Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Teori Representasi

Pustaka pada tahun 2006. Clara Ng merupakan sastrawan dan pengarang bestseller yang banyak menulis cerita-cerita inspiratif, lucu, segar dan mendidik. Karyanya telah dicetak berulang kali. Dia mampu menuliskan fenomena-fenomena dalam bahasa yang halus dan imajinasi tingkat tinggi yang mampu memuaskan pembacanya. Novel Dimsum Terakhir karya Clara Ng ini merupakan novel popular di masyarakat. Realitas kehidupan yang terjadi dalam novel ini, mampu menyuguhkan sesuatu yang berbeda namun tetap berani dalam mengangkat sebuah realitas kehidupan dan memasukakan unsur mengenai diskriminasi etnis Tionghoa karena adanya stereotype yang melekat, dalam gaya bahasanya yang mampu membangun imajinasi ketika membacanya. Dari latar belakang permasalahan diatas, akhirnya peneliti mengambil judul “ Representasi Stereotype Tionghoa Dalam Novel Clara Ng Berjudul Dimsum Terakhir” .

1.2 Rumusan Masalah

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah : Bagaimana penggambaran Stereotype Tionghoa beserta dampaknya dalam novel Clara Ng Berjudul Dimsum Terakhir?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana bentuk Stereotype terhadap keturunan Tionghoa dengan “Representasi Stereotype Tionghoa Dalam Novel Dimsum Terakhir ”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi seseorang. bahwa diantara Kerukunan Beragama dan Bhineka Tunggal Ika, sebagai manusia yang berbudaya kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain untuk mendapatkan suatu tujuan bersama yang lebih baik dalam kehidupan kita yang direpresentasikan dalam novel Clara Ng berjudul Dimsum Terakhir. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.4.2 Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan bagi pembaca terhadap pesan yang coba disampaikan dalam novel Dimsum Terakhir dan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang menggeluti dunia sastra yang juga memahami bahwa novel adalah sebagai media komunikasi massa. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Karya Sastra Sebagai Suatu Proses Komunikasi Massa

Menurut Ducan dalam Ratna 2003:142, karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan pemahaman yang sangat luas. Dalam sebuah karya sastra terkandung bentuk-bentuk ideal komunikasi, karena karya sastra menyajikan pengalaman dalam kualitas antar hubungan. Hubungan antara pengarang dan pembaca harus dipahami dengan hubungan yang bermakna, sebagai pola-pola hubungan yang terbuka dan produktif dengan implikasi sosial, bukan sebagai kualitas yang tunggal dan linier. Komunikasi sastra merupakan komunikasi tertinggi sebab melibatkan unsur-unsur yang paling luas. Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi dalam Luxemburg, 1989: 5. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. dalam Sarjidu, 2004: 2. Karya sastra sebagai salah satu bentuk kreatifitas cultural sebagai representasi super struktur ideologis, dipandang sebagai gejala-gejala sosial yang terdiri dari system informasi yang rumit. Di satu pihak karya sastra merupakan respon-respon interaksi sosial, yaitu gejala sosial sebagai akibat antara hubungan pengarang dan masyarakat. Di pihak lain, karya sastra menyediakan dunia rekaan bagi pembacanya. Dalam pengertian terakhir inilah sesungguhnya terletak gagasan mengenai komunikasi sastra. Interaksi simbolik dalam karya sastra merupakan representasi kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat halus, tidak langsung, mengacu pada kualitas transcendental, konotatif dan metaforis Ratna, 2003 : 132-133. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel ceritacerpen tertulislisan, syair, pantun, sandiwaradrama, lukisankaligrafi. Karya sastra khususnya novel, dengan peralatan formulanya, makin lama makin dirasakan sebagai aktivitas yang benar-benar memiliki fungsi integral dalam struktur sosial Ratna, 2003:134. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2. Novel sebagai Media Massa Cetak

Dalam sejarahnya, buku termasuk media massa cetak yang dianggap mampu menyampaikan pesan secara mendalam. Terlebih lagi dengan banyaknya kelebihan yang dimilikinya seperti mudah dibawa kemana saja, dan yang paling penting terdokumentasi permanen, namun sayangnya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang melek huruf Cangara, 2005:128. Melalui sebuah buku, penulis atau penyusunnya dapat berbagi banyak hal, seperti ilmu pengetahuan, pengalaman bahkan imajinasi kepada pembacanya sehingga buku banyak digunakan untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi atau media hiburan dengan penyajian mendalam. Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek, drama, bentuk novel, cerita pendeklah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Karya– karya modern klasik dalam kesusasteraan, kebanyakan juga berisi karya– karya novel. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 1995 : 694, novel merupakan hasil karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang dis sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan salah satu jenis buku dalam bentuk sastra sama seperti media cetak lainnya. Novel juga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. memberikan informasi kepada pembacanya, selain itu novel juga berfungsi menghibur dan mempersuasi para pembacanya Keraf, 1993 : 187-188. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat Jakob Sumardjo. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya. Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.

2.2 Unsur-unsur Novel

2.2.1 Unsur Intrinsik

a Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel. Dengan adanya tema, maka pengarang lebih fokus pada pembangunan cerita dan pengembangan alur yang dibuat. Fungsi utamanya adalah memberikan suatu nilai dalam kesatuan literature. Tema mengontrol ide-ide yang timbul dalam karya fiksi. Dengan adanya tema, jalan cerita yang timbul dapat tersusun secara sistematis sesuai dengan maksud yang ingin ditampilkan pengarang Perrine, 1974 : 402. b Setting Rustamaji dan Agus Priantoro berpendapat bahwa Setting dalam novel, merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting meliputi waktu, tempat, dan sosial budaya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c Sudut Pandang Sudut pandang dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri. 2. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menngunakan kata ganti orang ketiga. 3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. Harry Show,1972 : 293 d Alur Plot Merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian yaitu alur maju progresif yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur flash back progresif yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e Penokohan Karakterisasi Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, cirri fisik lingkungan tempat tinggal. Karakter merupakan perwujudan ide-ide pengarang, dan aksi karakter merupakan perubahan dalam nilai-nilai dan ide-ide Brooks, 1970 : 60 dalam Gayyu, 2005: 23. f Gaya Bahasa Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah novel.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, bografi pengarang, dan lain-lain, di luar unsure instrinsik. Unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsure-unsur ini akan membantu keakuratan penfsiran suatu karya sastra.

2.3 Teori Representasi

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya.Fiske, 2004 : 282. Chris Barker menyebutkan bahwa Representasi merupakan kajian utama dalam cultural studies. Representasi sendiri dimaknai sebagai bagaimana dunia dikostruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita didalam pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan representasi itu sendiri. Barker, 2006 : 9 Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga berarti proses perubahan konsep- konsep ideology yang abstrak dalam bentuk-bentuk konkret. Representasi merupakan konsep yang digunakan dalam proses sosial. Pemaknaan melalui system penandaan yang tersedia dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas representasi merupakan produksi makna melalui bahasa. http:kunci.or.idesainws04representasi.htm . Menurut Stuart Hall 1997, representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan yang menyangkut “pengalaman berbagi”. Seseorang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara bahasa yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, “bahasa”yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dan symbol-simbol tertentu. Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan system”Peta konseptual”dengan bahasa atau symbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara “sesuatu”, “peta konseptual” dan “bahasasymbol” adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang dinamakan representasi. Konsep bisa berubah-ubah, intinya adalah makna tidak inheren dalam sesuatu didunia ini, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. representasi adalah hasil dari praktek penandaan, praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.

2.4 Stereotype