Kode Hermeneutik REPRESENTASI STEREOTYPE TIONGHOA DALAM NOVEL CLARA NG BERJUDUL DIMSUM TERAKHIR (Studi Semiologi Representasi Stereotype Tionghoa Dalam Novel Clara Ng Berjudul Dimsum Terakhir).

Gnomic Leksia 10 “ Orang Cina menyukai gunung karena gunung dianggap tempat yang kokoh untuk bersandar” halaman 341 Leksia 4 “Dasar Cina sialan. Sudah belagu, sok kaya, sok borjuis pula. Itu benar-benar pelecehan kelas berat NdahMasa aku dibilang Cina sialan, Bayangkan, padahal aku sudah mau mengalah,kasih duit. Yang menabrak siapa? Yang penyok mobil siapa? Semuanya kan aku yang tanggung.”halaman 55

1. Kode Hermeneutik

Leksia 4 halaman 55 “Dasar Cina sialan. Sudah belagu, sok kaya, sok borjuis pula. Itu benar-benar pelecehan kelas berat NdahMasa aku dibilang Cina sialan, Bayangkan, padahal aku sudah mau mengalah,kasih duit. Yang menabrak siapa? Yang penyok mobil siapa? Semuanya kan aku yang tanggung.” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Hermeneutik Kode teka-teki, sebuah narasi yang dapat mempertajam permasalahan, menciptakan ketegangan misteri dan misteri sebelum memberikan pemecahan atau jawaban. Dari leksia ini menggambarkan sebuah permasalahan yang meruncing, dan terbentuk dari pelabelan diri dari seorang individu terhadap sebuah kelompok. Didalam novel ini salah satu tokoh mendapatkan sebuah pelecehan etnis. Dimana seharusnya sebagai sesama masyarakat harus saling menghargai dan menghormati. Dari leksia diatas kita dapat menyimpulkan dengan adanya stereotype yang muncul di masa lalu hingga kini mengenai bangsa Cina yang memiliki sifat yang sok dan angkuh, menyebabkan timbulnya pandangan asumsi negative. Sehingga mampu menimbulkan tindakan-tindakan seperti pelecehan yang diakibatkan hanya dari sebuah asumsi yang terbentuk dari permasalahan masa lalu yang secara tidak sadar membudaya. Seharusnya sebagai bangsa yang beradab dan bermoral, perbedaan budaya seharusnya dijadikan sebagai kekayaan Negara. Dan sesama warga Negara harus saling menghormati dan menghargai. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PENANDA : “Dasar Cina sialan. Sudah belagu, sok kaya, sok borjuis pula. Itu benar-benar pelecehan kelas berat NdahMasa aku dibilang Cina sialan, Bayangkan, padahal aku sudah mau mengalah, kasih duit. Yang menabrak siapa? Yang penyok mobil siapa? Semuanya kan aku yang tanggung.” PETANDA : menjelaskan pada kata Cina sialan, belagu, sok kaya, sok borjuis. Yang mana Cina atau semua masyarakat Cina dianggap sama yaitu sombong, dan menyusahkan. TANDA DENOTATIF : terlihat adanya pelabelan atau stereotype pada kelompok Tionghoa. PENANDA KONOTATIF : Itu benar- benar pelecehan kelas berat NdahMasa aku dibilang Cina sialan, PETANDA KONOTATIF : Pada petanda konotatif ini menjelaskan adanya makna pada kata pelecehan kelas berat. Dimaksud bahwa terjadi tindakan penghinaan yang sangat tidak manusiawi. Dan penghinaan ditujukan pada suatu kelompok bukan individu. TANDA KONOTATIF : Dari leksia ini dapat disimpulkan bahwa stereotype yang dibangun pada pemikiran masyarakat pribumi di Indonesia, mampu mengganggu efektifitas komunikasi. Dengan adanya kepercayaan pada pola pikir membudaya dan salah akan menimbulkan masalah diantara kelompok tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Leksia 5 halaman 55 “Waktu aku mau kasih duit, ada lagi yang kasih komentar di belakangku. Dasar Cina pelit, kasih duit selalu sedikit.”halaman 55 Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan Hermeneutik kode teka-teki, sebuah narasi yang mempertajam permasalahan, menciptakan ketegangan dan memberikan pemecahan atau jawaban, dalam leksia ini terdapat masalah yang meruncing pada leksia Cina pelit, yang merujuk bahwa semua keturunan Tionghoa memiliki sifat kikir, dengan leksia yang menujukkan adanya stereotype. Ketidakadilan yang timbul pada leksia ini merupakan isyarat makna. Dimana tokoh dalam novel ini upayanya untuk memberikan uang, justru dilecehkan dengan perkataan yang negative mengenai etnis Cina. Karena adanya stereotype yang ditanamkan mengenai pandangan-pandangan buruk etnis Cina, menyebabkan timbulnya ketidakadilan sosial dalam bermasyarakat. Terutama pada kelompok minoritas. Dan seharusnya tidak terjadi ketidakadilan pada kelompok minoritas di Indonesia. Sesama bangsa yang berbudaya seharusnya saling menghormati meski etnis berbeda. PENANDA : “Waktu aku mau kasih duit, ada lagi yang kasih komentar di belakangku. Dasar Cina pelit, kasih PETANDA : Menjelaskan kata pada Cina pelit, kasih duit selalu sedikit. Bahwa masyarakat Cina pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. duit selalu sedikit.” umumnya dianggap sebagai individu yang sedikit memberikan uang untuk orang lain. TANDA DENOTATIF : Pada leksia ini menjelaskan bahwa semua masyarakat Tionghoa adalah orang-orang yang jarang bersedekah. Selalu sedikit jika memberikan uangnya kepada orang lain. PENANDA KONOTATIF : “Waktu aku mau kasih duit, ada lagi yang kasih komentar di belakangku. PETANDA KONOTATIF : mengandung makna bahwa ucapan itu adalah ucapan seseorang yang berasumsi negative terhadap masyarakat Cina. TANDA KONOTATIF : Bahwa etikat baik dari seorang keturunan Tionghoa dianggap salah sekalipun mereka sudah berusaha untuk berbuat baik. Adanya pandangan dan pemikiran negative mengenai Tionghoa akan berdampak seolah- olah kenyataannya sesuai dengan apa yang ada dalam pemikirinnya.

2. Kode Semik