PENANDA KONOTATIF : jadi santapan empuk bagi mereka semua PETANDA KONOTATIF: bahwa adanya latar belakang yang didahuli stereotype Tionghoa, menjadikannya sebagai sasaran tindakan semena- mena. TANDA KONOTATIF : Adanya makna santapan empuk, dalam hal ini dijelaskan bahwa keturunan Tionghoa di Indonesia, sangat mudah untuk dijadikan sasaran atau target permasalahan yang berujung uang.

3. Kode Simbolik

Leksia 8 halaman 134 “Banyak akhirnya yang menjadi lebih Indonesia daripada orang Indonesia asli. Tapi mereka tidak dianggap sebagai tuan rumah di Negara kelahiran mereka sendiri.”halaman 134 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Leksia di atas digolongkan dalam kode simbolik yaitu kode “ pengelompokkan” atau konfigurasi yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual.Budiman, 2003:56 Leksia diatas dapat diartikan bahwa tokoh dalam novel ini yaitu kaum Tionghoa, lebih mengerti peranannaya sebagai warga Negara Indonesia dibandingkan warga Negara Indonesia asli pribumi. Pada pernyataan “Tapi mereka tidak dianggap sebagai tuan rumah di Negara kelahiran mereka sendiri” yang dimaksud mereka adalah kaum Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia. Disini dapat dilihat adanya perlakuan pembedaan yang terjadi, sehingga kaum Tionghoa di Indonesia, meski yang lahir di Indonesia statusnya sebagai warga Negara Indonesia kurang diakui secara tidak langsung. Adanya unsur Nasionalisme pada pernyataan tersebut dapat dilihat pada “Banyak akhirnya yang menjadi lebih Indonesia daripada Indonesia asli”. PENANDA : “Banyak akhirnya yang menjadi lebih Indonesia daripada orang Indonesia asli. Tapi mereka tidak dianggap sebagai tuan rumah di Negara kelahiran mereka sendiri” PETANDA : Indonesia asli dalam leksia ini adalah warga negara Indonesia yang lahir di Indonesia dan bukan keturunan dari Negara lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. TANDA DENOTATIF : pada leksia ini menjelaskan bahwa justru yang lebih mengerti perannya sebagai warga Negara Indonesia adalah kaum Tionghoa yang ada di Indonesia. PENANDA KONOTATIF : “tapi mereka tidak dianggap sebagai tuan rumah di Negara kelahiran mereka sendiri.” PETANDA KONOTATIF: bahwa mereka yang dimkaksud adalah keturunan Tionghoa yang dilahirkan di Indonesia dan berwarga Negara syah Indonesia. TANDA KONOTATIF : Dari leksia diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perlakuan berbeda yang dirasakan kaum minoritas Tionghoa di Indonesia, secara langsung maupun tidak. Belum adanya kesetaraan secara merata pada bangsa Indonesia. Leksia 6 halaman 86 “ Tampang Cina tapi tidak mampu berbahasa Cina, sudah pasti orang Indonesia. Itu sindiran baku yang tersebar dari mulut ke mulut di antara orang-orang Asia. Hanya orang-orang Cina di Indonesia yang gagap berbahasa Cina.” halaman 86 Leksia di atas digolongkan dalam kode simbolik yaitu kode “ pengelompokkan” atau konfigurasi yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual.Budiman, 2003:56 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada leksia diatas menjelaskan bahwa adanya pemahaman atau pencitraan suatu kelompok yaitu kelompok Tionghoa di Indonesia, yang pada umumnya dianggap tidak bisa berbahasa Cina. Jadi ketika salah satu tokoh disini yang tidak fasih berbahasa Cina, dengan mudah ditebak bahwa dia adalah orang Indonesia di mata mancanegara. Timbulnya pemahaman atau stereotype orang Cina di Indonesia tidak mahir brebahasa Cina, dapat menyebabkan kesenjangan lain dalam komunitas Tionghoa sendiri. Karena bisa dianggap tidak berbudaya. PENANDA : “Tampang Cina tapi tidak mampu berbahasa Cina, sudah pasti orang Indonesia. Itu sindiran baku yang tersebar dari mulut ke mulut di antara orang-orang Asia. Hanya orang-orang Cina di Indonesia yang gagap berbahasa Cina.” PETANDA : gagap mengandung arti tidak lancar berkomunikasi atau berbicara. TANDA DENOTATIF : pada leksia ini menjelaskan bahwa adanya stereotype yang timbul mengenai keturunan Tionghoa-Indonesia dalam pandangan mancanegara, bahwa orang hanya Cina Indonesia tidak fasih berbahasa Cina. PENANDA KONOTATIF : “Hanya orang-orang Cina di Indonesia yang gagap berbahasa Cina.” PETANDA KONOTATIF: bahwa di mata dunia orang Cina yang ada di Indonesia suadah pasti tidak mahir berbahasa Cina TANDA KONOTATIF : Adanya pemahaman seperti itu mampu menimbulkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kesenjangan di kalangan kaum Tionghoa itu sendiri, karena akan menimbulkan pemikiran lain yang beranggapa orang-orang Cina yang lahir di Indonesia tidak mengenal dengan baik budaya Cina budaya asli keturunan Tionghoa.

4. Kode Proaretik