keluarga,  tingkat  pendidikan,  tingkat  pengetahuan,  sosial  budaya  dan  bencana alam.
1.        Tingkat Pendapatan Keluarga
Menurut  Adisasmito  2007,  mengatakan  di  Indonesia  dan  negara  lain menunjukkan  bahwa  terdapat  hubungan  timbal  balik  antara  kurang  gizi  dan
kemiskinan.  Kemiskinan  merupakan  penyebab  pokok  atau  akar  masalah  gizi buruk, proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan
pendapatan.  Semakin  kecil  pendapatan  penduduk,  semakin  tinggi  persentase anak.
Menurut  Winarno  1993  mengatakan  bahwa  terdapat  kecenderungan penurunan  pengeluaran  sesuai  dengan  kenaikan  pendapatannya,  namun
pengeluaran untuk pangan masih merupakan bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga Indonesia, disamping itu Winarno juga menambahkan salah satu
penyebab  malnutrisi  disebabkan  oleh  faktor  ekonomi  dan  sosial  budaya  yang secara nyata telah memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah gizi di
daerah masyarakat miskin.
Hubungan  pendapatan  dan  gizi  dalam  keluarga  didorong  oleh  pengaruh yang menguntungkan dari peningkatan pendapatan untuk perbaikan kesehatan dan
gizi.  Sebaliknya  jika  rendahnya  pendapatan  seseorang  maka  daya  beli  berkurang sehingga  kemungkinan  kebiasaan  makan  dan  cara-cara  lain  menghalangi
perbaikan gizi sehingga kurang efektif untuk anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
2.         Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, atau pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui,  penginderaan  terjadi  melalui  panca  indera,  yaitu  :  penglihatan, pendengaran,  penciuman,  rasa,  dan  karsa.  Pengetahuan  seseorang  biasanya
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media  masa,  elektronik,  buku  petunjuk,  petugas  kesehatan  dan  sebagainya.
Pengetahuan  ini  dapat  membentuk  keyakinan  tertentu,  sehingga  seseorang berperilaku  sesuai  dengan  keyakinan  tersebut.  Pengetahuan  merupakan  resultan
dari  akibat  proses  penginderaan  terhadap  suatu  objek,  penginderaan  tersebut
sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran Notoatmojo, 1993.
Pengetahuan  gizi  seseorang  merupakan  salah  satu  faktor  yang  dapat mempengaruhi  konsumsi  pangan  dan  status  gizinya,  dimana  pengetahuan  gizi
tersebut  didukung  oleh  latar  belakang  pendidikannya.  Rendahnya  tingkat pedidikan  menyebabkan  berbagai  keterbatasan  dalam  menerima  informasi  dan
penanganan  masalah  gizi  dan  kesehatan,  sekalipun  di  daerah  tempat  tinggalnya banyak  tersedia  bahan  makanan  sayuran  dan  buah  serta  pelayanan  kesehatan
yang  memadai,  yang  dapat  menyampaikan  informasi  tentang  bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Dengan tingkat pengetahuan yang rendah, maka walaupun makanan  yang berkualitas  baik  masuk  ke  rumah  tangga,  tidak  ada  jaminan  apakah  makanan  itu
sampai  pada  mereka  yang  paling  membutuhkan  makanan  bergizi.  Kecukupan protein anak balita sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan rumah tangga dan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan  ibu.  Makin  tinggi  tingkat  pengeluaran  dan  tingkat  pengetauan  gizi ibu, maka makin baik pula kecukuan gizi anak balita mereka Grant, 1986.
Menurut  Suharjo  1996,  suatu  hal  yang  harus  diperhatikan  tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :
1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2. Setiap  orang  hanya  cukup  gizi  jika  makanan  yang  dimakannya  mampu
menyediakan  zat  gizi  yang  diperlukan  untuk  pertumbuhan  yang  optimal, pemeliharaan dan energi.
3. Ilmu  gizi  memberikan  fakta-fakta yang  perlu  sehingga  penduduk  dapat  belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Pada  keluarga  pengetahuan  yang  rendah  sering  kali  tidak  puas  dengan makanan  dan  tidak  memenuhi  kebutuhan  gizi  balita  karena  ketidaktahuan  ibu,
seperti air susu ibu ASI dan sesudah usia enam bulan tidak mendapat makanan pendamping  ASI  MP-ASI  yang  tepat  baik  jumlah  atau  kualitasnya.  MP-ASI
yang  tepat  dan  baik  dapat  disajikan  dan  dipersiapkan  di  rumah  tangga Adisasmito, 2007.
Faktor pengetahuan menyebabkan status gizi berubah disebabkan oleh :
a. Ibu yang tidak memahami tentang gizi.
b. Tidak  memahami  cara mengolah  makanan  agar  zat-zat  yang  terkandung  tidak
hilang saat pengolahan. c.
Tidak memahami tentang cara konsumsi makanan anak balita. d.
Jenis  makanan  yang  mempengaruhi  jiwa  anak  misalnya  timbul  kebosanan terhadap makanan olahan ibunya.
e. Rendahnya  tingkat  pengetahuan  mengakibatkan  rendahnya  pendidikan,  dan
faktor  ekonomi  turut  menyebabkan  status  gizi  kurang,  walaupun  pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
cukup  tetapi  karena  tidak  ada  dana  untuk  membeli  bahan  makanan  tertentu yang kadar gizinya tinggi seperti daging.
3.        Tingkat Pendidikan