menyetujui atau melihat manfaat  yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya.
Kebiasaan  merokok  merupakan  suatu  kebudayaan  bagi  Suku  Karo  yang berada di Kecamatan Berastagi dan kebiasaan ini sangat sulit untuk diubah. Akan
tetapi  jika  tidak  segera  diubah  maka  akan  berdampak  bagi  kualitas  SDM  yang akan  terlihat  dalam  waktu  yang  cukup  lama.  Oleh  karena  itu  keluarga  yang
mempunyai  anggota  perokok  perlu  diperhatikan  bagaimana  pola  asuh  anak  pada keluarga  tersebut.  Karena  jika  kebiasaan  merokok  dengan  pola  asuh  yang  tidak
baik akan memperburuk status gizi balita.
2.3.1.   Indikator Perilaku Merokok
Sujoraharjo  1995  mengatakan  bahwa  40  dari  perokok-perokok  adalah perokok berat. Ada tiga indikator perilaku merokok antara lain :
1. Aktivitas  fisik,  merupakan  perilaku  yang  ditampakkan  individu  saat  merokok.
Perilaku  ini  berupa  keadaan  individu  berada  pada  kondisi  memegang  rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap rokok.
2. Akivitas psikologis, merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan
aktivitas fsik. Akivitas psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok yang  dihisap  yang  dianggap  mampu  meningkatkan  daya  konsentrasi,
memperlancar kemampuan
ketegangan, meredakan
ketegangan, meningkatkan kepercayaan diri, dan penghilang kesepian.
3. Intensitas merokok yang cukup tinggi, yaitu seberapa sering atau seberapa
banyak rokok yang dihisap dalam sehari.
2.4.      Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Menurut  Engle  1997,  Pola  Asuh  adalah  kemampuan  keluarga  dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memenuhi
kebutuhan  fifik,  mental,  dan  sosial  dari  anak  yang  sedang  tumbuh  dan  anggota lainnya.  Pola  asuh  meliputi  6  hal  yaitu  :  1  perhatiandukungan  ibu  terhadap
anak,  2  pemberian  ASI  atau  makanan  pendamping  pada  anak,  3  rangsangan psikososial  terhadap  anak,  4  persiapan  dan  penyimpanan  makanan,  5  praktek
kebersihan  atau  higiene  dan  sanitasi  lingkungan  dan  6  perawatan  balita  dalam keadaan  sakit  seperti  mencari  tempat  pelayanan  kesehatan.  Pemberian  ASI  dan
makanan  pendamping  pada  anak  serta  persiapan  dan  penyimpanan  makanan
tercakup dalam praktek pemberian makan Engle, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan kota, pedesaan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Care and Nutrition 1997, Model Konseptual E ngle.
2.5. Kerangka Konsep
Pemberian Makananan
Kesehatan Pola Asuh :
 Perhatian kepada perempuan
 Praktek pemberian
ASImakanan 
Dukungan psikososial dan kognitif
 Kebersihan perseorangan
 Praktek kesehatan di rumah
 Penyimpanan dan persiapan
makanan
Sumber-sumber makanan
ekonomi
 Pengeluaran
makanan 
Pendapatan 
Pekerjaan 
Kepemilikan tanah
Sumber-sumber Kesehatan
 Ketersediaan air
bersih 
Sanitasi Lingkungan
 Pelayanan
kesehatan 
Pelayanan Keselamatan
perlindungan Sumber-sumber mengasuh:
 Pengetahuan
 Status kesehatan
 Kesehatan mental
 Pengendalian terhadap
sumber-sumberautonomi 
Waktu yang tersedia 
Dukungan sosial memilih pengasuh, pembagian
pekerjaan, peranan ayah, dukungan masyarakat
Ketersediaan pangan di keluarga
Pelayanan kesehatan dan lingkungan
Sumber-sumber  yang tersedia Kelangsungan Hidup Anak
Pertumbuhan Perkembangan
BUDAYA, POLITIK, SOSIAL
Universitas Sumatera Utara
Pola Asuh:
1. Peraktek pemberian makanan meliputi:
Pemberian makanan pendamping serta persiapan dan penyimpanan makanan.
Status Gizi Balita 2.
Peraktek kebersihanhygiene dan sanitasi                      Keluarga Perokok lingkungan.
BBTB 3.
Perawatan anak dan keluarga dalam keadaaan sakit.
Karakteristik keluarga perokok: 1. Tingkat pendapatan keluarga.
2. Tingkat pengetahuan. 3. Tingkat pendidikan.
4. Jumlah anggota keluarga. 5. Pekerjaan Ibu.
6. Perilaku merokok anggota keluarga.
Gambar 2.2 .  Kerangka konsep gambaran pola asuh dan status gizi balita pada
keluarga perokok Berdasarkan  kerangka  konsep  di  atas  maka  dapat  kita  lihat  bahwa  status
gizi  dipengaruhi  oleh  pola  asuh  yang  meliputi  praktek  pemberian  makanan pemberian  makanan  pendamping  ASI  serta  persiapan  dan  penyimpanan
makanan,  praktek  kebersihanhygiene  dan  sanitasi  lingkungan,  serta  perawatan anak  dan  keluarga  dalam  keadaan  sakit.  Jika  pola  asuh  anak  di  dalam  keluarga
sudah  baik  maka  status  gizi  akan  baik  juga.  Dimana  karakteristik  keluarga  yaitu tingkat  pengetahuan  ibu,  pendidikan  ibu,  pekerjaan  ibu,  tingkat  pendapatan
Universitas Sumatera Utara
keluarga,  jumlah  anggota  keluarga,  dan  perilaku  merokok  anggota  keluarga  juga dapat mempengaruhi pola asuh anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.     Jenis Penelitian
Jenis  penelitian  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  deskriptif dengan disain cross-sectional untuk menggambarkan situasi pola asuh dan status
gizi pada balita pada keluarga perokok di Kecamatan Berastagi.
3.2.     Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.  Lokasi Penelitian
Lokasi  penelitian  dilaksanakan  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Berastagi dengan kelurahan yang terpilih adalah Gundaling I dan Gundaling II. Kecamatan
Berastagi  ini  adalah  salah  satu  Kecamatan  yang  berada  di  Kabupaten  Karo  yang mayoritas penduduknya adalah suku Karo 75 dan selebihnya suku Batak Toba,
Nias,  Jawa,  Aceh,  Simalungun,  Keturunan  Cina,  Pakpak,  Dairi  dan  lain-lain. Alasan pemilihan lokasi adalah:
a.  Banyaknya  jumlah  balita  di  kelurahan  Gundaling  I  dan  kelurahan Gundaling II yakni 729 anak balita
b.  Tingginya  angka  kejadian  gizi  kurang  sebanyak  18  anak  balita  dan terdapat pula gizi buruk sebanyak 1 anak balita.
c. Merokok telah menjadi salah satu budaya  yang lekat pada masyarakat  di Berastagi.
3.2.2   Waktu Penelitian
Waktu  pelaksanaan  pengumpulan  data  dilakukan  mulai  bulan  Maret sampai dengan bulan Juni 2014.
3.3.     Populasi dan Sampel
Universitas Sumatera Utara