Gambaran Obyek Penelitian 69. Dan dari sebuah kegagalan persepsi akan menciptakan stereotype

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan berbeda. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui. Dan satu usia biologis yang terus-menerus berdetik. Siska Yuanita, Indah Pratidina, Rosi Liliani, dan Novera Kresnawati terpaksa harus pulang untuk mendampingi ayah yang diprediksi tidak punya harapan hidup lagi. Mereka tidak pernah menyangka bahwa kesempatan berkumpul kembali ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan-pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk rasa ketakutan, kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah sekadar garis tipis. Clara Ng adalah novelis Indonesia yang membeberkan persoalan seputar kaum Tionghoa dengan gaya yang berbeda, sehingga novel ini menjadi lain dari novel-novel yang erat dengan cerita kaum Tionghoa. Dimsum Terakhir adalah drama penuh haru, memikat, cerdas, dan dituturkan dengan amat indah oleh novelis bestseller Indonesia, Clara Ng. Kisah yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ditulis dengan gaya modis dan lembut tapi kuat ini menyuarakan keberanian serta kekuatan yang selalu ada di setiap hati kita semua. Inti dari novel Dimsum Terakhir karya Clara Ng ini adalah ketika empat perempuan kembar dengan darah keturunan Cina yang dilahirkan di Inodenesia, dengan segala macam bentuk masalah yang dibawanya termasuk salah satunya ketika seorang keturunan Tionghoa di Indonesia tidak diakui sepenuhnya sebagai bangsanya. Mulai dari berbagai macam hal dan bentuk diskriminasi yang dirasakan oleh Siska,Indah, Novera dan Rosi pada masa- masa orde baru. Hingga mereka beranjak dewasa dan banyaknya kebijakan- kebijakan yang seharusnya dibuat untuk melindungi kaum minoritas Tionghoa, dianggap tidak cukup untuk melindungi mereka. Adanya pelabelan pada diri seseorang atau stereotype masa lalu mengenai orang Tionghoa, menjadikan keturunan Tionghoa di Indonesia sebagai kaum minoritas tidak memiliki hak hak yang sama. Dan banyak dari kejadian masa lalu yang menyisakan bentuk diskriminasi akibat dari stereotype yang umumnya bersifat negatif. Siska, Indah, Rosi dan Novera adalah empat perempuan kembar dari Nung Antasana. Keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia ini, menjalani hidup mereka dengan kuat. Berbagai masalah yang dihadapi mereka jalani dan selesaikan dengan segenap hati mereka. Belum lagi soal masalah keturunan Tionghoa, mereka pun harus dihadapkan pada masalah- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. masalah lainnya. Siska yang dituduh melakukan tidakan pelecehan seksual terhadap kliennya, Indah yang hamil dengan seorang pastor, namun tak bertanggung jawab, Rosi yang merasa dirinya seorang lelaki yang terperangkapa pada tubuh wanita dan mencintai seorang wanita, dan Novera yang rahimnya harus diangkat karena penyakitnya. Mereka hidup dan tumbuh dengan jalan mereka masing-masing, keluarga Nung Antasana sangat menjunjung tinggi budaya mereka dan mengajarkannya pada setiap anaknya. Suatu hari mereka dihadapkan pula pada sebuah masalah yang sama. Ketika semua telah hidup sendiri-sendiri, ayah mereka Nung menderita penyakit Myelodysplastic Syndromes MDS. Kembali kerumah masa kecil mereka membuat mereka mengenang masa lalu. Tinggal di perkampungan kelompok etnis Tionghoa, menyisakan begitu banyak kenangan pahit dan indah. Mulai dari kebiasaan keluarga mereka menyajikan dimsum di pagi hari sebelum perayaan Imlek, bersekolah di sekolah Katolik namun sebagai kaum minoritas dari pribumi. Hingga masalah-masalah yang ditimbulksn dari adanya Stereotype, seperti diskriminasi yang hingga saat ini masih mereka rasakan sebagai Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa. Hingga jaman Orde Baru berakhir, kenyataannya praktek kecil diskriminasi terhadap etnis ini masih terasa. Adanya stereotype yang tercipta di mata pribumi terhadap keturunan Tionghoa, seperti semua keturunan Tionghoa bersifat angkuh, pelit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memuncullkan pemahaman yang bersifat negative. Sehingga mampu menimbulkan adanya perlakuan yang berbeda. Namun masalah diskriminasi yang timbul dari sebuah bentuk pelabelan atau stereotype itu, hanya sebagian kecil yang dihadapi mereka. Persoalan yang paling besar adalah dimana mereka mencari jalan untuk menyisakan kenangan terindah disaat terakhir kebersamaan mereka bersama ayah mereka. Mulai dari menuruti keinginan ayah mereka, agar keempatnya segera menikah, rosi yang harus jujur bahwa dirinya seorang lesbian karena dia merasa sebagai lelaki dalam tubuh perempuan, Indah dengan janin di rahimnya tanpa seorang ayah dan Novera dalam masalahnya tanpa rahim dia bukan wanita seutuhnya. Semua masalah pelik itu pun akhirnya berakhir, disaat kebersamaan mereka jalani bersama kejujuran, yang akhirnya pun mengantarkan ayah mereka kembali ke nirwana yang tenang dan bahagia.

4.2 Penyajian dan Analisis Data